13. DH||Terjebak perangkap Fatih

387 32 4
                                    

Mas Fatih itu licik.
Bisanya maksa doang!

||Diary Hasnah||

____________

Week end kali ini tidak Hasnah gunakan untuk bermalas-malasan di kamar sembari mencorat-coret buku diarynya. Sudah terhitung lebih dari tiga hari Fatih tidak membuat masalah, yang artinya tidak ada sikap galaknya yang harus Hasnah tulis.

Hasnah sendiri bingung, mengapa sikap Fatih itu susah sekali di tebak? Sebenarnya bagaimana jalan pikirnya? Dan apa yang selalu Fatih pikirkan tentang Hasnah? Mengapa selalu Hasnah yang ia buat kesal? Apa karena Hasnah seseorang yang sudah Fatih kenal lama?

Sampai detik ini, Hasnah masih belum tahu alasan apa yang membuat Fatih menjauh darinya. Kira-kira apa ya? Tidak mungkin karena bosan dekat dengannya kan?

Perubahan Fatih itu kentara sekali, bagaimana tidak terlihat? Yang semula sangat perhatian tiba-tiba langsung berubah menjadi dingin hanya dalam satu malam. Tidak rela sebenarnya melihat Fatih berubah begitu, sebagian hati kecil Hasnah seolah hilang, Hasnah kesepian.

Tapi, apa boleh buat? Toh, sudah hampir tiga tahun ini Fatih tidak lagi akrab, mengobrol pun hanya seperlunya. Tidak ada Fatih perhatian yang senantiasa memanjakan Hasnah lagi.

Sudahlah, lagi pula Hasnah sudah terbiasa dengan sikap galaknya. Hanya saja Hasnah terlalu muak, makanya Hasnah mendendam dengan menuliskan semua perilaku galak Fatih padanya di buku diary. Tenang, image Fatih tetap terjaga kok, karena hanya Hasnah yang tahu coretan apa saja yang ada di dalam buku diarynya. Yang pasti, semua coretan itu menceritakan tentang keburukan Fatih.

Boleh di katakan, buku diary Hasnah adalah buku aib Fatih.

"Jadinya mau beli yang mana?"

Hasnah menoleh ke arah samping, mendapati bundanya yang ikut memilih buku catatan untuk dirinya sendiri.

Sekarang Hasnah tengah berada di mall, ikut belanja bulanan bersama bundanya. Karena mall yang Hasnah kunjungi adalah mall besar, maka sekalian mampir ke toko buku tidak jadi masalah. Hasnah harus membeli buku catatan baru, karena diary favoritnya mulai habis.

"Gatahu nih, Bun. Kok buku catatan yang aku beli bulan lalu gaada ya?" Hasnah berucap tanpa mengalihkan pandangannya. Pandangan Hasnah masih pokus pada deretan buku dengan cover berbeda di depannya.

"Yang covernya coklat?" Tanya bundanya. Hasnah mengangguk membenarkan.

"Coba kamu cari di rak buku lain, bisa jadi tempatnya pindah."

Hasnah menuruti perintah bundanya, Kakinya melangkah ke arah rak yang letaknya berada di bawah tangga. Hasnah kembali melihat buku-buku yang berjejeran, berharap buku yang di carinya ada.

Pucuk dicinta, ulampun tiba. Hasnah menemukan buku yang ia cari-cari. Sama persis seperti buku yang ada di rumahnya. Saat tangannya akan meraih buku itu, ada tangan lain juga yang tengah meraihnya. Jadilah saat ini buku itu di pegang oleh dua tangan.

Hasnah menoleh ke samping kirinya, seorang laki-laki memakai masker yang ternyata akan mengambil buku pilihannya juga.

Hasnah menarik lebih keras buku itu sampai cekalan tangan laki-laki itu lepas, "Maaf pak, saya yang lebih dulu lihat buku ini, jadi ini punya saya, ya?" Ucap Hasnah sembari mengacungkan buku yang berada di genggamannya.

"Tapi saya butuh buku itu dek, Karena buku yang lainnya kurang tebal."

Hasnah menggeleng, No, No, No! Tidak boleh ada yang mengambil barang miliknya, apalagi kalau berwarna coklat. "Tidak bisa, saya lebih butuh ini, Buku ini menyangkut hidup saya."

Diary HasnahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang