Bab 15

1.6K 91 0
                                    

Hari ini ibu dan kakak perempuan juga keponakan Hanna akan datang ke Jakarta. Mereka berdua mungkin akan menginap selama beberapa hari.

Awalnya, semua keluarga Hanna yang di Sukabumi akan ikut ke Jakarta hari ini, katanya mereka juga ingin segera melihat baby Zayn yang baru lahir. Namun, ada dua kakak laki-laki Hanna yang mengatakan jika sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Maka, mereka semua sepakat untuk tidak ikut saja.

Tadinya, mereka ingin melaksanakan reuni dua keluarga. Berhubung beberapa dari mereka sedang ada halangan untuk hadir, maka acara itu harus diundur dan kemungkinan akan pindah lokasi menjadi di Sukabumi.

" Na, mama tadi udah pesen kue di toko langganan. Kalau ada yang mengantar, tolong ambil saja ya. Mama sudah bayar. Tadinya mama mau buat kue sendiri, tapi ternyata tidak sempat ". Mama Ana dan Hanna kini sedang berada di dapur. Mereka tengah memasak beberapa hidangan untuk menyambut kedatangan ibu Hanna.

" Oh iya ma ".

" Suami kamu kemana, kok tidak kelihatan dari tadi? ". Mama Ana menoleh dengan tangan yang masih mengaduk-aduk gulai didalam wajan.

" Oh itu ma, mas Davin lagi main sama Zayn dikamar. Tadi juga sempet dipanggil buat kesini, tapi mas Davin-nya nolak. Katanya mau jagain baby Zayn aja. Padahalkan sudah ada Arish yang mau jaga ". Jawab Hanna menatap sebentar pada ibu mertuanya. Wanita itu sedang mencuci ceker dan sayap ayam untuk membuat soup.

" Dasar, mentang-mentang papa baru, mainannya sekarang bayi terus ya " wanita paruh baya itu terkekeh. " Eh Na, tolong cobain gulainya dong. Takut ada yang kurang, nanti bisa ditambahin apa yang kurangnya".

Hanna berjalan mendekat. Ia terlebih dahulu mengambil sendok untuk mencicipi gulai buatan mertuanya. " Enak kok Ma. Tapi, saran aku, mungkin sedikit ditambah garam lagi biar rasanya makin mantap ". Mama Ana mengangguk. Ia mengambil sedikit garam dan bertanya lebih dulu pada menantunya itu apakah cukup atau tidak.

Mama Ana ini sebenarnya tidak begitu pandai memasak. Kalau masak makanan instan dan tinggal goreng saja mungkin ia bisa. Tapi, jika memasak makanan yang memerlukan banyak bumbu seperti ini, ia langsung angkat tangan.

Beruntung ia mendapatkan menantu seperti Hanna yang serba bisa, ia jadi merasa sangat terbantu. Hanna pandai memasak, ia juga belajar banyak tentang resep-resep makanan dari menantunya itu.

" Cobain lagi dong, Na. Takut keasinan nih ". Ucap mama Ana sambil menyodorkan kuah gulai disendok.

Hanna mengacungkan ibu jarinya setelah mencicipi kuah gulai itu. " Nah sudah pas nih, Ma. Mantap deh pokonya. Kalau ikutan Master chief, pasti jadi juara ". Mama Ana tertawa pelan." Bisa aja kamu, Na ".

" Wah, wangi apaan nih. Kok bikin laper ya. Mama sama kak Hanna masak apa? ". Arish tiba-tiba datang sambil menggendong baby Zayn. Pria itu tergolong lihai dalam menggendong bayi. Terbukti dari cara ia menggendong baby Zayn yang tidak kaku sama sekali. Bayi yang digendongnya juga seperti merasa nyaman.

" Eh, jauh-jauh. Nanti baby Zayn kena asap "  ucap mama Ana sambil nenodongkan centong  pada Arish.

Pria itu mengerucutkan bibirnya. " Ish mama nih. Padahalkan baby Zayn pengen liat bundanya masak. Iya kan Zayn? " Arish mendekatkan hidungnya pada bayi mungil itu sambil menggerak-gerakan wajahnya. Zayn yang diperlakukan seperti itu tentu sangat senang. Ia sampai tertawa dengan tawa khas bayinya. Tawa tanpa suara.

" Ck, baby Zayn yang mau liat, atau kamu yang mau liat ". Sinis mama Ana. Pria berusia dua puluh dua tahun itu meringis.

Ya kalau bisa sih sekalin. Batinnya.

Hanna hanya mengheleng melihat ibu dan anak tersebut. Ia juga tidak merasa terganggu dengan perkataan mama Ana barusan. Dulu, memang Hanna sempat merasa canggung saat mengobrol dengan adik iparnya itu. Namun, seiring berjalannya waktu, ia dan Arish akhirnya dapat berinteraksi seperti biasa.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang