Part 17

90 8 0
                                    

Hari ku selalu diawali dengan pagi hari, dimana saat mentari sudah memancarkan sinarnya melalui celah - celah tirai kamar ku. Detik jam masih terdengar halus, bagai melodi penghantar tidur, membuat ku enggan untuk bangun.

Tok.tok.tok

Suara ketukan dari luar kamar ku terdengar, itu pasti mbok Sirni. Aku melihat sekilas jam yang tergantung didinding kamar ku. Sudah jam setengah enam, pantas saja mbok Sirni membangunkan ku

"Non, sekolah gak? Cepetan turun, mbok udah bikin sarapan. Nanti telat berangkat sekolahnya" ucap mbok Sirni dari luar kamarku


"Iya mbokkk, bentar lagi aku turun" ucapku, lalu aku mendengar suara derap langkah kaki menjauhi kamar ku. Sepertinya mbok Sirni sudah kembali ke dapur

Tak mau membuang waktu sedetik pun, aku bergegas mengambil handuk dan menyiapkan seragam sekolah ku. Tak butuh waktu lama, hanya 15 menit aku sudah merapikan segalanya, bergegas untuk turun.


"Mbok aku berangkat dulu ya, mungkin pulangnya agak telat soalnya ada urusan dulu" ucapku setelah sarapan ku habis

"Urusan apa non?" Tanya mbok Sirni

Aku tak menjawab pertanyaan mbok Sirni, hanya tertawa dan mengedipkan sebelah mataku pada mbok Sirni. Mbok Sirni hanya tersenyum mengangkat bahunya lalu menggelengkan kepalanya.

Aku melesat bagaikan jet, menumpang angkutan umum, dan wushhh, akhirnya aku sampai didepan gapura sekolah.

"Hai Ra, lama gak liat lu sekolah? Kemana aja? Sini peluk dulu" Ucap Echa dengan penuh nada bahagia setelah melihatku baru saja menginjakkan kaki dikelas setelah beberapa hari berlalu.

"Hey Ra, seminggu lagi ujian kenaikkan kelas, Dan lu banyak ketinggalan pelajaran Ra" Sambung Trisya

"Yaudah lah ya, ujian doang kan? Sohib kita satu ini kan bisa ngejar" Ucapan Risya mencoba membuat percaya diriku bangkit lagi

"Oh iya, dua minggu setelah ujian kenaikan kelas ada tes seni gitu. Jadi setiap kelas ngirimin perwakilannya gitu deh" ucap Shilla tampak sedang berpikir

"Tapi itu baru denger - denger ya" sambung Shilla

Aku dan yang lainnya hanya mengangguk tanda paham, lalu kembali pada obrolan lagi sebelum Ricky datang dan merecoki aku dan yang lainnya.

"Ra bagi minum dong, capek habis marathon keliling Jakarta" ucap suara dari arah belekang memotong oborlan ku

"Dari kemaren kayaknya minta ke Ara terus, lagian disini yang punya minum gak Ara doang Ricky" ucap Tiza dengan senyum jahilnya

"Karna Ara doang yang peka dan perhatian sama gue, ya gak ai?" Tanya Ricky lalu menoleh dan tersenyum kearah ku

"Ai?"

"Maksudnya?"

"Kita udah jadian" ucap Ricky dengan santainya setelah menerima minuman dariku, lalu meneguknya tanpa ada rasa bersalah setelah mengucapkan kalimat sakral tadi

Aku hanya diam, menunduk, membenamkan dalam - dalam kepalaku agar mereka tak bertanya macam - macam kepadaku.

"Ra? Jadi selama tiga hari lu ngilang itu lu jadian sama Ricky?" Tanya Echa tak percaya sambil menggelengkan kepalanya

"Kenapa emangnya? Lu cemburu?" Tanya Ricky kepada Echa dengan wajah jahilnya

Echa menggelengkan kepalanya lagi, dan menatap polos ke arah Ricky

Ara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang