Hari ini aku harus kembali kesekolah lagi, entah apapun yang terjadi aku ingin memperkenalkan teman - temanku.
Aku ingin katakan bahwa Echa kini sudah menjadi sahabat dekatku, dia teman sebangku yang menyenangkan. Selalu bercerita apapun yang ia ingin ceritakan. Hidup sederhana itu lah motto nya, tak perlu banyak uang untuk bahagia katanya sebagai pelengkap motivasi hidupnya. Hidupnya penuh dengan cinta, bisa jatuh cinta dengan mudah. Berbeda dengan ku, aku pikir aku sudah jatuh cinta namun sepertinya belum.
Berbeda dengan Shilla, tak peduli dengan sekitar. Baginya hidup bukan untuk dikomentari oleh sekitar. Bahkan untuk percaya diri pun dia sepertinya kurang. Selalu berusaha tersenyum walau sepertinya banyak yang disembunyikan. Jangan kan jatuh cinta, mengenal namanya cinta saja setelah bertemu dengan seseorang yang ia yakini adalah cinta pertamanya.
Apalagi dengan Risya, menurutku dihampir sempurna. Senyuman tak pernah hilang dari wajahnya. Jatuh cinta adalah pekerjaannya, namun cintanya terjebak dalam hubungan yang tak dapat diartikan. Membuatku semakin yakin, bahwa cinta bukan untuk menyatukan 2 insan yang berbeda gender. Sangat menjelaskan bahwa cinta itu hanya akan menyakitkan bukan membahagiakan.
Tiza juga memiliki sifat yang berbeda denganku. Dia bebas dekat dengan siapapun, baginya pertemanan adalah segalanya. Jika ia merasa bisa membantu temannya untuk mendapatkan cintanya maka ia akan langsung melakukannya. Baginya jatuh cinta itu tidak sulit, tak peduli bentuk fisik apalagi materi. Baginya loyal dalam kunci dalam sebuah hubungan. Hidupnya tak terikat, jika tak suka maka tinggalkan itulah motivasi dalam hidupnya.
Berbeda dengan Trisya, perempuan dengan sikap disiplin yang dipegang teguh. Baginya jika ingin berhasil maka kita harus disiplin. Waktu adalah hal berharga baginya, tak ada waktu yang dibuangnya untuk jatuh cinta. Aku setuju dengan sikapnya yang tak membuang waktu dengan jatuh cinta, mencintai seseorang yang tak mencintai kita. Mengharapkan seseorang yang tak mengharapkan kita. Namun, tetap saja dia sudah punya cinta pertama, jatuh cinta yang benar - benar membuang waktunya. Aku juga mengerti hal itu.
Mereka dengan semangatnya menceritakan bahwa cinta itu indah, namun tetap saja tak mengubah prinsipku. Bagiku cinta itu adalah kehancuran, tak mudah menyatukan sesuatu yang sudah hancur. Bagiku jatuh cinta bukan untuk belajar menjadi manusia yang sebenarnya, tapi jatuh cinta adalah membuat manusia melakukan kesalahan yang sama jika ia terjatuh lagi.
"Ra, lu kok diem aja sih? Cerita dong" Ucapan Risya membuyarkan lamunan ku
"Hah? Cerita? Cerita apa?" Tanyaku gelagapan karena tak mengerti harus menjawab apa
"Heh lu bengong ya?" Tanya Tiza
Aku hanya tertawa menggapi omongan Tiza karena memang benar aku sedang melamun.
"Lu pernah jatuh cinta?" Tanya Trisya
Lagi - lagi aku hanya tertawa sambil sesekali menggaruk kepalaku yang tidak gatal
"Yeee, malah ketawa lagi. Pasti belum pernah jatuh cinta ya?" Ucap Shilla"Demi apa? Lu gak pernah jatuh cinta?sarap kali lu ya?lu normal kan?" Teriak echa dengan meletakkan telapak tangannya di dahiku. Aku hanya menepis tangan Echa dan tertawa.
Apa aku benar - benar jatuh cinta saat itu? Apakah itu yang dinamakan jatuh cinta? Namun, mengapa sangat menyakitkan? Orang tuaku bertengkar karena mereka saling mencintai, lantas apa aku harus jatuh cinta atau sebenarnya aku sudah merasakan jatuh cinta?
"Woy,bengong lagi kan lu!" Sentakkan Tiza lagi - lagi membuyarkan lamunan ku
"Elah,gue gak bengong kok, gue cuman lagi mikir aja apa yang mesti gue ceritain" ucapku mencoba mengalihkan pikiran ku
"Yaelah pake mikir segala sih jadi orang,sok soan lu!" Ucapan Echa membuat tawa kami semua, dia benar - benar bisa mencairkan suasana.
"Eh eh, kantin yuk. Kayaknya gak ada guru yang mau masuk. Perut gue udah minta diisi nih" ucap Risya sambil mengelus perutnya yang rata
"Eh ayooo, lagi pengen yang anget - anget" ucap Tiza
"Sini gue peluk" ucap seseorang dari belakang
Mendengar suara itu aku dan yang lainnya langsung membalikan badan dan melihat sumber suara.
Disana ada Ali dengan tampang nya yang memang cukup tampan tapi sikapnya yang tergolong aneh membuat ku ingin mengenyahkannya saja dari muka bumi. Belum beberapa hari setelah resmi menjadi seorang siswa SMA, Ali sudah menebarkan pesonanya kepada siswa - siswi khusunya dikelas ku ini. Lihat saja Echa, sudah ku bilangkan Echa itu mudah untuk jatuh cinta, mudah untuk mengagumi tapi dia sulit untuk menerima timbal baliknya.
"Apaan sih lu, mending ganteng" ucap Tiza kesal dengan kelakuan Ali yang ikut dalam percakapan kami
"Ye, temen gue ini emang ganteng kali" ucap seseorang dari arah yang berlainan lalu merangkul pundak Ali
"Yoi gak bro?" Tanya orang itu, siapa lagi kalau bukan Ricky.
"Yoi bro" ucap Ali lalu kembali tertawa bersama Ricky
"Gue juga setuju kok kalo Ali emang ganteng" ucap Echa yang kemudian bersuara setelah lama terdiam
"Echa, maksud lu apa?" Ucap Tiza lalu memasang wajah datarnya untuk menakut - nakuti Echa
Aku hanya menahawan tawa melihat adegan itu, entah mengapa itu terlihat lucu.
"Eh elah, cuma gara - gara si Ali jadi begini. Udah yuk ah kita kekantin aja kasian Risya noh udah kelaperan" ucap Shilla lalu menarik mereka menjauhi kejadian perkara
"Eh, lu gak ikut Ra?" Tanya Trisya ketika melihat ku hanya duduk saja di bangku ku.
"Eh enggak deh, gak laper. Kalo laper juga ada kalian" ucapku kemudian hanya dihadiahi cubitan Trisya yang aku gubris dengan tertawa
Sepeninggal mereka, aku kembali terfokus dengan lamunanku. Orang dibelakangku siapa lagi kalau bukan Ricky dan Ali, masih asik tertawa. Entahlah aku juga tak peduli mereka menertawakan apa.
"Eh bagi minum dong. Gue haus, capek habis ketawa" ucap seseorang sambil memegang bahuku
Aku menatap si sumber suara, dan mendapatkan Ricky dengan gampangnya meminta minum kepadaku. Aku hanya menatap datar saja tanpa berminat memberi dia minum.
"Heh, gue tau gue ganteng. Tapi gak usah segitunya ngeliatinnya" ucap nya dengan percaya diri seakan ia memang sangat tampan
"Harus gue?" Tanya ku dengan nada yang dibuat - buat
"Disini tempat duduk lu yang deket sama gue, lagian pelit amat sih jadi cewek" omelnya karena aku tak memberi apa yang ia ingin kan.
"Terus kenapa gak pergi?"
"Jadi lu gak mau ngasih?""Gak"
"Wah beneran pelit lu. Sayangnya cewek sih, kalo cowok udah gue hajar lu"
"Gak mesti cewek atau cowok. Kalau mau hajar, ya tinggal hajar" ucap Ali ikut dalam obrolan ku dan Ricky
Aku hanya tersenyum sinis lalu memberikan minuman ku ke Ricky.
"Habisin aja, gue udah gak haus" ucap ku lalu pergi menyusul teman - teman ku ke kantin
Rasanya ingin ku hajar wajah mulus Ricky, seenaknya meminta minum ku. Kita lihat saja nanti siapa yang akan bertekuk lutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Teen FictionNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta