Bab 12

1.8K 101 0
                                    

Kini Hanna dan baby Zayn telah berada dirumah setelah tiga hari perawatan dirumah sakit. Kondisi Hanna sudah membaik. Meski jahitan diperutnya belum terlalu mengering.

Ia juga belum diperbolehkan melakukam kegiatan yang berlebihan. Davin bahkan melarang istrinya itu untuk turun dari tempat tidur kecuali jika hanya kekamar mandi. Semua kegiatan rumah dikerjakan oleh pria itu. Dengan dibantu sang ibu tentunya.

Seperti saat ini. Papa baru itu sedang menyapu kamar miliknya dan sang istri. Ia sedikit kesusahan saat akan menjangkau lantai dibawah meja rias. Dia bahkan sampai setengah berbaring untuk melihat apakah lantai itu sudah bersih atau belum.

Hanna yang melihat kelakuan suaminya hanya bisa tertawa dengan pelan. Ia memperhatikan apa yang suaminya kerjakan sejak awal. Sebenarnya ia ingin mengatakan jika ada mesin menyedot debu untuk membersihkan ruang-ruang sempit seperti itu. Namun, ia masih ingin melihat seberapa berusahanya pria yang berstatus sebagai suaminya tersebut.

" Ck kenapa susah sekali ". Davin berdecak sambil tetap berusaha membersihkan lantai dibawah meja rias. Wajah pria itu bahkan sudah menempel dilantai dan berusaha mengintip kecelah-celah.

Hanna sudah tak tahan lagi. Ia lantas tertawa cukup keras sampai membuat Davin mengalihkan pandangannya. " Kenapa kamu tertawa? Senang melihat saya kesusahan seperti ini, hm? " wajah pria satu anak itu memberenggut. Bibirnya juga dimajukan beberapa senti. Dan itu membuatnya terlihat tampan juga imut secara bersamaan.

Hanna meredakan tawanya. Ia juga menoleh sebentar kearah Zayn yang sedang tertidur didalam box bayi. Takut jika tawa Hanna membangunkan sang anak yang sedang terlelap.

" Engga mas. Kamu ini kalau kesusahan ya minta bantuan kenapa. Itu, didekat lemari pakaian ada penyedot debu lho. Gak perlu susah-susah bersihin pake sapu sampai nempelin muka dilantai segala. Entar ketampanan kamu nempel permanen dilantai baru tahu rasa haha " Hanna kembali tertawa. Kali ini tawa itu cukup pelan karena takut membuat baby Zayn terbangun.

Davin mengalihkan pandangannya kearah samping lemari. Dan benar saja, disana terdapat mesin penyedot debu yang dengan manisnya bersandar pada dinding.

Rasanya Davin ingin membanting sapu ditangannya dengan kuat. Sia-sia saja ia bersusah payah membersihkan kolong meja rias itu sampai rela menempelkan wajah tampannya dilantai.

" Kenapa kamu tidak bilang dari awal sih? " Hanna kembali menertawakan suaminya. " Salah sendiri tidak bertanya ".

" Ck, kamu-kan bisa berinisiatif. Sejak tadi kamu memperhatikan saya yang kesusahan, bukan-nya ditolong malah menertawakan " pria itu kembali memajukan bibirnya.

" Ya, aku kan ingin melihat usaha suamiku yang sedang menjadi ayah rumah tangga. Memangnya salah ya...haha. Sekali-kali ngerjain kamu mas " Hanna terpingkal. Davin yang melihat hal tersebut malah mendatarkan wajahnya. Tapi, tak dapat dipungkiri bahwa ia juga senang melihat tawa Hanna yang lepas seperti itu.

" Ck, Dasar ". Pria satu anak tersebut mendekati sang istri yang sedang tertawa.

" Senang ya kamu ngerjain suami. Rasakan ini ". Davin menggelitiki tubuh Hanna. Wanita itu semakin dibuat tertawa.

" Haha stop mas...haha haha st-op hahaahaa ". Davin tak ingin berhenti. Ia kini memajukan wajahnya dan menciumi wajah Hanna.

Wanita itu masih tetap tertawa. Matanya bahkan sudah berair. " Mas udah mas, geli hahaha ".

Oek oek oek

Tiba-tiba suara tangisan baby Zayn terdengar dengan sangat nyaring. Rupanya kelakuan dua orang tua baru itu berhasil mengganggu tidur nyenyak si bayi gembul.

 Rupanya kelakuan dua orang tua baru itu berhasil mengganggu tidur nyenyak si bayi gembul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davin dan Hanna sontak menghentikan kegiatan unfaedah mereka. " Gara-gara kamu sih, mas ". Ucap Hanna sambil mendelikan tatapannya.

" Kok saya, yang ketawa kan kamu ".

Hanna tak membalas ucapan suaminya. Ia segera menghampiri box baby Zayn dan memangku bayi gembul tersebut.

" Aduuh sayang, bunda sama ayah berisik ya. Solehnya bunda sampai kebangun begini. Cup cup cup... " Hanna menimang-nimang baby Zayn sampai bayi itu sedikit tenang dan kembali menutup matanya.

" Dia tidak haus memangnya? " tanya Davin penasaran. Pasalnya, menurut artikel yang dia baca, saat bayi menangis ketika baru bangun dari tidurnya, itu tandanya si bayi sedang lapar atau haus.

" Gak semua bayi menangis itu berarti lapar atau haus, mas. Saat sedang tenang dan ada yang mengganggunya, bayi akan merasa tidak nyaman dan mengeluarkan protesannya melalui tangisan. Seperti tadi contohnya, baby Zayn sedang tertidur nyenyak, lalu kita membuat keributan dan akhirnya dia terbangun sambil menangis. Itu tandanya dia terganggu dan menginginkan suasana tenang kembali ". Jelas Hanna. Davin manggut-manggut saja.

" kalau bayinya tidak berhenti menangis juga bagaimana? "

"  Nah, itu ada kemungkinan jika bayi tersebut sedang lapar atau merasa tidak nyaman karena popok yang basah atau penuh. Bisa juga karena suasana kamar yang tidak sesuai untuk bayi tersebut. Misalnya terlalu terang, terlalu berisik, terlalu hening dan sebagainya ". Ucap Hanna lagi. Ia masih setia menimang baby Zayn yang kini telah terjaga sepenuhnya. Bayi berusia empat hari itu mengerak-gerakan bibir mungilnya beberapa kali. Hanna tahu tanda itu. Baby Zayn ingin meminum ASI.

Dengan segera, Hanna melepas tiga kancing bajunya dan mengeluarkan payudara sebelah kanan. Ia mendorong pelan punggung baby Zayn untuk medekati dadanya.

Bayi itu melahap puncak dada Hanna dengan rakus. Menyedot ASI sang ibu dengan kuat seakan tak ada hari esok.

" Pelan-pelan sayang " ucap Hanna sambil mengelus dahi baby Zayn. Beruntung ASI miliknya berjalan lancar. Ia jadi tak perlu memberikan asupan tambahan seperti susu formula untuk bayinya.

Davin yang merasa penasaran akan bayinya itu segera mendekat. Ia berdiri dihadapan Hanna dan memperhatikan baby Zayn yang sedang menyusu dengan rakus.

" Ck itu punya saya ". Gumam Davin pelan. Namun, ternyata gumamannya itu terdengar oleh Hanna.

" Sekarang udah jadi punyanya Zayn juga. Berbagi ya, Sayang ". Wanita itu tersenyum jahil dan mengelus rahang suaminya.

Davin mendengus. Miliknya harus dibagi dua sekarang. Dan ia harus mengalah. Berbagi dalam waktu yang cukup lama sangat merepotkan menurutnya. Untung saja ia hanya berbagi dengan anaknya. Jika yang lain, OH NO. Tak akan ia biarkan hal itu terjadi.

" Oh iya, besok Emak mau datang kesini sama si tétéh, mas " Ucap Hanna memberi tahu.

Davin mengangguk. " Mau menginap? ". Tanyanya.

" Gak tahu. Tadi si Tétéh belum ngasih tahu juga. Tapi kayaknya iya deh. Soalnya-kan, Jakarta-Sukabumi lumayan jauh. Kalau gak nginap kasihan, Emak udah tua, gampang capek ".

" Ya sudah, suruh menginap saja. Mama juga bakal senang kalau ada temannya disini ".

Hanna tersenyum. Suaminya ini memang sangat baik. Ia juga tak pernah menganggak ibu Hanna sebagai mertuanya. Davin sudah menjadikan orang tua Hanna sebagai orang tuanya, dan keluarga Hanna tentu saja menjadi keluarganya juga.

" Iya Entar aku kasih tahu si Tétéh supaya menginap ". Davin tersenyum lalu mengusap lembut kepala istrinya.

Tak lama setelah itu, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka.

" Biar saya yang buka ". Davin segera membuka pintu itu dan melihat siapa yang mengetuk. Dan ternyata itu adalah sang mama.

" Ada apa Ma? ".

" Dibawah ada karyawan kamu tuh. Mereka mau melihat baby Zayn katanya. Lekas bawa istri dan anakmu kebawah Vin ".

Sukabumi
13 Februari 2022

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang