Bab 14

1.6K 92 3
                                    

Siang harinya, rumah Hanna semakin terlihat ramai oleh para tetangga juga teman-teman Hanna yang berada di Jakarta.

Mereka datang silih berganti untuk mengucapkan selamat juga melihat putra pertama dari seorang pengusaha yang cukup terkenal itu.

Sakin banyaknya tamu yang berkunjung, papa Damar sampai berinisiatif untuk memindahkan sementara box bayi baby Zayn keruang tamu. Kasihan juga melihat bayi yang baru berusia lima hari itu harus digendong secara bergiliran. Takut nanti baby Zayn pegal-pegal dan terjadi hal yang tak diinginkan. Maklum, bayi itu tubuhnya masih rawan, apalagi jika bayi yang baru lahir seperti baby Zayn.

" Baby Zayn kegerahan sepertinya, Na ". Ucap mama Ana yang melihat cucu pertamanya bergerak-gerak tidak nyaman didalam box bayi.

Hanna yang memang berada didekat box bayi itu segera mendekat dan memeriksa. " Iya kayaknya, Ma. Aku buka aja kali ya selimutnya ". Kata Hanna yang diangguki segera oleh ibu mertuanya.

" Sebentar ya sayang " Hanna dengan perlahan membuka selimut yang menutupi tubuh bayi gembul itu. " Kasihan solehnya bunda kegerahan. Gak nyaman ya, Nak. Uluh uluh sayang bunda " Hanna berceloteh sambil menyingkirkan perlahan selimut tersebut. " Sudah selesai, gak gerah lagi sekarang ". Wanita itu mengelus lembut kepala baby Zayn yang kini tengah memperhatikan kegiatan bundanya.

" Seneng kayaknya dia. Dari tadi liatin kamu terus tuh, Na " mama Ana tertawa pelan. " Iya, Ma. Dia emang kayak gini. Waktu aku mandiin terus diganti pakainnya, dia juga liatin aku terus. Gak nangis lagi. Pinter banget ya baby Zayn ". Puji Hanna pada bayinya yang kini sedang tertawa khas bayinya.

" Ehh malah ketawa. Lucu banget sih...eeemm sini sama Oma sayang " mama Ana segera mangambil Zayn dan menggendongnya. Bayi itu semakin kesenengan. Ia tertawa sampai matanya menyipit dan hampir tak terlihat.

" Wah wah, siapa nih yang sudah bangun? ". Tiba-tiba Davin dan Papa Damar diikuti beberapa orang lainnya datang dari arah belakang. Mereka berdua baru saja menemani beberapa tamu yang kebetulan merupakan rekan bisnis papa Damar yang datang untuk mengucapkan selamat.

Para rekan bisnis papa Damar itu usianya hampir sama semua. Jika Hanna tebak, mungkin usia mereka dikisaran antar lima puluh sampai enam puluh tahunan. Sama seperti papa mertuanya.

Mereka datang dari setengah jam yang lalu. Karena merasa tidak nyaman jika mengobrol diruang tamu, maka Davin mengajak mereka keruang terbuka yang ada dihalaman belakang rumah. Pria itu mengajak keempat rekan papanya untuk duduk digazebo samping kolam ikan.

Kebetulan suasana disana cukup tenang dan asri. Sangat nyaman untuk mengobrol santai ataupun membahas beberapa hal tentang pekerjaan. Atau juga bisa untuk bernostalgia seperti papa Damar dan beberapa rekannya itu.

" Sudah selesai mas obrolannya? " tanya Hanna penasaran.

" Sudah. Sebenarnya mas dari tadi cuma diem aja sih, kalau ditanya ya jawab, kalau tidak yang tinggal diam. Mas pengen kesini dari tadi. Tapi temen-temen papa itu nahan saya terus " keluh Davin. Pria itu menyandarkan kepalanya dipundak sang istri. Matanya fokus kedepan memperhatikan baby Zayn yang dikerumuni oleh teman-teman papanya.

Hanna terkekeh pelan. Ia merapihkan rambut suaminya yang sedikit berantakan. " Gak apa-apa mas. Lagian gak sopan juga kalau meninggalkan tamu begitu saja kan? " wanita itu merasakan kepala suaminya yang mengangguk pelan.

" Saya kangen kamu ". Ucap Davin sambil menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang istri yang masih terbalut kerudung instan.

Wanita itu mengernyit. " Kangen?, kan dari tadi kamu udah liat aku terus mas. Kok bisa kangen sih? ".

Davin menggeleng pelan. " Saya gak tahu. Tiba-tiba kangen kamu kayak gini. Mungkin efek kamunya yang dimonopoli sama baby Zayn terus dari tadi. Kamu jadi gak punya waktu buat saya ". Bibir pria itu mengerucut sebal. Padahal baby Zayn kan juga anaknya.

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang