Part 20

1.5K 199 6
                                    

"Hahhh...." Renjun menghela napas panjang sambil menyandarkan dirinya dikursi yang ia duduki.

Ini sudah jam 9 malam dan dia sedang duduk sendirian didekat taman rumah sakit.

Renjun memang sengaja keluar sebentar menenangkan diri, para membernya sudah pulang semua kecuali Jeno yang memang sengaja ingin tinggal ikut menjaga Jaemin dan Yeon.

Memijat pelan pelipisnya Renjun lagi-lagi menghela napasnya, pikirannya masih melayang pada kejadian tadi siang.

Entah sampai kapan dia harus menanggung semua kebencian ayah mertuanya itu, padahal Renjun sudah mencoba segala cara untuk mendekatkan diri dengan orang tua Jaemin namun tetap saja mereka masih belum menerimanya seutuhnya.

Appa Jaemin tadi siang langsung pulang setelah bicara dengan Jeno, entah apa yang mereka bicarakan Renjun tidak tau.

Memikirkan semua kekacauan yang terjadi diluaran sana membuat Renjun mendengus, dia sudah pasrah atas semua berita-berita yang tersebar.

"Ini melelahkan" keluh Renjun.

Dia lalu berdiri dan berjalan kembali ke ruang rawat Yeon karena jam yang semakin menunjukan waktu tengah malam.

Diruang rawat Yeon sekarang hanya ada Jaemin dan juga Jeno.

Renjun membuka pintu secara perlahan dan dia bisa melihat Jeno yang berdiri disamping brankar Yeon. Tidak melangkah masuk Renjun berdiri diam didepan pintu, agaknya Jeno juga tidak menyadari kehadirannya.

Renjun mengerutkan keningnya saat Jeno hanya berdiri diam sambil menatap Jaemin yang sedang tidur sambil memeluk Yeon.

Tatapan itu, tatapan yang dia berikan entah kenapa Renjun tidak menyukainya, Renjun mengenali tatapan itu.

Mungkinkah kecurigaan Renjun memang nyata adanya?

"Ehemm" Renjun berdehem membuat Jeno tersentak dan menatapnya.

"Kau darimana?" Tanya Jeno santai.

"Cari angin" jawab Renjun sambil berjalan mendekat dan berdiri disisi lain brankar Yeon hingga ia berhadapan dengan Jeno.

"Kau sedang apa?" Tanya Renjun tenang.

"Hanya memastikan mereka sudah tidur dengan nyaman atau belum" jawab Jeno.

Renjun tidak bicara lagi, tatapannya turun pada Jaemin dan tangannya terulur mengusap kepala Jaemin dengan lembut.

Lama mereka berdua saling diam satu sama lain hingga Renjun kembali menatap Jeno tapi kali ini dengan tatapan lain.

"Jaemin milikku!" Tegasnya dengan nada posesif membuat Jeno mengerutkan keningnya.

"Aku lebih dari tau arti semua tatapan yang kau berikan pada Jaemin sejak dulu, mungkin dulu aku tidak peduli tapi sekarang melihatnya saja sudah membuatku muak" lanjut Renjun.

Mendengar perkataan Renjun membuat Jeno menyeringai, bersedekap santai Jeno menatap Renjun dengan remeh.

"Syukurlah kalau kau mengerti, aku juga sudah muak terus menahannya" ujar Jeno.

Renjun menatap Jeno tajam dan sebelah tangannya terkepal "Selamanya kamu tidak akan bisa memilikinya!"

Jeno tiba-tiba saja malah tertawa walau tidak nyaring "Ayolah jangan membuatnya menjadi seperti kompetisi, aku yakin Jaemin tidak akan suka itu"

Mereka berdua lalu saling diam kembali dengan Renjun yang menatap tak suka Jeno sedangkan Jeno hanya menatapnya santai.

"Kurasa ini masih belum terlalu malam untuk pulang, aku lebih dari bisa menjaga keluargaku sendiri" ujar Renjun membuat Jeno tersenyum.

"Baiklah tidak masalah" Jeno berbalik berjalan kesofa mengambil tasnya.

Setelah itu Jeno berjalan mendekati Renjun hingga mereka berdiri berhadapan.

"Ambil kepercayaan Appanya dulu baru kau bisa sebut Jaemin milikmu" ujar Jeno sebelum berbalik santai keluar dari ruang rawat Yeon.

Renjun mengepalkan tangannya dia hampir saja terbawa emosinya, dia sangat paham maksud Jeno. Hanya karena Appa Jaemin berada dipihaknya membuat Jeno berani menantang Renjun.

Menghela napasnya kasar dengan penuh tekad Renjun akan tunjukan bahwa dialah yang memiliki Jaemin sekarang dan dia pasti akan bisa menjaga keluarganya sendiri.

Renjun lalu membuka hpnya menghubungi asisten pribadinya.

"Tutup semua berita yang beredar tentangku diluar sana, gunakan semua koneksi yang kita punya!"

Meletakan kembali hpnya itu Renjun menutup matanya guna mengurangi emosi yang dia rasakan, hari ini cukup banyak hal yang menguras emosi Renjun, tangannya bahkan masih terkepal.

Renjun membuka matanya saat tangannya yang terkepal diusap lembut oleh Jaemin.

"Kenapa?" Tanya Jaemin yang ternyata terbangun.

Renjun menggeleng dan menggenggam tangan Jaemin "Kenapa bangun? Apa aku mengganggumu?"

Jaemin mendudukan dirinya dibantu Renjun kemudian turun dari brankar dan menarik tangan Renjun ke sofa.

"Tidur" Jaemin memaksa Renjun untuk berbaring disofa.

"Jangan memaksakan dirimu terus, sesekali istirahatlah" ujarnya.

Jaemin lalu ikut membaringkan dirinya membuat Renjun langsung mendekap tubuhnya.

Renjun memeluk erat Jaemin dan mengecup lembut keningnya.

"Tidurlah lagi" bisik Renjun.

Jaemin balas memeluk Renjun dan mengusel wajahnya dileher Renjun mencari kenyamanan.

"Ada apa?" Tanya Jaemin saat melihat Renjun melamun.

"Tidak ada apa-apa" jawab Renjun.

"Katakan saja" ujar Jaemin.

Renjun tidak menjawab dan malah mendekap Jaemin lebih erat. Lama mereka saling diam hingga Jaemin kira Renjun sudah tidur.

"Katakan kamu milikku" ujar Renjun membuat Jaemin ingin mendongak menatapnya tapi Renjun menahannya.

"Jangan lihat aku, cukup katakan saja" ujar Renjun.

"Kita sudah menikah, lalu kenapa malah berkata begitu?" Heran Jaemin.

"Katakan saja, apa kamu benar-benar miliku" sahut Renjun.

Jaemin terdiam sebentar kemudian dia mendongak untuk menatap Renjun "Aku milikmu selamanya" ucap Jaemin sambil mengecup sekilas bibir Renjun.

Renjun sendiri langsung tersenyun dan semakin mengeratkan pelukannya pada Jaemin.

"Ayo tidur" ucap Renjun yang diangguki Jaemin.

Mereka berdua berbaring disofa dengan saling mendekap dengan hangat, beruntungnya sofa itu besar hingga cukup untuk mereka berdua.

Jaemin mendongak kembali saat mendengar Renjun mendengkur halus dan dia tersenyum tipis.

"Jeno suka sekali mengusilimu" ujar Jaemin sambil menggeleng pelan.

Sebenarnya Jaemin memang masih belum tidur tadi saat Renjun datang dan berbicara dengan Jeno.

Jaemin sengaja membiarkan mereka mengira bahwa dirinya sudah tidur.

Dia baru tau ternyata Renjun tipe orang yang mudah cemburu padahal Jaemin tau Jeno hanya sekedar main-main saja, tapi agaknya Renjun sedang sensitif hari ini.

Sebenarnya Jaemin masih menyimpan rasa bersalah pada Renjun terkait perlakuan yang dia terima dari orang tua Jaemin, padahal selama ini Jaemin selalu mendapat perlakuan baik dari orang tua Renjun.

"Terima kasih selalu berusaha menjaga kami" bisik Jaemin pelan.

Dia bersyukur bisa menikah dengan orang yang tepat, Renjun sudah benar-benar berubah, dia yang sekarang adalah orang yang benar-benar bertanggung jawab.

Jaemin tersenyum manis kemudian mengeratkan pelukannya pada Renjun lalu ikut menutup matanya menyusul Renjun kealam mimpi.















##############################

Jangan lupa vote💚

Ikatan S2 || RenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang