Bab 5

2K 125 0
                                    

Semakin hari usia kehamilan Hanna semakin bertambah. Perut wanita itu juga semakin membesar. Kini usia kandungannya memasuki bulan ketujuh.

Ia tak mengalami yang namanya morning sickness. Justru yang mengalami hal tersebut adalah ibu mertuanya. Bisa dibilang morning sickness yang dialami mama Ana itu cukup parah. Bahkan ia sempat di rawat karena kekurangan cairan selama tiga hari.

Papa Damar yang sedang melakukan perjalanan bisnis di luar negeri sempat khawatir dan berniat untuk pulang. Namun, mama Ana melarangnya dan menyuruh untuk tak terlalu menghawatirkan dirinya. Toh, masih ada Arish yang bisa menjaganya.

Karena larangan sang istri, akhirnya papa Damar tak jadi pulang. Lagi pula, pekerjaannya disana juga masih begitu banyak dan tak bisa selesai dalam beberapa hari.

Hanna dan Davin selalu menyempatkan diri untuk menemani sang mama dirumahnya. Biasanya sepulang dari kantor, mereka berdua akan mampir kerumah besar dan tak jarang juga menginap.

Itupun dengan catatan jika Arish tak sedang berada dirumah. Hanna sempat heran dengan kedua pria itu. Sebenarnya ada apa diantara mereka ini. Apakah sedang terjadi perseteruan atau apa.

Wanita itu juga pernah bertanya kepada mama Ana. Namun, wanita paruh baya tersebut juga tak mengetahui alasan pastinya. Katanya, sebelum menikah dengan Hanna, hubungan Arish dan Davin biasa saja. Bahkan mereka bisa dibilang cukup akrab.

Entah apa yang terjadi, sebulan sebelum pernikahan anak pertamanya berlangsung, tiba-tiba kedua anaknya pergi dari rumah dan pulang dengan keadaan babak belur.

Saat ditanya pun, mereka hanya bilang jika keduanya habis latihan. Katanya sudah lama tidak adu otot berdua.

Mama Ana hanya mengiyakan dan tak terlalu curiga. Memang dulu mereka sering latihan karate bersama. Dan itu membuat ia tak begitu mempertanyakan lebih jauh. Karena menurutnya hal itu sudah biasa.

Selama ini juga hubungan antar Arish dan Davin baik-baik saja. Jadi tak ada alsan untuk bertengkar sampai berkelahi seperti itu.

Selang beberapa minggu, keadaan kedua anak laki-laki Ana itu kembali normal. Arish dengan perkuliahannya dan Davin yang semakin sibuk dengan pekerjaannya.

Nah, ngomong-ngomonh soal pekerjaan, sudah hampir satu bulan ini Hanna berdiam diri dirumah dan menjadi pengangguran.

Iya sudah resign dari kantor yang merupakan milik suaminya itu. Meski begitu, Hanna juga tak serta merta hanya duduk leha-leha. Seminggu yang lalu ia baru saja mulai melakukan kegiatan barunya.

Membuat pakaian, kaus kaki, dan sarung tangan bayi. Ya, ia menjahit dengan tangannya sendiri. Kebetulan saat disekolah SMA nya dulu ia diajarkan tentang jahit-menjahit.

Jadi, ilmu yang ia dapat dulu dimanfaatkan dengan baik olehnya.

" Sayang, Kaus kaki mas dimana? " suara Davin terdengar sedikit kencang. Rupanya suami Hanna itu mendatangi istrinya yang sedang menjahit pakaian bayinya yang belum selesai.

Hanna mematikan mesin jahit otomatisnya. Ia menoleh dan mendapati sang suami yang berdiri diambang pintu ruang jahit.

Pria itu sudah berpakaian dengan stelan kantornya. Hanya saja beberapa hal belum terpasang sempurna. Seperti beberapa kancing yang belum dipasang, dasi yang masih menggantung dipundak, juga rambut yang tidak disisir dengan benar.

Hanna menghela napasnya pelan. Semenjak usia kehamilannya yang menginjak bulan kelima, suami Hanna itu menjadi sedikit manja dan sering mencari perhatian lebih padanya.

Katanya, Setelah Hanna melahirkan nanti, perhatian wanita itu pasti terbagi dan tentunya lebih banyak diberikan kepada anak mereka.

Maka, sebelum hal itu terjadi, lebih baik ia memuaskan diri terlebih dahulu.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang