Epilog

1.8K 83 3
                                    

" Hati-hati nak, jalan pelan aja. Kalau lari, nanti kamu jatuh ". Hanna mengejar putranya yang kini berusia dua setengah tahun. Balita itu nampak aktif berlarian dihalaman belakang rumah, mengajak ibunya untuk bermain.

Tidak terasa, kini bayi yang dulu Hanna timang-timang sekarang sudah bisa berjalan bahkah berlarian. Balita itu juga sudah tumbuh gigi dan sangat aktif berbicara. Tidak ada hari tanpa celotehan lucu balita menggemaskan tersebut.

" Assalamualaikum sayang, Ayah pulang ". Davin berjalan cepat menuju istri dan putranya. Ia sudah sangat merindukan kedua orang yang disayanginya itu.  Jika saja tadi Revan tidak menahannya untuk menandatangani berkas di perusahaan, maka pria itu sudah pulang lebih awal untuk bermain bersama putranya.

" Waalaikumsalam "

" Yayah ". Zayn menjerit dengan riang. Balita itu berlari menuju ayahnya dan memeluk kaki pria itu setelah keduanya bertemu.

" Hallo sayang-nya ayah. Mainnya seru ya nak, sampai berkeringat seperti ini ". Davin mengusap keringat didahi putranya.

" Yayah, Lam ". Bukannya menjawab, balita itu justru menyodorkan tangan kanannya ke arah Davin.

Mengerti dengan maksud putranya, Davin segera memberikan tangannya pada balita itu.  Ia sangat bersyukur karena putranya selalu mempelajari sesuatu dengan cepat. Contohnya saya seperti ini. Hanna dan dirinya selalu mengajarkan beberapa hal tentang sopan santun.

Mereka mengajarkan dari hal kecil terlebih dahulu. Misalnya dengan mengucap salam saat masuk dan keluar rumah atau jika bertemu orang lain, juga mencium tangan kepada orang yang lebih tua. Dan syukurnya, Baby Zayn telah menerapkan hal itu sedari beberapa bulan yang lalu.

Setelah mencium tangan ayahnya, balita itu lantas merentangkan kedua tangan meminta digendong. " Jagoannya ayah pintar sekali ".  Davin menciumi wajah putranya hingga balita berpipi bakpao itu terkikik geli.

" Mas ". Hanna mencium tangan suaminya lalu menyodorkan segelas air putih. " Terimakasih, Sayang ". Davin membawa putranya untuk duduk di gazebo, Hanna mengikuti sepasang ayah dan anak itu dari belakang.

" Capek ya, mas? ". Ibu satu anak tersebut memijit pelan kepala suaminya setelah pria itu selesai meminum segelas air.

" Sudah tidak lagi. Melihat kalian tertawa, semua rasa lelah saya tiba-tiba hilang entah kemana ". Davin tersenyum dengan kedua tangan gemuk baby Zayn yang bermain di wajahnya.

Balita itu menepuk-nepuk wajah Davin dengan pelan. " Yayah pek? ". (Ayah capek).

" Tidak sayang. Kenapa, Zayn mau ajak ayah main,hm? ".

Zayn menganggukkan kepalanya antusias. " Tapi, ayahnya mau mandi dulu sayang. Nanti, kalau ayah sudah selesai mandi, kita main sampai puas. Oke ".

" Ote Yayah ". Balita itu membentuk lingkaran kecil dengan jari telunjuk dan ibu jarinya mengikuti sang ayah.

Davin tertawa lalu mengecup pipi gembul putranya. " Pintarnya ".

" Ayo masuk mas, sudah sore ". Ajak Hanna. Wanita itu sejak tadi memperhatikan interaksi antara ayah dan anak tersebut. Hatinya sangat hangat meihat kedekatan mereka.

" Ah, iya sayang ". Davin kemudian mengangkat baby Zayn lalu membuat seakan mereka sedang menaiki pesawat. " Ayo terbang. Wussshhh ".

" Ahaha haha haha " Baby Zayn tertawa dengan riang.

Hanna yang menyaksikan hal tersebut merasa sagat bahagia. Semoga keluarganya selalu seperti ini.

***

Malam harinya, Davin dan baby Zayn belum juga selesai bermain. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kelihatannya, mereka tidak lelah sama sekali. Hanna jadi heran.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang