" CUKUP ". Suara seseorang dianak tangga mengalihkan perhatian mereka." Hanna? ". Ucap Davin lirih.
" Mas Davin akan mempertanggungjawabkan perbuatannya ". Kata Hanna tiba-tiba.
Semua orang yang ada disana terkejut. Terutama Davin tentunya.
" Apa maksud kamu. Saya benar-benar tidak melakukannya Hanna... ". Pria itu menggeram tertahan.
Hanna menganggkat sebelah tangannya untuk menghentikan perkataan Davin.
" Saya akan memastikan suami saya bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya. Tapi, beri dia waktu untuk membela diri dengan mencari bukti dan kebenaran atas apa yang dituduhkan. Setelah itu, jika memang terbukti suami saya pelakunya, saya akan membuat dia menikahi putri kalian apapun alasannya ". Ucap Hanna, meski didalam hati ia berharap jika Davin bisa membuktikan ketidakbersalahannya.
" Baik, jika suami anda tidak ingin bertanggungjawab, maka jangan salahkan kami jika nanti kami akan membawa masalah ini ke jalur hukum ". Ucap Susilo.
" Ya, saya tidak keberatan. Dan, saya juga akan menuntut kalian jika suami saya berhasil membuktikan jika dia tidak bersalah. Kalian akan dituduh telah mencemarkan nama baik seseorang. Oh bukan, bukan seseorang. Tapi kelarga besar Alfathih. Kalian telah mencemarkan nama besar kelarga papa saya karena telah menyebut nama belakang suami saya dalam tuduhan kalian ". Ucap Hanna datar. Ia tak peduli jika saat ini dirinya dianggap tidak sopan sekalipun.
Ketiga orang asing diantara mereka terdiam. Lalu wanita paruh baya yang sejak awal bungkam kini berdiri dan menarik pergelangan tangan putrinya tanpa pamit.
" Saya akan kembali dan menuntuk kalian nanti. Permisi ". Susilo pergi begitu saja setelah kalimat terakhirnya.
" Na, kamu percaya saya kan? " Davin menahan lengan istrinya saat wanita itu akan berlalu.
" Cari buktinya terlebih dahulu mas. Baru setelah itu, aku akan menentukan percaya atau tidaknya aku terhadap kamu ". Hanna melepaskan dengan pelan cekalan suaminya.
" Aku ingin pulang ".
" Pulang? ". Tanya Davin pelan. Ia takut istrinya meminta hal aneh yang tidak diinginkan.
" Ke Sukabumi ".
Flashback off.
" Na, ayo turun ". Tepukan dibahu Hanna menyadarkan ia dari lamunannya tentang peristiwa kemarin.
Ternyata mobil yang mereka tumpangi telah berhenti di depan rumah dua lantai yang lumayan besar. Itu artinya, Hanna telah benar-benar melamun sampai ia tiba dikediaman orang tuanya.
" Pak Didin, tolong bawa barang-barang yang ada dibagasi ya. Simpan diruang tamu saja ". Ucap Hanna.
" Siap Bu ".
" Baby Zayn-nya biar sama Hanna aja bu ". Ibu Nur mengangguk dan memberikan bayi gembul itu pada ibunya.
" Ibu duluan atuh ya. Kebelet ini téh ". Hanna menggeleng kecil saat melihat ibunya yang berlari masuk kedalam rumah. Ibunya memang selalu seperti itu jika melakukan perjalanan jauh.
" Na ". Davin menahan bahu Hanna saat ia akan berjalan meninggalkan mobil.
" Iya mas? ". Hanna menoleh dengan tatapan yang biasa saja.
Hati Davin terasa sedikit tersentil saat melihat tatapan yang kelewat biasa saja itu. Biasanya Hanna akan menatap dirinya dengan hangat atau binar penuh cinta. Dan kini, tatapa itu telah hilang entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )
Spiritual##kamuskeluargaby:fitrinekal Ingin punya keluarga harmonis itu gak harus melulu tentang harta. kadang kala waktu yang kita luangkan untuk keluarga lebih berguna dan juga bermanfaat. cara mendidik anak, mengurus suami, menyayangi istri, memberikan pe...