20. DH|| Fatih pria menyebalkan

122 20 2
                                    

"Tiada hari tanpa bertengkar."

||Diary Hasnah||

__________

Rumah dengan nuansa putih, halaman depan rumah di hiasi banyak tumbuhan serta pepohonan yang menambah kesan asri pada rumah itu, terlihat sangat indah dan menyejukkan. Tetapi--

"Allahu Akbar!!"

Seorang wanita paruh baya menatap tajam ke arah depan, tidak menyangka dengan kelakukan cucunya yang paling besar itu.

"Hasnah! Turun, Nak! Nanti kamu jatuh."

Yang di panggil malah tersenyum lebar ke arah sang nenek, sembari terus melanjutkan aksinya yaitu memakan buah mangga langsung dari pohonnya.

"Itu lagi apa-apaan bawa pisau, gimana kalau tanganmu tertusuk! Sudah! Turuuuunn!"

"Bentar dong nek, baru juga Hasnah naik. Tenang aja, aman kok."

Hasnah kembali memasukkan buah mangga yang baru saja ia kupas ke dalam mulut. Manis sekali, sampai Hasnah ketagihan sendiri, entah sudah buah yang keberapa yang saat ini ia pegang.

Nenek geleng-geleng kepala, pusing sendiri dengan tingkah cucu perempuannya. Berbeda sekali dengan cucunya yang laki-laki, Husein lebih pendiam, juga penakut, sikap keduanya sangat bertolak belakang, bisa-bisa tertukar.

"Bundamu tadi nelpon nenek, katanya kapan kamu pulang? Harusnya kamu pulang dulu ke rumah sebelum ke rumah nenek."

"Iya nanti siang hasnah pulang kok."

Hasnah baru saja selesai berkemah, dan Hasnah memutuskan untuk tidak pulang ke rumah bundanya. Kenapa? Tentu saja karena si biang kerok Fatih.

Beberapa jam yang lalu.

Hasnah mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berhasil mengejar Fatih. Keterlaluan! Bisa-bisanya Fatih meninggalkan Hasnah sendiri di tepi danau, bagaimana kalau ada buaya yang melahapnya? Kan bahaya.

"Mas Fatih jahat ih!" Entah sudah keberapa kalinya Hasnah mengatakan itu, dan yang dikatai masih saja diam sembari terus berjalan jauh meninggalkan Hasnah.

"Gimana coba kalo Hasnah hilang, Hasnah kan orangnya pelupa, gimana kalo sampai salah jalan terus masuk hutan lain?"

Hening.

Fatih tetap tidak menjawab ucapan Hasnah. Yang ia lakukan hanya terus berjalan sembari menatap lurus kedepan.

Merasa capek karena di acuhkan, Hasnah memutuskan untuk diam, bibirnya mengerucut, menatap sebal ke arah punggung Fatih di depannya.

Tidak lama kemudian merekapun sampai di tempat perkemahan. Fatih langsung berbaur ke tempat para pembina Pramuka yang tengah berkumpul di tengah lapangan. Sedangkan Hasnah sibuk mencari tendanya, karena keseringan main keluar Hasnah jadi sedikit lupa letak tendanya dimana.

"Hasnah!"

Merasa namanya di panggil, Hasnah membalikkan badan, terlihat dari tempatnya saat ini Della sedang melambaikan tangannya, ternyata di sebelah barat letak tenda kelompok Hasnah.

Diary HasnahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang