Hari ini sudah tak ada waktu libur ku dan lainnya, semalam teman - teman ku memutuskan untuk menginap dirumahku. Mereka tak ingin terjadi apa - apa denganku, sebenarnya ini terlalu berlebihan, namun aku suka.
Mentari pagi sudah menganggu tidurku sejak beberapa menit tadi, menyadarkan ku bahwa hari ini aku harus berangkat kesekolah. Aku bangun dengan tergesa - gesa sambil sesekali melirik jam bertaruh dengan waktu.
"Hey, bangun. udah pagi nih" ucapku membangunkan Echa dan yang lainnta
Echa hanya membuka mata, melirik sekilas lalu tertidur lagi. Aku membangunkannya lagi.
"Hoammm, emang sekarang udah jam berapa?" Tanya Risya masih dengan wajah ngantuknya
"Jam setengah enam" ucapku sambil menyisir rambut panjangku, mempunyai rambut panjang memang menyusahkan
"Hah udah jam setengah enam? Kok lu gak bangunin gue?" Tanya Tiza dan langsung terburu - buru ke kamar mandi
Aku hanya tertawa saja, dan melanjutkan aktifitasku.
"Gue tunggu kalian diruang makan ya, jangan lama - lama. Nanti telat" ucapku lalu pergi keluar kamar dan menemui mbok Sirni didapur
"Pagi mbok" ucapku seperti biasa sambil mencicipi masakan yang dibuat oleh mbok Sirni
"Duh non, udah jam berapa ini? Kenapa baru bangun. Itu temen - temen non ada dimana? Sarapannya udah siap, ini mbok bikin bekel buat non" ucap mbok Sirni panjang lebar
Aku hanya mengangguk saja, mulai menempati tempat duduk dimeja makan, dan menyantap makanan saat teman - teman ku sudah selesai dengan aktifitasnya.
"Eh Ra, kita naik apa?" Tanya Trisya
"Kita naik angkutan umum aja ya, atau naik busway aja ya. Gue belum punya SIM" ucap ku menjelaskan kepada teman - teman ku.
Aku dan teman - teman ku berpamitan dengan mbok Sirni lalu menuju halte terdekat. Tak butuh waktu lama didalam busway, akhirnya kami sampai disekolah dengan selamat.
"Heh, ada pr gak?" Tanya Ali saat aku baru menduduki bangku
"Gak tau" ucapku sekenanya
"Dasar nenek lampir, gue hajar juga lu" ucapnya dengan menampilkan tampang sebalnya
Aku hanya menatapnya datar, dan melihat jam dipergelangan tanganku. Sudah waktunya bel. Aku segera memanggil Risya dan Trisya yang masih mengobrol diluar kelas.
Langkah kaki bu Rani sejauh ini sudah terdengar, guru matematika yang tak pernah menampilkan wajah bertemannya jika belajar. Aku masih memainkan hanphone ku, tak menyadari bahwa bu Rani diekori oleh murid baru sepertinya.
"Eh Ra, ada anak baru tuh" Echa menyikutku lalu berbisik
"Hmmmm" aku hanya bergumam tidak jelas dan kembali menekuni handphone ku
"Ra, serius" ucap Echa sekali lagi lalu mengambil alih handphone ku
"Echaaaaa" ucapku dengan nada yang sedikit kencang membuat beberapa murid menatap kearah bangku kami, tak terkecuali bu Rani
"Ara, Echa. Kalian sedang apa? Ingin menggantikan saya di depan hari ini?" Suara bu Rani membuat bulu kuduk ku merinding
"En..gga..k b..u" ucap Echa dan aku tergagap.
Akhirnya aku menatap kedepan, melihat murid baru yang dikatakan oleh Echa tadi.
Deg.
Apa ini?
Deg.
"Perkenalkan, nama saya Rowman. Saya asli Indonesia namun baru pindah dari Paris karena ayah saya dipindahkan tugas kembali ke Indonesia. Semoga kalian semua dapat menerima saya bergabung dikelas ini khususnya" ucap murid baru itu memperkenalkan diri.
Mataku dan matanya bertemu, pandangan itu. Pandangan yang kulihat kemarin setelah tiga tahun yang lalu. Lalu apa maksudnya ini? Takdir sekali lagi berhasil mempermainkan ku.
"Kalau begitu, selamat bergabung khususnya dikelas ini dan silahkan isi bangku yang kosong itu disebelah pengrusuh kelas ini" tunjuk bu Rani kepada Ricky yang kini sedang asik mencoret - coret diatas kertas putih
Aku hanya diam, memasang tampang datar. Dia melihatku lama, memberikan senyum yang dulu pernah membuatku jatuh. Lalu bergegas menempati bangku kosong disebelah Ricky.
Setelah perkenalan itu, beberapa siswi masih mencuri - curi pandang termasuk Shilla. Aku hanya menggeleng - gelengkan kepala lalu kembali memfokuskan perhatianku pada papan tulis yang sudah penuh dengan angka - angka handalan bu Rani.
Bahkan sudah beberapa menit berlalu, suara bu Rani mampu membuat Ricky tertidur, aku sempat melirik bangkunya sekilas dan Ricky sudah asik dengan alam mimpinya. Dan aku segera mengalihkan pandanganku sebelum Rowman menyadari dan terlalu percaya diri bahwa aku memerhatikannya.
Bel berbunyi dengan lambat, rasanya jika ada phobia angka maka aku mungkin akan termasuk orang yang mempunyai phobia angka.
"Eh kantin yuk,makan bekelnya dikantin aja" ucapku lalu menarik lengan Echa dan yang lainnya
"Etdah, gak usah narik bisa kali" ucap Echa kesal dengan tindakan ku
Aku hanya terkekeh lalu sesegera mungkin keluar dari kelas.
"Ara?" Panggil seseorang dan aku tahu orangnya sehingga aku mengabaikannya
"Ara syakira?" Ucapnya lagi
"Ara, lu denger gue gak sih?" Ucapnya kini berhasil membalikan badanku dan pandangannya dengan ku bertemu
"Apa?" Ucapku dengan nada datar
"Lu kenapa sih ngehindar dari gue mulu?" Ucap Rowman sambil memegang bahuku
"Ini sekolah, bukan taman. Lepasin tangan lu" ucapku masih dengan tampang datar
Dia melepaskan tangannya dari bahuku lalu menghela nafasnya dengan berat.
"Kenapa lu mesti ngehindarin gue sih?" Tanya Rowman memulai percakapan dingin antara aku dengan dia
Aku hanya diam,memasang tampang datar. Berharap dia akan bosan lalu pergi meninggalkanku lagi.
"Ra? Jawab gue" ucapnya lagi
"Gue pengen lu pergi dari hidup gue, menghilang dari pandangan gue selamanya" ucapku lalu pergi meninggalkannya dan juga meninggalkan Echa dan keempat temanku yang lainnya
Aku tak jadi melanjutkan tujuan utamaku untuk memakan bekal dikantin karena waktu istirahat tak akan cukup. Aku melirik jam dipergelangan tanganku, lima menit lagi sudah waktunya masuk.
Sayup - sayup aku mendengar percakapan Shilla dengan Rowman.
"Shill, lu bantuin gue. Gue bener - bener nyesel" ucap Rowman dengan nada memohon
"Tapi man, ini urusan lu sama dia" ucap Shilla
"Gue cinta sama dia Shill" ucap Rowman lagi
"Udah deh, selesain aja urusan lu sama dia. Gue gak mau ikut campur" ucap Shilla lagi
Setelahnya aku tak mendengar lagi percakapan mereka, aku kesal dengan semua permainan takdir ini. Kesal dengan tak yang harusnya bisa kuubah namun tak bisa kuubah. Aku mengambil tas, berlari meninggalkan kelas, berharap tak ada yang melihat gerak gerik ku. Namun, sepasang mata coklat bening itu menatapku, pandangan ku dan pandangannya sekali lagi bertemu.
Gimana nih repost nya? Udah nyaman? Kalau nyaman jangan lupa vote dan commentnya yaa
Oiya, baca cerita Story Of Fiola dari @princessrossie ya, Insya Allah berkah. Mau tau seru atau ngga? Baca dulu ceritanya :p tp jgn cuma baca loh, vote sama commennya juga ;) Thanks guys."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Genç KurguNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta