"Kepada Yang Mulia Raja, silakan berikan keputusan akhir."
Semua mata tertuju pada Raja, yang dengan hati-hati menghapus air matanya sebelum berdiri dari singgasananya. Dengan nada yang tegas namun penuh emosi, dia mengumumkan, "Sebagai seorang Raja...
Malam yang tenang di Istana Gonsa berubah mencekam ketika sosok asing bergerak diam-diam di antara bayang-bayang. Jongsuk, seorang penyusup cerdik yang telah lama mempelajari setiap celah pertahanan istana, kini berada dalam misinya yang paling berbahaya. Dia telah merencanakan selama berbulan-bulan untuk masuk ke dalam istana, mengumpulkan informasi tentang kelemahan pertahanan, dan menyusup ke lingkaran dalam kerajaan demi mencapai tujuannya: mendapatkan posisi penting di Gonsa, dan mungkin lebih. Dengan penampilan biasa dan langkah yang halus, dia berjalan menyusuri lorong-lorong megah yang dihiasi oleh pilar-pilar marmer dan lampu-lampu emas yang berkilauan.
Namun, langkahnya terhenti tiba-tiba saat dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Di ujung lorong, seorang wanita berbalut gaun indah tampak mendekat, ditemani tiga prajurit dan seorang dayang. Cahaya dari lampu-lampu istana memantulkan keindahan gaun biru lautnya yang berkilau seperti air terjun di bawah sinar bulan. Itu adalah Tanie, sang dewi yang tersohor di istana. Wajahnya bercahaya, rambut panjangnya dikepang rapi dengan hiasan permata yang memantulkan cahaya bintang dari jendela besar di sepanjang lorong. Pemandangan di luar memperlihatkan air terjun yang deras dan laut biru yang mengelilingi atmosfer megah istana. Angin sepoi-sepoi dari laut terasa di lorong lorong kerajaan, memberikan kesejukan pada malam yang hening.
Jongsuk, meski hatinya berdebar, tidak menunjukkan sedikit pun rasa gugup. Dia tahu bahwa jika tertangkap basah, semua rencananya akan runtuh. Mengambil napas dalam-dalam, dia berusaha menjaga ketenangannya. Ketika Tanie dan rombongannya semakin mendekat, Jongsuk berpura-pura tersesat, seperti seorang pelayan yang kebingungan mencari jalan keluar.
Saat berpapasan, Tanie meliriknya dengan pandangan penuh selidik. Wajah Jongsuk yang asing menarik perhatiannya. Dia berhenti sejenak, pandangannya menelusuri sosok pria yang berdiri agak jauh dari tembok, tampak tidak pada tempatnya.
"Siapa kau?" tanya Tanie dengan nada yang lembut namun jelas menunjukkan kewaspadaan.
Jongsuk, dengan tenang namun penuh rasa hormat, menundukkan kepala. "Saya hanya seorang pengantar pangan dari perkebunan, Yang Mulia. Saya sedang mencari jalan keluar, tapi tampaknya saya tersesat di lorong-lorong ini. Maaf jika saya mengganggu."
Tanie mengerutkan kening. Meski jawabannya terdengar masuk akal, ada sesuatu dari pria ini yang membuatnya curiga. Pakaian Jongsuk terlihat terlalu rapi untuk seorang pengantar pangan, dan caranya berbicara menunjukkan bahwa dia bukan hanya seorang petani biasa. Tanie menyipitkan matanya, mencoba menangkap gelagat yang mencurigakan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa yang kau bawa ke istana?" Tanie bertanya, sementara matanya tak lepas mengawasi gerakan tubuh Jongsuk.
"Oh, beberapa hasil bumi dan anggur untuk perjamuan esok hari, Yang Mulia," jawab Jongsuk tanpa keraguan. "Perkebunan kami sering mengirimkan bahan pangan ke dapur istana. Saya hanya melakukan tugasku."
Salah satu prajurit yang menemani Tanie tampak akan melangkah lebih dekat, namun Tanie mengangkat tangannya, menghentikan mereka. Dia mengamati Jongsuk dengan saksama, masih ada keraguan yang tersisa di pikirannya.