Setelah kepergian sang mama, Davin segera kembali kehadapan istrinya dan memberitahu jika para karyawannya datang untuk melihat bayi mereka.
Hanna yang mengetahui itu lantas bergegas untuk mengganti pakaiannya dan juga pakaian baby Zayn.
Setelah itu, Hanna dan Davin juga bayi mereka segera menemui orang-orang yang kini sedang berada diruang tamu.
" Nah itu mereka " ucap papa Damar saat melihat keluarga kecil putra sulungnya yang sedang berjalan beriringan.
Para karyawan Davin sontak berdiri dari duduknya. Mereka menyapa sang atasan juga istri dan putranya yang baru lahir.
" Siang pak Davin, bu Hanna " ucap Revan sang sekretaris.
" Siang juga pak Revan ". Hanna membalas sapaan itu disertai dengan senyuman. Sedangkan Davin, ia hanya mengangguk singkat dan tersenyum tipis.
" Silahkan duduk kembali " ucap Davin.
Para karyawan yang berjumlah sekitar sebelas orang itu kembali duduk. Salah satu dari mereka yang merupakan manager perusahaan membuka suaranya.
" Maaf jika mangganggu waktunya pak, saya dan teman-teman yang lain datang kemari untuk memberikan selamat atas kelahiran putra pertama bapak dan ibu ". Ucapnya dalam sekali tarikan napas. " Kami juga membawa sedikit bingkisan. Meski nilainya tidak seberapa, tapi semoga yang kami bawa ini dapat bermanfaat " Manager yang bernama Rusly Handika itu memberikan beberapa bingkisan yang terbalut kertas kado serta papper bag.
Hanna merasa tidak enak pada karyawan suaminya itu. " Sebenarnya tidak usah repot seperti ini pak. Bapak dan ibu datang kemari saja saya sudah senang. Terimakasih atas bingkisannya ". Wanita itu menerima beberapa bingkisan dengan sebelah tangan karena tangannya yang lain sedang menggendong baby Zayn.
Davin yang melihat sang istri kerepotan segera membantu.
" Tidak apa bu. Kami tidak merasa direpotkan sama sekali ". Ucap Bu Winda, salah satu senior Hanna saat bekerja diperusahaan suaminya dulu.
Hanna tersenyum tidak enak. Ia sebenarnya masih sungkan pada orang-orang yang ada disana. Semua karyawan suaminya yang datang hari ini merupakan orang-orang penting diperusahaan. Seperti Revan si sekertaris, pak Rusly sang manager, bu Winda kepala Staff Administrasi. Lalu kepala divisi keuangan pak Mulyo, Mbak Sarah sebagai kepala HRD, bu Ranty sebagai kepala Divisi produksi. Dan ada juga kepala divisi lain seperti Divisi pemasaran, Divisi personali, Divisi pembelajanaan, Divisi Umum juga ada manager pabrik yang Hanna tidak kenali.
" Maaf sebelumnya pak, saya tadi mendapat titipan salam dari rekan-rekan yang tidak bisa datang. Mereka mengucapkan selamat dan mohon maaf karena tidak bisa ikut datang kemari " Ucap kepala Divisi personalia yang baru saja Hanna ketahui bernama Ridha.
" Oh tidak apa. Terimaksih karena kalian sudah menyempatkan diri untuk berkunjung kerumah kami. Juga, terimakasih atas ucapan selamat dan bingkisanya ". Ucap Davin yang diangguki para karyawannya.
" Ah iya, Nama bayinya siapa bu? " tanya Revan, dia adalah karyawan paling muda diantara kesepuluh orang lainnya.
" Namanya Zayn Arkan Alfathih. Panggil saja baby Zayn" jawab Hanna disertai senyuman. " Mau menggendong? " Hanna menatap orang-orang disana.
" Wah, Saya gak berani gendong bayi yang baru lahir bu. Takut kenapa-kenapa. Mungkin bu Winda yang sudah berpengalaman mau mencoba ". Pak Rusly yang memang pada dasarnya memiliki kepribadian humoris itu berusaha mencairkan suasana. Pria paruh baya itu menatap konyol pada bu Winda yang sudah menajamkan matanya.
" Bilang saja kalau bapak ini tidak pernah gendong bayi. Wong anak-anaknya saja dia gak pernah gendong kok. Sekali gendong bayi, bayinya langsung encok-encok ". Bu Winda mengomel. Ia mengambil baby Zayn dari gendongan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )
Spiritual##kamuskeluargaby:fitrinekal Ingin punya keluarga harmonis itu gak harus melulu tentang harta. kadang kala waktu yang kita luangkan untuk keluarga lebih berguna dan juga bermanfaat. cara mendidik anak, mengurus suami, menyayangi istri, memberikan pe...