Pagi lagi dan pagi lagi, hari ku memang selalu diawali dengan pagi hari. Sudah pernah ku bilang kan? Awal hari ku adalah saat sinar sang mentari menilisik dari celah - celah tirai kamar ku, mengganggu tidurku yang nyenyak untuk menyuruhku melakukan aktifitas yang seharusnya.
"Eh non Ara udah bangun?" Tanya mbok Sirni saat melihatku sudah siap dimeja makan"Eh iya mbok, mbok belum masak? Kalau belum masak, Ara sarapan roti aja mbok" ucapku pada mbok Sirni
"Iya non, hari ini mbok telat bangun. Bentar ya non, mbok siapin dulu roti nya" ucap mbok Sirni lalu mengambil roti yang berada didalam kulkas
Bukankah sudah pernah kubilang? Mbok Sirni selalu memperhatikan tumbuh kembangku.
Aku sudah sampai disekolah lima belas menit yang lalu, tumben sekali belum ada orang yang hilir mudik masuk kelas? Aku melihat jam dipergelangan tangan, pantas saja. Ini masih terlalu pagi untuk tiba disekolah. Namun, aku heran. Mengapa sepagi ini Ali sudah datang? Apakah ia sudah sembuh? Surat yang kemarin diberikan, memberi tahu bahwa Ali tidak masuk selama tiga hari.
"Eh, kok lu udah masuk sih li?" Tanyaku menghampiri bangkunya
Tak ada jawaban, wajahnya tertutupi jaket, rupanya dia tertidur.
"Heh, bangun lu. Ini kelas bukan kamar pribadi lu" ucapku mengguncang - guncangkan tubuh Ali
Ali pun bangun dari tidurnya, dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang menganggu tidur paginya. Eh tunggu dulu, itu bukan Ali.
"Lu pagi - pagi udah nyari masalah ya sama gue?" Ucap Ricky dengan suara khas orang bangun tidur
"Loh,kok lu sih? Ini kan bangku Ali. Kenapa lu duduk disini. Tau gitu gue gak akan bangunin lu. Males" ucapku memutar bola mata, lalu kebangku ku meninggalkan Ricky
"Heh, udah ngebangunin gue. Sekarang main pergi aja lagi" ucapnya sambil menarik tanganku
"Lu apaan sih, narik - narik tangan gue mulu" ucapku merasa risih dengan tangannya di tangan ku
"Deg degan ya lu gue giniin?" Ucapnya
Aku langsung memasang wajah datar ku, berusaha agar tangan ku tidak melayang diwajahnya.
"Tuh kan diem, berarti beneran ya" ucapnya lalu tertawa
Aku tetap bertahan dengan wajah datar ku, berusaha menghiraukan suara bising Ricky. Berlalu meninggalkannya, dan segera duduk dibangku ku sambil sesekali bersenandung kecil mendengarkan lagu dari earphone ku.
"Heh, kalau orang ngomong tu didengerin" ucapnya tepat ditelingaku, berbisik. Seakan orang lain tak perlu tahu, jelas saja dia mencopot sebelah earphone ku.
"Gak jelas, lepasin earphone gue dari tangan lu" ucap ku dengan nada mengancam
"Kalau gue gak mau?"
"Tangan gue bakal mendarat dipipi lu" ucap ku sarkasme
"Yaudah nih" ucapnya sambil memberikan pipinya
Plakkkkkk
Tangan ku sudah mendarat mulus tepat diwajahnya, aku tak pernah main - main dengan ancamanku.
"Gila lu, beneran ditampar gue. Dasar cewek sadis, pelit, dan lu kemaren udah alfain gue" ucapnya sambil sesekali mengusap pipinya yang baru saja ku tampar
"Kenapa? Gue gila? Lu lebih gila! Gue sadis? karena lu yang nantang gue. Gue pelit? Karena lu gak tahu malu. Gue ngalfain lu? Karena lu gak ngasih surat" ucapku sambil jari telunjuk ku menempel pada dahinya
![](https://img.wattpad.com/cover/36742852-288-k755204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara.
Fiksi RemajaNamaku Ara, aku tak percaya cinta. Seseorang yang seharusnya mengajarkan betapa cinta itu menyenangkan, tetapi malah memperlihatkan betapa sakitnya jatuh cinta. Aku tak percaya cinta