Part 1

366 14 0
                                    

Cahaya mentari pagi menilisik dari celah - celah kamar ku, tak kalah bunyi alarm yang ikut memeriahkan pagi pertama ku pada tahun ajaran baru ini.

Aku membuka mata secara perlahan, mencari asal bunyi alarm dan mematikannya. Masih pagi rupanya, tapi aku harus bersiap - siap agat dihari pertamaku sekolah aku tidak terlambat.

Semua nya sudah kusiapkan sejak tadi malam, atribut yang dipakai untuk MOS juga sudah kugunakan semua. Untung saja rumah ku tidak terlalu jauh dari SMA Nusantara, sehingga aku tak akan malu dengan penampilanku.

Jam sudah sudah menunjukan pukul 06.15 dan itu artinya aku harus segara berangkat sebelum hukuman - hukuman aneh akan menimpaku. Hari pertama ini, aku dan murid yang berasal dari berbagai macam sekolah diarahkan untuk langsung menuju aula.

Ya seperti pada umumnya, dalam kegiatan kali ini kakak - kakak dari osis dan mpk akan mendampingi kita selama beberapa hari kedepan kemudian membagikan kita kedalam beberapa kelompok.

"Ara Syakira, kelompok 8" ucap salah satu kakak kelas itu, dan menyadarkanku dari lamunan

Setelah namaku dipanggil, aku segera keluar aula dan langsung bergabung dengan teman - teman satu kelompokku. Aku memang bukan orang yang kaku untuk memulai sebuah pertemanan, sekali aku say hai maka lawan bicaraku akan terbuka dengan ku, itulah salah satu keahlianku.

"Pssst..pssstt"

"Ya kenapa?" Tanyaku menyadari bahwa sedari tadi aku melamun lagi

"Sudah waktunya kamu untuk memperkenalkan diri" katanya

Aku hanya mengangguk dengan senyum yang sedikit dipaksakan, lalu berjalan menuju kedepan kelas. Semua mata memandangku, tidak maksudku ada satu pasang mata yang tidak memandang kearahku, entahlah aku tak peduli dengannya.

"Ehemmm" ucapku memulai perkenalan, sebenarnya untuk meredakan kegugupanku.

"Nama saya Ara Syakira, teman - teman bisa memanggil saya cukup dengan Ara. Saya lulusan SMP Purnama. Sekian yang dapat saya sampaikan, salam pertemanan" ucapku mengakhiri pidato singkat perkenalanku.

Semuanya tersenyum tanda pertemanan, aku pun membalas mereka dengan senyum pertemanan. Mungkin akan lebih seru jika memiliki banyak teman.

"Psstt, Raaaa" panggil teman disebelahku

"Ya?" Jawabku tanpa minat, sepertinya orang yang berada disebelahku akan sangat merepotkan jika aku berteman dengannya.

"Echa" ucapnya penuh percaya diri sambil mengulurkan tangannya tanda perkenalan

Aku hanya menyambut uluran tanganya dan tersenyum tulus, kali ini senyum ku memang tulus.

"Ehemm, itu kalian berdua yang duduk di meja depan. Bisakah kalian diam dan memperhatikan perkenalan yang sedang berlangsung?" Tanya salah satu pembimbing ku

Aku dan Echa hanya menunduk, kembali memperhatikan perkenalan. Aku menggerutu dalam hati, mengapa baru memulai hari aku sudah mendapat teguran

" Ricky Prasetyo, kalian semua bisa panggil Ricky, asal sekolah SMP bersinar terang" suara itu terdengar buruk ditelingaku, aku melihat orang asal dari suara itu

Laki - laki dengan sikap berantakan, tak rapih. Wajah kusam, jauh dari kata kata sempurna, sudah pasti sifat dan sikapnya juga tak akan membuat banyak orang betah berteman dengannya. Entahlah tak ada minat sama sekali untuk mengetahui asal - usul laki - laki itu.

Hari semakin berlalu, tak terasa sudah waktunya menyelesaikan tugas akhir dari Masa Orientasi Siswa. Tak ada yang spesial selama orientasi karena memang aku tak pernah melakukan hal spesial selama orientasi.

Tugas yang kudapat sebagai tugas akhir dari pendamping kelompok adalah mencari beberapa benda untuk hadiah, maksudku seperti acara pertukaran kado. Memang tidak mudah mencari benda yang ingin kukadokan karena beberapa syarat yang diberikan oleh pendampingku.

"Apa yang kamu beli untuk pertukaran kado ini?"

"Kenapa?" Aku tak menjawab ucapan Echa dan balik bertanya

"Aku hanya ingin tau Ara, sepertinya kamu pelit sekali"

"Tak ada yang spesial dari kado ku"

"Bohong, katakan saja ra. Siapa tahu aku mendapatkan punyamu"

"Jika kamu tahu, mungkin kamu tak akan suka" ucap ku lalu memerhatikan keadaan didalam kelas

Beragam - ragam ukuran kado langsung terkumpulkan di tengah ruangan, ada yang berbentuk segita, persegi, persegi panjang. Ada pula yang besar, tebal, hingga kecil tipis. Beberapa pasang mata sudah mulai melirik dan berbisik dengan temannya, menandakan kado mana yang mereka ingin miliki. Tak jarang kado yang bentuknya besar dan padat hanya kumpulan - kumpulan koran saja, entahlah mereka terlalu usil untuk melakukan itu.

Kini giliranku untuk memilih kado, aku memasukan tangan ku kedalam sebuah bentuk akuarium kecil berbentuk lingkaran, lalu mengambil satu gulungan kecil dengan nomer 10 didalamnya.

"Silahkan ambil kado yang bernomor 10" ucap salah satu kakak kelas dengan datar

Aku hanya menggangguk lalu mengambil kado bernomer 10, kado dengan bentuk persegi, dan juga tidak terlalu tebal. Dengan aba - aba dari kakak kelas, aku dan yang lainnya mulai membuka kado yang sudah berada di tangan masing - masing.

"Yahhhh" mulai terdengar riuh penyesalan dari berbagai siswa lainnya setelah melihat kado yang mereka dapat

"Hahahah, apa - apa an nih kado. Gak cocok buat gue" kata siswa dengan tampang intimidasi

Aku membuka kado ku dengan perlahan, setelah melihat kado yang kudapat aku cukup bersyukur. Aku mendapat bingkai foto dengan foto presiden didalamnya, aku tak mengerti mengapa harus foto presiden didalamnya.

Ketika aku sedang meniliti bingkai foto itu, sepasang mata menatap ku tajam seakan menyiratkan bahwa kado itu darinya. Aku menatap balik sepasang mata itu, ya aku mengenalnya dengan penampilan urakan itu dan tak mungkin aku sampai lupa.

"Aku tak akan takut" ucap ku tanpa bersuara, seakan menunjukan pada seseorang yang sedang menatapku. Setelah berkata seperti itu, aku hanya melihat dia yang tersenyum sinis seakan menandakan bahwa aku telah menantangnya.

Ara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang