"Ara?"
Aku menengok pada sumber suara, laki - laki dengan kaus merah maroon berdiri didepan pintu rumah ku. Membawa sebuket bunga mawar ditangannya, dengan senyum yang mengembang.
"Rowman?" Suara ku terdengar begitu lirih
Aku berjalan menghampirinya, mengabaikan wajah bingung Ricky. Tanpa kusadari Ricky ikut berjalan beriring dengan ku.
"Ra?" Ucap Ricky sambil menahan tanganku
"Kenapa? Mending lu pulang sekarang Rick, nanti terlalu siang" ucapku secara halus menyuruh Ricky untuk pulang
Ricky hanya mengangguk, dan tak banyak bertanya lagi. Mungkin dia tahu, ini adalah privasiku.
"Selamat ulang tahun Ra" ucap Rowman setelah beberapa saat aku dan dia sama - sama terdiam
"Makasih" ucapku singkat, tanpa senyum dan ekspresi apapun
"Ra, bisa kita bicara sebentar?" Ucapnya
"Yaudah, masuk aja dulu. Gue mau cuci muka dulu" ucapku lalu meninggalkan Rowman yang sudah duduk manis diruang tamu
"Ehemmm, apa yang mau lu bicarain?" Tanyaku langsung memulai pembicaraan
"Gue boleh minta satu permintaan lagi gak?"
Aku sungguh dibuat kesal olehnya, merepotkan saja.
"Kita bisa bicara ditaman belakang aja?" Katanya lagi
Aku hanya mengangguk, lantas beranjak dan menuju taman belakang. Diikuti olehnya dari belakang.
"Sekarang, apa mau lu?" Tanyaku dengan tatapan datar
"Gimana kabar lu? tante Sin? sama om Rel?"
"Gak perlu basa basi, langsung ke intinya" ucapku sarkasme
"Gue mau minta maaf"
"Buat apa?"
"Buat semua kesalahan yang pernah gue lakuin"
"Gak ada kesalahan"
"Ra, please. Tatap gue" ucapnya lalu menarik tubuhku agar menatap mata yang pernah membuatku terhipnotis
Aku hanya diam, membalas tatapan dalamnya, wajah ku masih kuusahan datar, agar ia tak tahu seberapa kesalnya aku dengan takdir ini.
"Ra, gue sayang sama lu. Gue gak pernah ada niatan buat ninggalin lu Ra. Gue mohon, percaya sama gue" ucapnya sambil menggenggam erat jemari tanganku
"Dengan gue percaya sama lu, apa bisa merubah semuanya?"
"Kita mulai dari awal, gue akan berusaha ngebuat lu ngilangin rasa benci itu"
"Gue gak benci lu"
"Bohong Ra, mata lu bilang kalau lu benci gue" ucapnya, aku melepaskan genggamannya. Menatap lurus kedepan. Memang benar aku tak pernah membencinya, aku hanya menyesal dengan perlakuan ku yang kekanak - kanakan.
"Ada yang gue jelasin lagi Ra" lanjutnya
Aku hanya diam, mengintrupsinya agar tetap melanjutkan pembicaraan."Pada saat itu gak ada setitik dari perasaan gue yang berubah terhadap lu. Masih sama, gue masih tergila - gila sama sosok Ara yang cuek dan selalu keliatan riang. Tapi waktu gak ngijinin Ra, bokap gue dipindahin kerja keluar negeri, tepatnya ke Paris. Gue pindah secara mendadak, gak ada persiapan sama sekali. Dan saat itu juga, keluarga gue kena masalah besar. Gue gak bisa bawa barang - barang apapun ke Paris Ra, selama disana juga, gue terua cari informasi tentang lu. Gue gak pernah lupain lu Ra. Dan sekarang akhirnya gue bisa nemuin lu" Rowman mengakhiri penjelasannya

KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Teen FictionNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta