Senja yang indah menyelimuti pantai istana, memancarkan warna oranye keemasan yang menari-nari di atas air. Seorang wanita, Tanie, memejamkan mata dengan tenang di pagar depan kamarnya, menikmati keindahan yang mengelilinginya.
"Nyoya, aku mencarimu dari tadi!" seru Kira, pelayan yang memegang nampan emas bertutup saji sambil menggenggam bahu Tanie.
Tanie menoleh, sedikit terkejut. "Maaf, Kira. Aku merasa bosan di dalam kamar, jadi aku memutuskan untuk melihat senja. Bukankah luar biasa ada pantai di dalam kerajaan ini?" katanya sambil tersenyum.
Kira membuka tutup saji, mengungkapkan gaun mewah dan berbagai peralatan pernikahan yang bersinar. "Nyonya, aku harap kau siap. Malam ini adalah jadwal kalian berbulan madu. Pakailah semua perlengkapan ini dengan baik."
Pipi Tanie langsung memerah saat melihat isi nampan itu, dan dia mulai merasa grogi. "Apa? Tidak, tidak! Mereka harus menunggu aku setidaknya sampai aku berusia 20 tahun! Aku masih di bawah umur dan aku tidak bisa melakukannya!" elaknya, kedipan mata yang berulang menandakan rasa tidak percaya.
"Nyonya, kau terpilih. Ingat, kau akan menjalani semuanya bersamaku," kata Kira, berusaha meyakinkannya dengan senyuman manis.
Tanie terdiam, menelan salivanya, cemas. "Apakah aku harus melakukannya dengan mereka bertujuh sekaligus?" tanyanya, nada suaranya bergetar.
Saat Kira akan menjawab, seorang pria tiba-tiba memegang pundak Tanie. "Malam ini kau akan bersamaku," kata Namjoon, suaranya dalam dan memikat.
Tanie terdiam kaku, matanya melotot seolah tidak percaya. "O...ou..." serunya, berbalik perlahan. "Namjoon!" teriaknya, kaget.
Namjoon tersenyum lembut, mengelus pipi Tanie. "Ayo ikut aku," ajaknya, menarik tangan Tanie yang masih terkejut.
"Tunggu, Namjoon! Aku belum memakai peralatan yang Kira bawa untukku! Izinkan aku memakainya terlebih dahulu!" Tanie mengelak, dengan sedikit nada panik.
Namjoon, terlihat bingung, kembali menghampirinya. "Tidak usah. Tetaplah seperti ini. Aku menyukainya. Ayolah, aku tidak sabar menunjukkan sesuatu padamu," ujarnya, tetap menarik tangan Tanie.
Ketakutan melanda Tanie. Dia memandang Kira, yang hanya tersenyum dan melambaikan tangan.
Tak jauh dari kamar Tanie, Namjoon membuka lift dengan telapak jarinya. Lift pun terbuka, dan Tanie berdiri di pojok, memandangi tubuh Namjoon yang tinggi dan gagah.
Dalam hatinya, Tanie berkata, "Aduh, dia sangat besar! Aku takut dia akan membuatku sakit."
Ketika lamunannya terhenti, Namjoon menengok. "Woy! Tunggu dulu!" teriak Tanie.
Namjoon tertawa, menutup mulutnya. "Kamu sangat ketakutan. Tenanglah, sekarang aku akan mengajakmu ke perpustakaan."
Tanie merasa sedikit lega. "Sini," seru Namjoon, saat Tanie mendekatinya. Dia merangkul pundak Tanie dan mencium rambutnya yang sedikit ikal.
Sampailah mereka di depan pintu perpustakaan, di mana terdapat tulisan kanji khas China. Namjoon menyusun huruf demi huruf dan pintu terbuka.
Di dalamnya, buku-buku terhampar, rak-rak emas yang dihiasi ukiran indah memancarkan aura kemewahan.
Tanie mulai melihat sekelilingnya. "Namjoon, di istana sebesar ini, kenapa perpustakaan ini terasa sederhana, dan buku-buku ini mirip dengan di duniaku?" tanyanya, bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
one girl for seven lord
Fantasy"Kepada Yang Mulia Raja, silakan berikan keputusan akhir." Semua mata tertuju pada Raja, yang dengan hati-hati menghapus air matanya sebelum berdiri dari singgasananya. Dengan nada yang tegas namun penuh emosi, dia mengumumkan, "Sebagai seorang Raja...