Bab 20

1.7K 82 2
                                    

Pagi ini, Hanna sedang menemani baby Zayn berjemur di halaman depan rumah. Ibu satu anak itu mengelus rambut putranya yang belum tumbuh terlalu banyak.

Baby Zayn nampak senang diperlakukan seperti itu oleh ibunya. Bayi itu tersenyum lucu menampakkan gusinya yang belum ditumbuhi gigi.

" Senang ya nak berjemur seperti ini ". Hanna menciumi wajah putranya hingga bayi itu mengeluarkan suara.

" Heaak hee heee ".

(Anggap suara bayi ya. Bukan nangis tapi😅)

" Hehe lucu sekali kamu nak ". Wanita itu terkekeh.

" Eh neng Hanna, kapan pulang ke Sukabumi? ". Sapa seorang ibu yang sedang lewat didepan rumah Hanna.

Hanna menoleh lalu tersenyum. Ia beranjak dari kursinya dan menghampiri ibu tersebut yang kebetulan berada di luar pagar rumahnya.

" Assalamualaikum Wa Narsih ". Ia menyalimi tangan wanita tersebut setelah membukakkan pagar dengan sebelah tangan.

" Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatu. Kapan pulang atuh, Na? ".

" Kemarin Wa. Ayo atuh masuk dulu ". Ajak Hanna.

" Nanti aja atuh, Na. Uwa mah mau ke warung dulu. Ini téh anak kamu téa bukan? Sabaraha sasih ayeuna? " tanya Wa Narsih. (---Berapa bulan sekarang)

" Baru satu bulan lebih dua minggu, Wa ".

" Aduh teu ka rasa nya. Perasaan baru kemarin lahir, eh udah satu bulan aja. Uwa boleh gendong? ". (Gak ke rasa ya----)

" Boleh atuh Wa ".Hanna memberikan baby Zayn pada Uwa- nya dengan hati-hati.

Bayi itu masih tetap anteng dan tidak rewel meski berpindah tangan pada orang lain. Baby Zayn ini memang senang digendong oleh siapa saja, bahkan orang asing sekali pun. Itu... sedikit membuat Hanna khawatir. Ia takut suatu hari saat dia lengah, orang asing datang dan membawa baby Zayn pergi. Bayi itu pasti tidak akan menangis dan malah senang-senang saja. Hanna cukup takut akan hal itu.

Tapi, ia akan berusaha untuk tidak lengah barang sedetik-pun. Keamanan dan keselamatan baby Zayn adalah hal yang paling utama untuknya. Bahkan, jika-pun ia harus mengorbankan nyawanya untuk bayi menggemaskannya itu, ia sanggup. Ia sangat rela.

Setiap ibu pasti akan memiliki fikiran seperti Hanna. Rela berkorban demi anaknya. Sebuas-buasnya seekor Singa, dia tidak akan pernah memakan anaknya sendiri. Begitulah kira-kira istilah yang Hanna terapkan dalam hidupnya.

" Aduuh, si ganteng. Namanya siapa atuh, Na? " tanya Wa Narsih sambil menimang-nimang baby Zayn.

" Namanya Zayn Arkan Alfathih ".

" euleuh-euleuh bagus pisan namanya. Wajah-na ogé mirip pisan sama bapaknya. Eh iya, kamana atuh A' Davin-na, meni teu keliatan dari tadi? " (aduh-aduh bagus banget. Wajahnya juga mirip banget sama ayahnya----)

" A' Davin mah di Jakarta Wa. Kemarin sempet kesini nganterin, terus pulang lagi. Ada kerjaan katanya ". Jawab Hanna sambil memainkan jari telunjuknya yang digenggam kuat oleh baby Zayn.

" Oh gitu. Ya udah atuh ya. Uwa téh mau ke Warung dulu ". Wanita paruh baya tersebut kembali menyerahkan bayi gembul itu pada ibunya.

" Eh Wa, ini ada sedikit rezeki " Hanna merogoh saku celananya dan memberikan selembar uang berwarna merah pada Uwa-nya.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang