hati iblis tak selamanya buruk

7 4 0
                                    

Dalam sebuah ruang pertemuan yang megah di istana Gonsa, para pangeran, menteri, panglima, dan penasihat istana berkumpul untuk membahas kekalahan pahit dari perang melawan kerajaan Asraf. Sang Raja, yang duduk di singgasananya dengan penuh wibawa, mengamati ruangan dengan ekspresi yang tegas namun menyimpan kekecewaan mendalam. Di samping para pangeran, kali ini, ada sosok baru yang ikut dalam pertemuan penting ini—Jongsuk, yang kini memiliki posisi lebih dekat dengan pusat kekuasaan setelah sukses menancapkan pengaruhnya di istana.

Kekalahan Gonsa dalam pertempuran terakhir memang mengejutkan. Meskipun kerajaan mereka memiliki fasilitas perang paling modern dan canggih—seperti prajurit terbang, kendaraan tempur tak terlihat, serta senjata yang mampu mengalahkan teknologi masa depan lainnya—mereka tetap kalah. Ini membuat sang Raja marah dan kecewa, dan rapat ini dimaksudkan untuk mencari tahu kesalahan yang menyebabkan kekalahan tersebut.

Saat diskusi berlangsung, para pangeran dan panglima mulai menyampaikan pendapat mereka satu per satu. Namjoon, yang dikenal sebagai pemimpin bijak, memulai pembicaraan dengan nada yang tenang. "Kami memiliki senjata dan alat perang terbaik, namun sepertinya ada kelemahan dalam koordinasi. Serangan kami tidak tersinkronisasi dengan baik, sehingga banyak pasukan yang bingung di medan perang."

Hoseok mengangguk setuju, menambahkan dengan penuh semangat, "Saya juga melihat adanya masalah pada formasi pertahanan kita. Pasukan kita menjadi terlalu terpecah ketika musuh menyerang dari beberapa arah."

Sang Raja mendengarkan dengan saksama, namun tampak jelas di wajahnya bahwa ia belum puas dengan penjelasan yang diberikan. Suasana tegang memenuhi ruangan. Hingga akhirnya, Jongsuk yang duduk di ujung meja rapat, berdiri dan mulai angkat bicara.

 Hingga akhirnya, Jongsuk yang duduk di ujung meja rapat, berdiri dan mulai angkat bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan nada suara yang tenang dan penuh percaya diri, Jongsuk mulai menjelaskan. "Maafkan saya, Yang Mulia, jika saya lancang. Namun, menurut pandangan saya, kelemahan kita bukanlah terletak pada teknologi atau kemampuan prajurit. Masalah utama yang saya lihat adalah kelemahan dalam pengumpulan intelijen dan pengelolaan informasi di medan perang."

Ruangan tiba-tiba hening, semua mata tertuju pada Jongsuk. Para pangeran, menteri, dan panglima terkejut dengan ketenangannya yang penuh perhitungan. Sang Raja mengangkat alis, sedikit tertarik pada analisis Jongsuk yang berbeda dari yang lain.

"Kita memiliki alat canggih, ya, tetapi itu tidak cukup jika kita tidak tahu bagaimana memanfaatkannya dengan baik. Pasukan Asraf tahu persis kapan dan di mana kita akan menyerang. Itu bukanlah kebetulan—ada kebocoran informasi dalam strategi kita. Kita harus lebih berhati-hati dalam menyimpan rencana perang, memperketat lingkaran kepercayaan, dan menyiapkan strategi cadangan untuk menghadapi musuh yang mungkin sudah mengetahui gerakan kita."

Jongsuk melanjutkan dengan rinci, "Kita perlu memperkuat jaringan mata-mata kita. Selain itu, teknologi kita yang luar biasa bisa kita gunakan dengan lebih efektif. Misalnya, alat perang 'Penembus Cahaya', yang bisa mengaburkan pandangan musuh, seharusnya kita gunakan lebih awal untuk membingungkan mereka, bukan di akhir pertempuran. Begitu juga dengan prajurit udara, mereka harus melakukan serangan lebih terarah ke jantung pertahanan musuh, bukan hanya menyisir pasukan darat."

one girl for seven lordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang