Bab 23

1.5K 83 6
                                    

" Mas? ".

Merasakan sentuhan dipundaknya, Davin segera membuka mata dan menurunkan tangannya. " Nana ". Pria itu mengubah posisi duduk dan menepuk ruang disampingnya meminta Hanna untuk duduk.

Hanna menurut. Ia memandang wajah suaminya dengan tatapan khawatir. Jari lentinya bergerak menyentuh luka disudut bibir juga lebam dipipi pria itu. " Kenapa? ".

Davin tersenyum lalu menggenggam telapak tangan Hanna yang lain. " Tidak apa. Hanya luka kecil. baby Zayn sudah tidur? ".

Pertanyaan bodoh. Tentu saja bayi gembul itu sudah tidur. Ini saja sudah tengah malam. Lagi pun, bukannya pria itu tahu jika putra mereka jarang sekali terbangun dimalam hari?. Hanna tahu jika suaminya itu sedang mengalihkan topik pembicaraan.

" Sudah. Kamu berkelahi, mas? ". Hanna kini mengusap surai Davin yang terlihat sudah memanjang. Sepertinya, suaminya itu tidak lagi memperdulikan penampilannya.

Davin menghembuskan napas pelan lalu menganggukkan kepalanya. " Ada kejadin kecil saat diperjalanan tadi. Tapi saya baik-baik saja, hanya mendapat pukulan ringan diwajah. Kamu, jangan khawatir ".

" Jangan khawatir bagaimana sih, mas. Wajah kamu sampai lebam begitu masih dibilang luka kecil. Sebentar, aku ambil air hangat dulu untuk membersihkan luka kamu ". Wanita itu beranjak lalu pergi kedapur untuk mengambil air hangat.

" Saya tidak apa-apa Hanna ". Ucap Davin saat melihat istrinya itu kembali sambil membawa wadah yang berisi air. Ibunya juga mengikuti dari belakang.

" Sutt diam ". Hanna mulai membersihkan luka diwajah suaminya.

" 'A, ibu tinggal tidur dulu Nya, udah ngantuk ini h. Kalo mau mandi, Air hangatnya udah ibu rebusin ". Kata Ibu Hanna.

" Oh iya bu. Terimaksih ". Ibu Hanna mengangguk dan meninggalkan pasangn suami istri itu diruang tamu.

" Sttt, pelan-pelan sayang ". Davin meringis.

" Sakit kan, makanya jangan berkelahi. Kalau sudah luka begini, baru kerasa ". Wanita itu mengomel sambil menekan-nekan luka diwajah Davin hingga pria itu meringis kesakitan.

" Kalau saya tidak berkelahi, memangnya kamu mau melihat saya yang sudah tidak bernapas. Lagi pula saya hanya melakukan perlawaan pada para begal itu. Apakah saya salah? ".

" APA BEGAL? ". Hanna tanpa sadar berteriak. " Suut, pelankan suara kamu, Sayang. Nanti ibu dan Zayn terbangun ". Davin berbisik.

Hanna langsung menutup mulutnya. Ia lalu menatap Davin meminta penjelasan.

" Saat saya menuju kemari, tiba-tiba ada dua sepeda motor yang menghadang saya didekat pohon bambu. Saya tidak tahu itu didaerah mana, tapi keadaannya gelap sekali. Dua orang yang berboncengan mengetuk kaca mobil saya meminta saya untuk turun. Setelah saya turun, tiba-tiba salah satu dari mereka memukul wajah saya. Saat itu saya tidak berfikir bahwa mereka adalah begal. Saya melakukan perlawanan, tapi mereka terlalu banyak, mereka empat orang memukuli saya sampi saya tidak bisa bergerak lagi, tenaga saya sudah habis. Beruntung ada beberapa orang yang sedang ronda malam. Mereka meolong saya dan mengatakan bahwa empat orang itu adalah kelompok begal yang sudah meresahkan masyarakat ". Davin mengakhiri ceritanya.

" Innalillahi, terus begalnya bagaimana? ". Hanna hampir menangis saat mengatakn itu.

" Para begal itu ditangkap dan diserahkan kepihak berwajib. Saya juga dimintai keterangan sebagai korban dan saksi ".

" Ya Allah, Allahdulillah kamu masih diberi keselamatan. Aku takut para begal itu melukai kamu menggunakan senjata tajam. Sebelum kamu datang, perasaan aku udah gak enak. Baby Zayn juga nangis terus. Aku khawatir kamu kenapa-napa mas ". Akhirnya air mata Hanna sudah tidak bisa dibendung lagi. Wanita itu menangisi suaminya yang terkena musibah mengerikan itu. Dalam hatinya, ia tak pernah berhenti bersyukur. Allah mendengarkan doá-nya dan memberikan Davin keselamatan.

Terimakasih Allah.

" Sudahlah, saya sudah ada disini dan baik-baik saja. Terimakasih karena selalu mendoakan saya ". Davin merangkul istrinya dan mengecup ubun-ubun wanita itu dua kali.

Hanna membalas pelukan suaminya dengan erat. Setelah hatinya sedikit tenang, ia mendongak dan menatap wajah suaminya dari bawah. " Bagaimana dengan masalah kemarin, mas? ". Suaranya begitu pelan sampai sedikit tidak terdengar. Beruntung pendengaran Davin sangat tajam. Ia jadi bisa mendengan cicitan istri tercintanya tersebut.

" Alhamdulillah sudah selesai. Berkat doà dari kamu ". Pria satu anak itu kembali mencium istrinya, di kening.

Tanpa meminta penjelasan lebih rinci, Hanna sekarang merasa jauh lebih tenang. Beban dihatinya perlahan-lahan mulai terangkat dan menghilang.

" Maaf karena aku egois, mas. Seharusnya aku nemenin kamu dan bukannya pergi seperti ini. Aku merasa bersalah karena membiarkan kamu menanggung beban seorang diri. Maaf ".

Davin tersenyum lalu mencubit pelan hidung mancung istrinya. " Tidak apa. Saya memaafkan kamu. Lagi pula, keputusan kamu sudah tepat menurut saya. Jika kamu tetap di Jakarta, saya tidak tahu apakah saya bisa menyelesaikan masalah itu secepat ini atau tidak. Tidak ada yang salah disini, hanya saja, Allah sedang menguji rumah tangga kita. Saya juga ingin meminta maaf. Maaf karena belum bisa menjadi suami dan ayah yang baik ".

Hanna terharu. Sungguh. " Kamu adalah suami dan ayah yang sangat baik. Terimakasih untuk segalanya".

Pasangan suami istri itu saling memeluk satu sama lain. Menyalurkan kasih sayang yang teramat besar diantara mereka. Rasanya, tidak ada cinta yang seindah pasangan halal di dunia ini. Hanna telah membuktikannya. Dulu, dia pernah melakukan sebuah dosa dengan menjalin hubungan yang bernama 'Pacaran'. Saat itu dirinya sangat naif. Merasa jika tidak pacaran, maka dia akan ketinggalan Zaman. Nyatanya, persepsi yang ia buat sendiri malah menyakiti hatinya dengan begitu dalam.

Di khianati oleh pacar dan temannya sendiri. Itu terasa sangat menyakitkan. Tapi itu dulu. Sebelum dirinya tersadar dengan apa yang telah dirinya lakukan. Ia tahu hal itu dosa, mengapa masih mau melakukannya. Hanna sungguh merasa bodoh.

Begitulah manusia. Sudah tahu bahwa hal yang dilakukannya salah, bukannya bertobat malah semakin diteruskan. Mata mereka telah tertutup oleh gemerlap duniawi tanpa berfikir akibatnya dikemudian hari.

Sungguh ironi. Semoga anak cucunya nanti tidak demikian. Ia dan Davin berjanji akan mendidik mereka dengan sebaik-baiknya. Tidak ingin kelak mereka terjerumus di jalan yang salah. Ia juga tidak ingin anak-anaknya tergoda oleh kehidupan dunia tanpa memikirkan akhirat.

Semoga ia dan suaminya bisa menuntun keluarga mereka dijalan yang benar.

Aamiin.

" Bersihkan diri dulu mas. Aku mau menyiapkan air hangat untuk kamu mandi. Ayo ". Keduanya beranjak dan melakukan aktivitas masing-masing.

Setelah Davin mandi dan berpakian, pria itu menghampiri istri dan anaknya yang berbaring di ranjang. Keduanya telah terlelap dengan damai. Wajah Hanna berseri dan ia terlihat tersenyum dalam tidurnya.

Davin tidak pernah berhenti mengagumi wanita itu. Betapa beruntungnya ia yang dapat menikahi wanita sebaik Hanna. Pria itu mengucap janji didalam hatinya. Ia berjanji bahwa dirinya tidak akan pernah menyakiti wanita itu. Ibu dari putra dan anak-anak lainnya nanti.

Sambil mengecup kening istri dan putranya pria itu menggumamkan sebuah kalimat.

" Aku mencintai dan menyayangi kalian karena Allah ".

TAMAT

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga cerita ini.

Maaf ya kalau endingnya kurang memuaskan. Tadinya aku mau buat beberapa part lagi sebelum ending. Tapi takut ceritanya malah semakin gak jelas dan ngawur. Otak aku juga udah buntu sebenernya.

Jadi, cerita ini cukup sampai disini bestie. Terimakasih untuk kalian yang selalu support aku. You are the best guys. Thankyou so much😍

Sampai jumpa di cerita berikutnya.

Eh, satu lagi. Aku mau buat Epilog. Ditunggu ya kawan.

Dadah.

Wassalamualikum warahmatullahi wabarakatu.




Sukabumi
26 Agustus 2022

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang