Bab 17

1.6K 86 1
                                    

Sore ini, dengan cuaca cerah yang mendukung, seluruh keluarga Hanna berkumpul dihalaman belakang rumah. Tepatnya di gazebo dekat kolam ikan.

Rencananya mereka ingin mengadakan makan bersama sambil lesehan dan membuat nasi liwet ala-ala ibu Nur. Dengan membuat tungku dadakan, ibu Hanna itu memasukan ranting-ranting kering lalu menyalakan api dengan pemantik.

Setelahnya, ibu Nur meletakan wajan diatas tungku lalu menuangkan air secukupnya kemudian memasukan beras juga bumbu-bumbu yang telah disiapkan. Setelah semuanya diaduk rata, ibu Nur lalu meletakan daun pisang diatas beras. Sambil menunggu nasi masak, ibu Nur membantu yang lainnya untuk menyiapkan lauk yang akan disantap bersama dengan nasi liwet.

Hanna memperhatikan ibu dan mertunya yang sedang asyik bercakap sambil menyiapkan bahan lain. Wanita itu tersenyum saat melihat keakraban keduanya. Dia sendiri sekarang sedang menata piring diatas tikar yang digelar digazebo.

Setelah selesai, Hanna beranjak dan hendak menghampiri kedua wanita kesayangannya tersebut. Tapi sebelum itu, ia menoleh sebentar kearah suaminya yang kini sedang mengajak ngobrol baby Zayn yang diletakan ditempat tidur bayi.

" Mas, aku kesana dulu ya " ucap Hanna. Davin menoleh dan mengangguk singkat.

" Ada yang bisa aku bantu? " tanya Hanna setelah ia sampai disamping dua wanita yang sedang asyik dengan kegiatannya itu.

" Eh, kamu mau ngapain? " cegah mama Ana saat melihat menantunya yang ingin menyentuh ikan tongkol yang telah dibumbui. " Gak usah pegang itu, anyir. Kamu kesana aja deh. Gak usah bantuin kita, lagian tinggal dikit lagi kok. Nanti tangan kamu kotor " ucap mama Ana sedikit nge-gas.

" Yakin ma gak mau Hanna bantu? ". Mama Ana menggeleng. " kamu temenin baby Zayn aja deh Na. Kasian, nanti dia nyariin kamu, kamunya gak ada. Sana, sana....hus hus " wanita itu mengusir.

" Ya udah deh. Hanna pergi dulu ya para ibu cantik...dadah ". Hanna tertawa pelan setelah mengucapkan hal tersebut. Ia lalu pergi dan kembali menghampiri anak juga suaminya.

" Hallo solehnya bunda ". Baby Zayn menggeliat. " Aduuh, kok makin gembul aja siih, makan apa sih sayang, hm " Hanna menusuk-nusuk pipi bayinya dengan jari telunjuk.

" Eh, jangan digituin, nanti pipinya lecet kena kuku kamu ". Davin menjauhkan tangan sang istri dari pipi putranya.

" Tapi kuku aku pendek kok mas, tuh liat " Hanna menunjukan kukunya pada Davin.

Davin berdecak. " Ck, jangan pokoknya ".

" Iya deh iya ".

Hanna kembali menatap sang putra. " Baby Zayn ganteng banget sih. Sayangnya bunda kalo udah besar pasti bakal good looking ". Wanita itu mengambil putranya dari tempat tidur bayi lalu menggendongnya.

" Dia good looking juga karena saya yang nyumbang bibitnya. Kalau dulu kamu jadinya sama mantan kamu yang jelek itu, belum tentu jadinya bakal bibit unggul seperti ini. Kamu seharunya bersyukur karena menikah dengan saya, sudah ganteng, baik hati, rajin menabung, tidak sombong lagi. ". Celetuk Davin menyombongkan diri.

Hanna mencibir didalam hati.

Tidak sombong katanya.

" Tidak sombong sih, tapi suka membanggakan diri sendiri ". Ucap Hanna.

" Loh, kalau ada yang bisa dibanggakan, kenapa tidak? ".

" Iya, tapi kalau berlebihan jatuhnya malah ria ".

" Tapi saya gak ria tuh. Saya-kan tidak membicarakannya pada orang lain. Saya hanya membanggakan diri didepan kamu saja. Tidak membicarakan keunggulan saya sana-sini ". Davin mendekatkan dirinya pada sang istri. " Lagi pula benar-kan kalau bibit yang saya sumbangkan itu sangat unggul. Lihat saja baby Zayn. Ketampanannya tidak usah diragukan lagi. Ya, walaupun memang masih tampanan saya sih ".

Perfect Parents: Hanna's Family ( SELESAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang