Part 23

105 9 0
                                    

Bagiku tak ada banyak kenangan manis sama sekali di kelas XI ini, persahabatan ku masih juga belum menemukan titik terang. Ricky juga masih bersama dengan pacarnya, aku tak ada maksud untuk mendoakannya putus.

Waktu berlalu begitu saja, ulangan kenaikan kelas sudah dilewati. Dan kini aku naik tingkat menjadi kelas XII, aku tetap tak sekelas lagi dengan Ricky, dan aku juga tak berharap akan sekelas dengannya.

Pernah sekali aku berpapasan dengannya, namun tak ada sapaan sama sekali. Dia hanya menatapku melalui lensa matanya, membuatku sejenak terhipnotis untuk memberikan senyuman, namun setelah semua itu maka usai sudah. Aku hanya menatapnya datar, berusaha agar mataku tak berbicara apapun, berusaha agar wajahku dapat tetap menjaga mimik datar.

"Eh" tegur seseorang menyadarkanku dari lamunan

Aku mengenal suara ini, lalu aku menengok kearah sumber suara.

Ricky? Maksudku, mengapa dia tiba - tiba menyapaku? Ralat, maksudnya menegurku?

Aku hanya menatapnya datar, mengkerutkan kening.

"Gue manggil lu, gue mau nanya" ucapnya lagi mengerti arti dari tatapanku

"Nanya apa?"

"Kenapa lu tiba - tiba ngasih gue miniatur vespa?" Tanyanya

Panas. Aku rasa wajah ku sudah semerah tomat. Pikiranku pun melayang pada saat study tour beberapa bulan yang lalu.

Flashback...

Hari ini sekolahku mengadakan study tour untuk kelas XI nya selama lima belas hari. Tentu saja jika namanya study tour maka kegiatan utamanya adalah mengunjungi universitas - universitas dengan dalih - dalih agar jika kami berminat dengan universitas tersebut. Sekolahku memilih kota Yogyakarta sebagai kota study tour kami, tentu saja selain Yogyakarta merupakan kota pendidikan, kota ini juga memiliki banyak tempat - tempat menarik

Malam ini waktunya kami mendapat free time setelah dari pagi hari hingga sore hari berada di universitas. Aku dan Kika menelusuri jalan malioboro, menikmati keramaian malioboro dimalam hari. Setelah tadi sempat menikmati nasi goreng sebagai makan malam. Aku berencana mencari gelang untuk menambah koleksi gelangku. Namun,mataku terhenti pada sebuah miniatur vespa dari kayu yang sangat lucu.

"Ka, keren ya miniaturnya? So cute" ucapku lalu tertawa

"Iya bagus, beli aja"

Flashback off...

"Heh, gue lagi nanya sama lu" ucapnya lagi menyadarkanku dari lamunan

"Eh? Gak ada, gak buat apa - apa" ucapku, mencoba menyembunyikan kegugupanku

"Udah ah, gue ada tugas" ucapku lalu meninggalkan Ricky dengan wajah bingungnya

Yaampun, mengapa aku terlihat seperti orang bodoh. Wajahku memerah disaat yang tidak tepat. Ya Tuhan, sepertinya aku tak bisa jika harus berdekatan dengan Ricky, maksudku, aku tak mengerti bagaimana perasaan ku yang sekarang ini. Yasudah, aku tak ingin mengerti.

Bel berbunyi dengan nyaring, menyadarkan ku dari lamunan, untung saja pembahasan kali ini tak terlalu rumit sehingga tak akan berpengaruh banyak padaku.

"Ra, gue mau lu jujur sama kita" ucap Trisya setelah kami semua berkumpul, minus dengan Risya

"Jujur apaan sih?" Tanyaku merasa terintimidasi dengan tatapannya

"Lu sama Ricky kenapa sih?" Ucap Echa yang sudah tidak sabar, itu terlihat jelas dari raut wajahnya

"Kenapa apanya?" Tanyaku

"Lu sama Ricky kenapa udahan? Kita gak mau denger kalau gosip itu bener Ra" ucap Tiza dengan muka gemasnya

"Gosip itu bener, gue emang gak pernah jadian sama Ricky. Gue gak pernah ada hubungan apa - apa sama Ricky" ucapku

"Please Ra, jujur sama kita. Nenek yang jungkir balik aja tau kalau lu berdua sama - sama suka" ucap Shilla

"Gue gak suka sama dia, gue gak pernah suka sama dia. Kalian semua harus tau itu. Gue gak pernah suka sama dia, dan gak akan pernah suka" ucapku dengan sungguh - sungguh, namun ada rasa sakit tersendiri yang kurasakan saat mengatakan itu semua, rasa sakit yang tak bisa aku katakan pada semuanya

"Lu suka Ra, kenapa sih lu masih ngelak. Lu udah ke gap" ucap Trisya

Aku diam, mataku menerawang. Menyadari bagaimana perasaan ku, menyusun benang - benang kusut yang akan memberiman penjelasan. Semua buram, aku masih tak dapat merasakan apapun.

"Tuh kan lu diem, lu suka kan sama Ricky?" ucap Tiza

"Kalian jangan liat dari sudut pandang gue, kalau iya gue suka. Terus gue bisa apa? Gue juga gak bisa maksa dia buat suka sama gue. Dia sahabat terbaik gue, gue gak mungkin jatuh cinta sama dia. Dia udah punya cewek, gak mungkin gue ngerusak hubungan dia sama ceweknya. Sekarang apa yang harus gue lakuin? Ngomong depannya langsung? Ngomong kalau gue suka sama dia? Ngomong kalau gue gak bisa ngelupain dia? Apa yang harus gue lakuin?" Ucapku dengan penekanan pada setiap katanya, menyadarkan pada mereka bahwa semuanya akan menjadi sia - sia jika aku mengungkapkan semuanya sedangkan aku tak pernah menyadari apa yang terjadi

"Dia suka sama lu Ra, ceweknya yang sekarang cuma pelariannya doang. Pelariannya dari dia yang gak bisa ngungkapin perasaannya. Dia bukan cowok strong Ra, dia punya rasa takut kalau akhirnya lu berubah sama dia" ucap Trisya mencoba meyakinkan ku dengan pendapatnya

"Trus apa yang bakal kalian lakuin? Bilang ke Ricky kalau gue suka sama dia? Disini masih ada pihak ke tiga, masih ada ceweknya. Kalian gak mungkin kan, jadiin gue pho buat Ricky sama ceweknya?" Ucapku

"Lu bukan pho Ra, ceweknya Ricky yang pho. Dia yang ngeganggu hubungan lu sama Ricky. Dan buat masalah itu, dia gak akan sakit Ra. Dia bukan cewek yang pantes buat Ricky. Cewek cabe ijo kayak dia gak akan sakit,pasti bakal dapet yang baru. Liat aja kayak Key sama Keyla, Key yang famous aja abis pegat langsung nemu yang baru kan? Dan itu berlaku juga buat cabe ijo itu Ra" ucap Echa yang membuatku ingin tertawa, tapi tidak kulakukan

"Gue gak suka sama Ricky. Intinya, gue gak suka sama Ricky, dan Ricky juga gak pernah suka sama gue. Dia sahabat terbaik gue, dan gue sahabat terbaik dia" ucapku lalu pergi meninggal kan teman - teman ku.

"Lu gak pernah sadar sama apa yang lu rasain Ra" ucap Tiza samar - samar saat aku sudah semakin jauh meninggalkan mereka

Lu gak pernah sadar sama apa yang lu rasain Ra

Lu gak pernah sadar sama apa yang lu rasain Ra

Lu gak pernah sadar sama apa yang lu rasain Ra

Ucapan Tiza terus terngiang - ngiang dikepalaku. Apa maksudnya dengan aku tak pernah menyadari perasaan ku sendiri. Bahkan karna aku menyadarinya maka aku tahu diri untuk menepis rasa itu jauh - jauh, mengatakan bahwa aku tak pernah menyukai Ricky sedikit pun.

Ara.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang