"Karena penyesalan selalu datang belakangan.
-Maafkan saya, Nura."||Diary Hasnah||
__________
Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, tetapi jika kita menjalaninya tanpa di iringi dengan rasa beban, maka tiga tahun akan terasa sangat singkat. Bahkan sampai tidak terasa, tau-tau sudah akan berakhir saja.
Itulah yang di rasakan Hasnah, perasaan baru juga kemarin ia naik ke bangku SMA, dan sekarang tinggal menunggu beberapa Minggu lagi dirinya sudah bebas dari masa putih abu-abu.
Masa putih abu-abu, Kata orang masa itu adalah masa paling menyenangkan, dimana kita bisa menemukan jati diri yang sebenarnya. Memaksa kita untuk berpikir dewasa, berpikir akan menjalani hidup yang seperti apa kedepannya? Akan menjadi apa nantinya?
Kelas tiga adalah masa-masa paling mendebarkan. Sebab, di kelas tiga kita harus bisa memutuskan apa yang akan kita lakukan kedepannya setelah terbebas dari bangku sekolah. Itulah yang Hasnah rasakan saat ini, bimbang, bingung, dan pusing. Akan dilanjutkan kemana pendidikannya nanti?
Hasnah menyesap teh coklat hangat yang baru saja bundanya buatkan. Kurang lebih dua Minggu lagi dirinya akan melaksanakan ujian sekolah, setelah itu Hasnah harus sudah bisa menentukan akan dilanjutkan kemana, dan itu belum terpikirkan sampai sekarang.
Banyak sekali yang ingin Hasnah lakukan, Hasnah ingin kuliah tapi bingung jurusan apa. Disatu sisi Hasnah suka melukis, disisi lain Hasnah suka mengarang cerita, tapi dilain waktu Hasnah ingin merasakan menjadi mahasiswi kedokteran. Bagaimana jadinya? Haruskah Hasnah mengambil semuanya?
"Yaallah ... Hasnah dilema."
"Dilema kenapa sayang?"
Hasnah menengok ke arah belakang, Ayahnya tengah berjalan ke arahnya. Ikut duduk di samping Hasnah di teras rumah.
"Bingung nanti udah lulus Hasnah ngapain yak?"
"Lho, ayah kira kamu udah punya rencana."
Hasnah nyengir kuda ke arah ayahnya.
"Punya sih, menurut ayah ni ya .." Hasnah duduk menghadap Hasan dengan wajah serius, "Hasnah cocok nya jadi pelukis, penulis, atau dokter?"
Hasan terdiam, lebih tepatnya berpikir. "Eumm... Menurut ayah kamu cocoknya jadi ibu rumah tangga." Ucapnya kemudian sembari sedikit terkekeh.
Hasnah memukul lengan ayahnya pelan, "Ih, Ayah! Hasnah serius lho. Masa jadi IRT sih? Gamauuu, Hasnah kan masih kecil."
Hasan terkekeh lalu mengelus kepala putrinya dengan lembut, "Bercanda, lagi pula ayah belum siap nyerahin kamu ke siapapun." Hasnah tersenyum mendengarnya. "Apapun pilihan kamu, ayah akan selalu mendukung. Ikuti kata hati kamu, karena bisa jadi pilihan ayah tidak sesuai apa yang kamu inginkan."
"Justru itu Hasnah bingung, belum nemu jawabannya."
"Yaudah, Hasnah coba solat istikharah aja, siapa tau langsung Allah kasih jawabannya."
Hasnah mengangguk mengerti, malam nanti sembari melakukan jadwal rutinnya yaitu solat tahajud, Hasnah akan melaksanakan solat istikharah juga. Semoga Allah memberikan jawaban yang terbaik untuk hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Hasnah
Teen FictionSquel Takdir Cinta[HmHs] Hasnah Nurasyafa. Seorang gadis remaja yang memiliki hobi melukis dan menulis. Pecinta warna coklat akut, sampai makananpun Hasnah lebih memilih yang warnanya coklat. Tumbuh bersama dari kecil sampai besar bersama Fatih tent...