Bab 10

2K 117 3
                                    

Davin mondar-mandir didepan ruang ruang operasi. Ia berulang kali mengucapkan kalimat-kalimat penenang untuk dirinya sendiri. Dalam keadaan seperti ini, ia harus benar-benar tenang. Istrinya sekarang sedang berjuang untuk melahirkan buah hati mereka.

Pria itu benar-benar merasa khawatir serta bersalah. Khawatir karena sang istri yang akan melahirkan dengan kondisi seperti itu, juga ia merasa bersalah karena akibar perdebatan kecil tadi, istrinya menjadi seperti ini.

Seharusnya Davin tidak meninggalkan sang istri sendirian dikamarnya seperti tadi. Seharunya ia tetap menemani Hanna dalam kondisi apapun. Seharusnya ia tak egois.

Banyak lagi kata seharunya yang Davin ucapkan didalam hati. Jika ia tak seperti tadi, mungkin istrinya itu akan baik-baik saja sampai sekarang. Kemungkinan Hanna akan melahirkan dengan keadaan yang baik-baik saja. Bukan seperti ini.

Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sungguh menyesali perbuatannya. Dan akibat dari perbuatannya tadi, istrinya Harus menjalani masa persalinan yang tidak normal. Hanna harus di caecar.

" Davin " panggil papa Damar yang baru saja tiba ditemani oleh mama Ana dan juga Arish.

Davin menoleh. Ia lantas menghampiri mama Ana dan memeluk wanita itu dengan erat. " Hanna, ma ".

" Stt, tenang sayang. Hanna pasti baik-baik saja. Kita berdoa untuk keselamatan dia dan anak kalian ". Ucap mama Ana menenangkan. Ia mengusap punggung putra sulungnya dengan lembut.

" Ayo duduk ". Davin mengikuti ketiga anggota keluarganya untuk duduk dikursi yang telah disediakan didepan ruang operasi.

" Bagaimana kejadiannya sampai kak Hanna menjadi seperti ini? " tanya Arish. Pria itu menatap kakanya dengan menuntut. Ia meminta penjelasan.

Memang setelah kejadian dirumah sakit tempo lalu, kedua kakak beradik itu sudah kembali akur. Itupun setelah Arish dinasihati habis-habisan oleh kedua orang tuanya. Juga dengan Davin yang mengajaknya berduel untuk mengakhiri perseteruan mereka sepulangnya ia dari rumah sakit.

Davin menceritakan kejadian sebelum Hanna dibawa kerumah sakit. Keluarga suami Hanna itu hanya bisa diam menyimak. Mereka juga tak bisa berkata apapun.

Berulang kali Davin mengucapkan jika ia yang bersalah karena telah meninggalkan sang istri sendirian dikamar. Ia juga mengatakan jika dirinya sangat menyesal.

Mama Ana mengusap bahu putranya pelan. Ia tak bisa menyalakan siapapun disini. Wanita itu hanya bisa berdoa agar sang menantu dan cucunya bisa keluar dari ruang operasi dengan keadaan sehat dan selamat.

" Udah bang. Gue yakin kalau kak Hanna dan anak kalian akan baik-baik saja. Berdoa saja yang terbaik untuk mereka ". Ucap Arish. Meski dari sudut hatinya yang paling dalam, nama perempuan yang telah menjadi kakak iparnya itu masih tersimpan rapat. Ia tak boleh egois. Ia memang mulai mencintai istri kakaknya. Tapi itu dulu. Sebelum Davin dan Hanna menikah. Setelah keduanya telah sah menjadi suami istri, pria berusia dua puluh dua tahun itu mencoba menghapus rasa tersebut dan berusaha untuk merelakan perempuan yang dulu pernah ia jadikan bahan taruhan.

Davin mengangguk. Ia merapalkan doa-doa kebaikan untuk istri dan anaknya.

Operasi telah berlangsung selama kurang lebih tiga puluh menit. Namun, lampu diatas pintu belum juga berubah. Davin dan keluarganya semakin diliputi rasa khawatir. Meski mereka mencoba menutupi kekhawatirannya, tetapi tetap saja hati dan fikiran manusia tidak bisa berbohong.

Setelah sekian lama, akhirnya lampu diatas pintu ruang operasi itu berubah.

Ceklek

Seseorang membuka pintu ruangan itu dan datang mengampiri keluarga Alfathih.

" Keluarga ibu Hanna? ". Tanya seseorang itu yang merupakan salah satu dokter yang menangani istri Davin.

Keempat orang disana menganggukan kepalanya. Dengan tidak sabaran, Davin segera maju dan bertanya pada dokter tersebut.

" Bagaimana istri dan anak saya dok? Apa mereka berdua baik-baik saja? Istri saya tidak apa-apa kan? Anak saya bagaimana? " tanya pria itu beruntun.

Sang dokter yang merupakan seorang wanita hanya bisa tersenyum maklum. Dalam fikirannya, mungkin pria dihadapannya ini baru pertama kali menghadapi persalinan istrinya dengan cara di Caesar.

" Santai saja pak, saya akan menjelaskannya. Pertama-tama, Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar. Tidak ada kendala sedikit pun. Beruntung bapak sigap dan segera membawa istri kerumah sakit untuk ditangani. Tekanan pada perut istri bapak tidak terlalu serius. Sebenarnya bayi juga sudah akan keluar, mungkin dirumah, istri bapak sudah mengalami pembukaan awal, dan akibat tekanan tersebut, pembukaan menjadi lebih cepat. Bayi bapak baik-baik saja. Bantalan ketuban didalam rahim berhasil melindungi sang bayi saat si ibu terjatuh dan perutnya tertekan. Dan juga, istri bapak memang sudah akan menjalani masa persalinan. Berat badan bayi normal, sekitar 3 kilo gram dan tingginya sekitar 53 centi meter ". Jelas dokter wanita tersebut. Davin dan keluarganya mendengarkan dengan baik.

Bahkan suami Hanna itu sempat berkaca-kaca karena terharu saat mendengarkan penjelasan dari dokter tersebut. Ia berulang kali mengucap syukur kepada yang maha kuasa. Alhamdulillah istri dan anaknya diberikan kesehatan dan keselamatan serta kondisi mereka baik-baik saja. Jujur, ia sempat takut saat melihat Hanna yang terduduk dilantai sambil meringis dan memegangi perutnya. Ia sangat panik dan menyalahkan dirinya atas komdisi sang istri. Tapi, setelah mendengar perjelasan dokter ia jadi merasa sedikit lega.

" Lalu, sekarang menantu dan cucu saya bagaimana dok? " Tanya papa Damar.

" Ibu Hanna dan bayinya sedang dibersihkan. Sebentar lagi mereka akan dipindahkan ke ruang rawat. Oh ya, bayi bapak berjenis kelamin laki-laki. Bapak boleh mengadzani-nya setelah baik dan ibu dipindahkan ke ruang rawat ".

" Baik dok. Terimakasih ". Ucap Davin

" Sama-sama. Kalau begitu saya permisi ". Setelah mendapat anggukan dari keluarga pasiennya, dokter itu segera berlalu.

Beberapa saat kemudian, suara brankar yang didorong terdengar keluar dari arah ruang operasi.

Mata keempat orang disana mengikuti pergerakan tersebut. Hanna sekilah melihat pada keluarganya. Terutama pada sang suami. Ia tersenyum lemah dan mengedipkan matanya sejenak untuk mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

Setelahnya, seorang suster keluar dengan mendorong box bayi. Davin bisa melihat sesosok bayi mungil yang tertidur didalamnya. Rasanya pria itu ingin meneteskan air mata. Ia ingin segera memangku dan mendekap sang anak secepatnya.

" Putra ayah " gumamnya terharu.

" Untuk keluarga ibu Hanna, silahkan ikuti kami dan bapak bisa mengadzni sang bayi ". Ucap salah satu suster dan diangguki oleh keluarga Alfathih.

Keempatnya mengikuti para suster itu ke sebuah kamar VIP yang memang sudah dipesan oleh Damar sebelumnya.

Hanna telah terbaring di ranjang rumah sakit. Begitu melihat suami dan keluarganya, wanita itu segera melayangkan senyuman dan matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

" Mas " Hanna memanggil lirih. Davin segera menghampiri istrinya dan menciumi wanita itu bertubi-tubi seraya mengucapkan terimakasih.

" Kamu hebat, sayang. Terimakasih karena sudah bertahan sejauh ini ". Pria itu mencium sekali lagi dahi sang istri. Kali ini ciuman itu terasa lebih dalam dan melibatkan beberapa emosi didalamnya.

" Sudah tugasku, mas ".

Sukabumi
7 Februari 2022

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang