Bab 16

1.5K 78 4
                                    

Hanna baru tahu jika Davin juga memiliki mantan kekasih. Ia kira pria kaku seperti suaminya itu belum pernah pacaran sama sekali. Tapi ternyata dugaannya salah.

Tadi Arish sempat cerita padanya tentang mantan Davin tersebut. Katanya, Davin pernah berpacaran saat masih kuliah dulu. Itupun hanya sekali. Dan mereka hanya berpacaran selama tiga bulan. Penyebab putusnya pun karena si perempuan merasa jika Davin terlalu kaku.

Sudah Hanna duga.

Alasan perempuan itu tidak salah. Hanna juga tidak menyangkal jika suaminya tersebut sangat kaku dan hidupnya cenderung lurus-lurus saja.

Kebanyakan wanita mungkin lebih menyukai pria yang manis, humoris, lucu, romantis dan mungkin sefrekuensi dengan pasangannya. Tapi, Hanna lebih menyukai type pria seperti Davin.

Kaku dan datar namun menghanyutkan. Dingin tapi hangat kepada pasangannya. Juga, yang paling penting dia sangat mencintai Hanna.

Percayalah, pria dingin, datar atau kaku itu, sekalinya jatuh cinta, maka kebucinannya akan melebihi pria pada umumnya.

" Assalamualaikum ". Suara salam dari depan rumah menyadarkan Hanna.

" Waalaikumsalam " Hanna menoleh pada pintu depan rumah yang terbuka. Disana terlihat seorang wanita berusia kisaran enam puluh tahun keatas bersama dengan seorang wanita awal tiga puluh-an yang menggandeng seorang anak laki-laki.

" Emak, Teteh? Ayo masuk, masuk ". Ucap Hanna girang. Ia terlebih dahulu menyalami ibunya lalu menyalami kakak perempuannya.

" Dugi tabuh sabaraha di Jakarta? " tanya Hanna dengan menggunakan bahasa Sunda.

_" Sampai jam berapa di Jakarta? "_

" Tadi téh tabuh baraha nya? Satengah salapanan banguna mah. Da macét geuningan ". Jawab ibu Hanna yang bernama Nurul.

_" Tadi jam berapa ya? Setengah sembilan kayaknya. Macet sih "_

" Muhun, macét-na téh meuni panyang pisan. Aya baguna satengah jam-an mah. Mana ngantosan mobilna lila deuih pas badé kadieu téh ". Kakak perempuan Hanna yang bernama Nita menyahuti, wanita itu memangku putranya yang baru berusia enam tahun. Namanya Rafashka.

_" Iya, macet-nya panjang banget. Ada kayaknya setengah jam-an. Mana nunggu mobilnya lama lagi pas mau kesini "_.

" Di Jakarta mah memang gitu. Gak usah ditanya lagi. Makannya aku saranin buat kesini pagi-pagi. Kalau siang atau sore macetnya makin parah. Sesah milarian mobilna deuih ".

_" Susah lagi kalau cari mobil ( angkutan umum )"_

" Ho oh, untung aja ada suami kamu, Na. Kita téh jadi gak perlu nunggu angkutan umum buat kesininya ". Ucap Teh Nita.

Hanna terdiam sesaat. Suaminya? Jadi ini alasan Davin keluar pagi-pagi sekali. Oh, Hanna jadi merasa berdosa karena tadi sempat berfikiran yang tidak-tidak terhadap suaminya itu.

" Jadi, Emak Sama Teteh téh dijemput sama mas Davin? " tanya Hanna memastika. Teh Nita mengangguk, ia juga berkata jika Davin sedang menurunkan bawaan mereka yang memang lumayan banyak dari dalam mobil.

" Ari bu Ana kamana, Na? " ibu Hanna menatap sekeliling untuk mencari keberadaan dari ibu mertua anaknya.

" Ada, diatas kayaknya. Sebentar ya, Hanna panggilin dulu. Sekalian bawain minum buat Emak, Teteh sama Rafa ". Hanna beranjak dari duduknya. Dia juga menunjukan letak baby Zayn saat ibunya menanyakan sang cucu.

Tak lama kemudian, mama Ana turun dari lantai dua dan menghampiri besannya. Mereka cipika-cipiki seperti layaknya orang yang lama tidak bertemu.

Sedangkan Hanna, wanita itu pergi kedapur untuk mengambil minuman dan juga makanan ringan. Tak lupa ia juga membawa kue yang sudah dipesan mama Ana untuk dihidangkan.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang