Mentari pagi sudah menyapaku, aku membuka mata dan melihat sekeliling. Ya ampun, Ricky masih disini? Apa dia tidak sekolah?
"Rick?"
"Rick?"
"Rick?"
Ricky membuka matanya, menggeliatkan badannya sebagai peregangan.
"Hoammmm, eh Ra. Udah bangun? Mau sarapan?" Tanya Ricky langsung menghampiriku
"Kenapa lu belum berangkat sekolah juga? Ini udah mau jam setengah tujuh" ucapku
"Hah? Gue? Eh, gue gak sekolah lagi"
"Lu bolos lagi?"
"Enggak kok, gue ngasih surat izin. Dan tenang, lu juga gak di alfain kok"
Aku hanya mengangguk, tak mau memaksanya. Lalu memejamkan mataku lagi. Aku teringat ucapan dokter kemarin.
Flashback on
"Maaf Ara, saya harus memberitahukan ini langsung kepadamu" ucap dokter itu setelah Ricky meninggalkan ruangan ku
Aku hanya tersenyum, mencoba tetap tenang dengan apa yang akan terjadi nantinya.
"Ra? Jantung kamu sudah mulai melemah, bukan maksud saya mengatakan kamu akan segera mendekati ajalmu, tapi kondisi jantungmu sudak tidak bisa berfungsi normal lagi karena mungkin dulu kamu terlalu sibuk dengan kegiatan kamu sehingga harus membuat jantung kamu bekerja lebih cepat untuk aktifitas kamu yang sangat padat sehingga mengakibatkan kinerja jantung kamu menjadi buruk. Dan saya juga melihat riwayat TBC , sepertinya TBC itu sudah mencapai stadium 2 walaupun itu sudah tidak lagi bersarang didalam tubuhmu tapi itu cukup berpengaruh merusak kinerja paru-paru kamu sehingga kamu juga terserang penyakit paru-paru basah walau hanya stadium awal sehingga kamu harus sering-sering setidaknya sebulan 2 kali kamu harus check up kerumah sakit ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan!" Ucap dokter itu berusaha membuatku tetap tenang
Aku hanya tersenyum, menulis setiap kemungkinan terburuk yang akan ku alami. Dari aku yang mungkin tak bisa menanggung ini sendiri, namun apa jadinya jika teman - teman ku terutama Ricky mengetahui betapa lemahnya diriku? Apakah mereka akan tetap selalu disampingku? Tersenyum dan selalu menatap ku jahil? Apa mereka tidak mungkin untuk meninggalkan ku? Walaupun lebih banyak mungkin untuk meninggalkanku.
"Baiklah Ra, saya ada pekerjaan lagi. Saya mohon kamu harus menjadi pasien yang kuat. Penuh dengan keceriaan" ucap dokter itu lalu meninggalkanku
Aku tersenyum miris, menutup mataku sejenak, menghirup nafas ku yang terasa berat. Rasanya aku akan terlihat sangat payah jika tak bisa menghadapi ini.
Flashback off
Aku membuka mataku, melirik ke arah Ricky. Dia masih sibuk dengan handphonenya, entahlah menghubungi siapa.
"Rick, gue pengen bubur ayam yang didepan sekolah kita" ucapku tiba - tiba karena merasa makanan rumah sakit sangat tidak cocok dengan lidah ku
"Hah? Lu tadi ngomong apa?"
"Gue pengen bubur ayam yang didepan sekolah kita" ulang ku

KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Fiksi RemajaNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta