Minggu kedua latihan...
"Hari ini gak ada yang izin kan?" Tanya Trian setelah bel berbunyi nyaring
Seluruh isi kelas menggeleng serempak, membuat Trian tersenyum lega.
"Oke, jadwal kita hari ini setelah pemantapan tarian sama musiknya. Kita nyari kostum. Gimana? Bagi yang bisa aja buat nyari kostumnya" ucap Trian lagi
"Oke"
"Gue bisa kok"
"Oke"
Setelah mendapat jawaban setuju dari yang lainnya, Trian dan Shilla mulai membicarakan pemolesan dalam tarian maupun pemolesan dalam musiknya.
"Nah, jadi nanti musik dulu yang jalan. Tapi sebelum itu properti buat masa kanak - kanaknya udah disiapin. Jangan ada yang terlalu ribet, semuanya harus simpel. Kita harus bekerja rapih" jelas Trian
"Oke, kalau gitu kita coba liat Ara sama Ricky dulu. Gimana Ara sama Ricky harus dapet feel nya. Jangan feel masing - masing aja. Kalian tuh harus nyatu, ya gue tau kalian pacaran. Tapi maksud gue disini, yang sayang cuma satu orang. Ngerti?" Ucap Shilla berbicara kepadaku dan Ricky
Aku dan Ricky mengangguk mantap, tentu saja aku paham. Ini sepertinya sangat menyinggung kehidupan pribadi ku yang paling dalam. Entah ini sengaja atau tidak, sepertinya aku tak menyukai ide Shilla kali ini.
"Yaudah kita mulai aja sekarang, musik udah siap kan?" tanya Ali angkat bicara,mungkin dia bosan hanya mendengar Trian dan Shilla berbicara tanpa perbuatan
"Yaudah, ayo musik mulai" ucap Trian yang tiba - tiba saja jengkel dengan perkataan Ali, seolah Ali tak menghargainya.
Musik mulai dimainkan, dari petikan gitar dan dentingan piano terdengar menyatu. Baiklah, musim sudah sangat mulus. Berarti tarian ku dan Ricky harus lebih perfect lagi.
Ricky mengangguk tersenyum kepadaku, aku dan Ricky mulai menari. Menghidupkan chemistry antara aku dan Ricky. Aku menutup mata, mungkin jika aku membuka mata, aku akan melihat teman - teman ku sedang menahan nafas. Memperhatikan gerakan ku dan Ricky lamat - lamat.
Dentingan piano terakhir telah selesai, disusul dengan petikan gitar yang mengakhiri tarian kami. Aku masih menutup mata, mungkin Ricky juga. Hening beberapa detik, tiba - tiba tepuk tangan berbunyi diseluruh ruangan tempat latihan kelas ku kali ini.
"Sumpah, keren parah"
"Gila, mereka cocok. Gak salah milih"
"Gue pengen nangis, mereka cocok banget"
"Gila, gila. Bisa envy gue"
Dan banyak ungkapan - ungkapan lainnya yang terdengar setelah tarian selesai.
"Keren" ucap Trian lalu menepuk pundak Ricky dan hanya dijawab dengan senyuman oleh Ricky
"Yaudah, kita udah latihan dengan semaksimal mungkin. Buat seminggu sampai hari pementasan gak usah ada latihan lagi. Kita harus nyiapin properti sama kostumnya" ucap Rian lagi setelah berhasil membuat perhatian seluruh kelas kepadanya
"Kita istirahat dulu setengah jam, bagi yang mau makan silahkan makan dulu. Habis itu kita berangkat nyari kostum" ucap Rian lagi
Aku akhirnya duduk diatas bangku, masih berusaha mengatur nafas. Echa dan yang lainnya pergi kekantin, perut mereka memang tak pernah kenyang. Kepala ku terasa berat sekali, ruangan ini seperti berputar - putar, membuatku pusing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Teen FictionNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta