" Enak dong kalo gitu ". Ucap seseorang yang baru saja memasuki rumah.
Hanna, Davin dan Damar serempak menolehkan pandangan mereka. Di ambang pintu terlihat seorang pemuda kira-kira berusia dua tahun dibawah Hanna. Ia menenteng tas dipundaknya.
Ekspresi Davin tiba-tiba sedikit berubah. Air mukanya terlihat mendatar dan kaku.
" Eh Arish, kok udah pulang jam segini. Tumben " ucap mama Ana yang baru saja tiba dari arah dapur. Ia membawa nampan berisikan bolu pisang yang ditata diatas piring.
" Ck, Arish pulang telat ditanyain, pulang lambat juga diomelin. Dasar mama ". Gerutunya sambil mendudukan diri disamping papa Damar.
" Hush, gak boleh gitu kamu " Papa Damar memukul lengan anak bungsunya.
Mama Ana menyeringai. " Marahin aja pa. Dia mah emang gitu sama mama. Gak sopan. Dasar anak muda ".
Arish tergelak. Ekspresi mamanya itu sangat lucu menurutnya. Entah mengapa dia senang sekali mengganggu wanita paruh baya itu.
" Wiih, siapa nih yang bawa kue ". Pria berusia dua puluh dua tahun itu mencomot sepotong kue yang baru saja diletakan mama Ana diatas meja.
Plak
Mama Ana memukul tangan Arish cukup kuat. " Awsh...kenapa sih ma ". Protes Arish.
" Cuci tangan dulu sana. Abis dari luar juga. Jorok kamu ".
" Ck ".
Arish bangkit dari duduknya dan berlalu menuju dapur.
" Ayo pulang " ucap Davin tiba-tiba.
Hanna tersentak kaget karena tangannya tiba-tiba ditarik sang suami. " Loh kenapa, Mas? ".
" Eh Vin, mau kemana? " tanya papa heran saat melihat anaknya menarik tangan sang menantu.
" Pulang ". Jawab Davin seadanya.
" Eh, kan masih pagi. Kok udah pulang aja. Mama belum sempet ngobrol sama kalian lho " mama Ana menunduk sedih.
Hanna jadi merasa tidak enak. Ia lantas berbisik pada suaminya. " Mas, nanti dulu ya. Kasian mama ".
Pria yang berstatus sebagai calon ayah itu menghembuskan napasnya pelan. " Oke. Sebentar aja ".
Mereka berdua kembali duduk. Mama Ana tersenyum senang. Sebenarnya ia tak tahu kenapa tadi mereka tiba-tiba ingin segera pulang. Namun, selepas kedatangan Arish barusan, sikap Davin menjadi sedikit berubah. Ia tahu itu.
" Kalian nginep aja ya? " ucap mama Ana penuh harap.
" Gak bisa ". Ujar Davin cepat. Hanna mencubit pelan perut suaminya.
" Loh kenapa? " tanya papa Damar. Ia mulai merasa aneh dengan situasi ini.
Davin tidak menjawab. Ia hanya diam dan bersedekap dada.
" Em, besok aku kerja, ma. Gak bisa ditinggal. Soalnya udah mau akhir bulan juga. Perusahaan lagi riweuh banget. Lain kali aja ya, ma " ucap Hanna beralasan. Tapi itu tidak sepenuhnya bohong. Ia memang harus kejar deadline menuju akhir bulan.
Mama Ana mengangguk pelan. Sedikit kecewa karena anak dan menantunya tidak bisa menginap. Tapi jika itu sudah berurusan dengan pekerjaan, mau bagaimana lagi.
" Kamu belum resign, Na? " tanya papa Damar hati-hati. Takut menimbulkan masalah yang tak diinginkan.
Hanna menggeleng. " Belum, pa. Nunggu masa kontraknya habis dulu. Mungkin sekitar tiga atau empat bulanan lagi ".
Papa Damar mengangguk mengerti. " Sebaiknya kamu jangan terlalu lelah, Na. Ingat, sekarang kamu lagi gak sendiri. Usia kandunganmu masih muda. Rentan terjadi sesuatu. Naudzubillah ". Ucapnya menasihati.
" Iya, pa ".
" Kakak ipar hamil? " tanya Arish tiba-tiba. Rupanya pemuda itu sudah selesai mencuci tangan dan mengganti pakainnya.
" Iya Rish Alhamdulillah ". Hanna mengusap perutnya yang masih datar. Nada bahagia dari ucapannya tidak bisa disembunyikan.
Arish tersenyum mendengarnya. Namun, jika diperhatikan lebih teliti, ada kegetiran dalam senyum itu. Dan sialnya, Davin melihat hal tersebut.
Suami Hanna itu diam-diam mengepalkan tangannya. Ia jadi teringat dengan kejadian beberapa bulan sebelum dirinya menikah dengan Hanna dulu.
***
Beberapa jam lamanya Hanna dan mama Ana berbincang tentang beberapa hal. Terutama hal-hal seputar kehamilan. Wanita paruh baya itu memberikan beberapa wejangan. Ia juga menanyakan apakah orang tua Hanna di kampung sudah diberi tahu atau belum.Setelah tahu jika menantunya itu belum memberi kabar tentang kehamilannya pada sang besan, mama Ana mengusulkan untuk memberitahunya nanti saja. Rencananya ia dan keluarganya akan berkunjung ke Sukabumi untuk memberitahukan kabar bahagia ini sekaligus untuk silaturahmi.
Rasanya ia sudah lama tidak bertemu dengan besannya itu. Mungkin sekitar satu setengah tahunan.
" Ya udah ma, kalo gitu aku sama mas Davin pulang dulu ya. Nanti aku kasih kabar kapan bisa libur dan pulang ke Sukabuminya " ucap Hanna berpamitan.
" Oke. Kamu hati-hati ya. Jangn kecapekan, jaga kesehatan dan istirahat yang teratur. Jagain cucu mama ya, Na ". Mama Ana mengusap lembut tangan menantunya.
Hanna tersenyum hangat. " Pasti ma ". Senang rasanya diperhatikan oleh mertua seperti ini. Dulu Hanna sempat berfikir jika ia akan mendapat mertua yang seperti di film-film. Suka menindas menantunya. Apalagi perbedaan status sosial diantara mereka yang cukup jauh.
Tapi beruntungnya Hanna yang memiliki mertua seperti mama Ana ini. Dia sangat baik dan perhatian. Point pentingnya, ia sangat menyayangi Hanna dan tak jarang untuk memanjakannya.
" Ma, pa, kita pamit dulu ". Ucap Davin menyalimi tangan kedua orang tuanya. Sejak tadi ia tak sedikitpun menyapa sang adik. Padahal pemuda itu sering mencoba untuk mengajaknya mengobrol.
Entah apa yang terjadi diantara mereka.
" Jaga Hanna dengan benar, Vin. Dia sedang mengandung. Papa tidak mau mendapatkan kabar jika anak perempuan papa ini lecet sedikitpun ". Ucap Damar posesif. Ia memang sesayang itu pada Hanna.
Damar sudah menganggap Hanna seperti putrinya sendiri. Sebenarnya pria paruh baya itu sangat menginginkan anak perempuan. Namun melihat usia mereka yang tak seproduktif dulu, Damar hanya bisa pasrah. Memiliki dua orang putra juga tidak terlalu buruk.
Maka, sejak Davin membawa Hanna kehadapan kedua orang tuanya, Damar dan Ana sangat antusias. Keduanya langsung menerima Hanna dengan suka rela. Tidak ada drama keluarga seperti di film-film.
Mereka bahkan sangat menyayangi Hanna seperti putri mereka sendiri. Meski saat itu Hanna dan Davin belum menikah, tapi kasih sayang Damar dan Ana sudah diperlihatkan.
Apa lagi saat mengetahui semua tentang Hanna dan keluarganya. Menurut mereka Kasta bukan patokan utama. Yang benting attitude dan riwayat hidupnya baik, maka mereka akan dengan senang hati menerimanya.
Dimata Damar dan Ana, Hanna adalah wanita yang tepat untuk putranya. Kepribadian gadis itu sangat baik. Memiliki prestasi yang bagus semasa pendidikan. Juga sifat mandirinya yang menjadi nilai utama. Hanna juga gigih dalam segala hal.
Jadi kedua orang tua Davin itu tak memiliki alasan untuk menolak kehadiran gadis sebaik Hanna ini.
" Kami pamit Ma, Pa, Arish. Assalamualaikum ".
" Waalaikumsalam. Hati-hati ". Jawab ketiga orang itu serempak.
Diperjalanan, Hanna dan Davin hanya diam. Sebenarnya Hanna ingin membuka percakapan. Tapi ia bingung harus memulai dari mana. Wanita itu heran dengan sikap suaminya yang sedikit berbeda. Apakah pria itu masih marah kepadanya karena masalah ia yang belum resign dari kantornya. Tapi, apa iya.
Biasanya Davin tidak seperti ini. Meski mereka sering kali berbeda pendapat, tapi pria itu tak akan mendiaminya lama-lama. Sebenarnya aada apa?
" Mas... "
" Kamu jangan terlalu dekat dengan Arish. Saya gak suka ".
Sukabumi
4 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )
Spiritual##kamuskeluargaby:fitrinekal Ingin punya keluarga harmonis itu gak harus melulu tentang harta. kadang kala waktu yang kita luangkan untuk keluarga lebih berguna dan juga bermanfaat. cara mendidik anak, mengurus suami, menyayangi istri, memberikan pe...