Muhammad Fatih Al-Manaf.
Satu-satunya laki-laki di dunia ini yang paling tidak bisa di tebak sikapnya.
Hasnah bingung, setiap tingkah mas Fatih kepadanya selalu membuat Hasnah berpikir: Fatih itu galak, atau, Fatih itu pura-pura galak. Huah! Hasnah gak paham sama pemikiran mas Fatih!||Diary Hasnah||
_____________
Sudah lewat beberapa hari setelah kejadian kecoa waktu itu. Hasnah malu sendiri mengingatnya, Hasnah merasa jadi wanita murahan yang dengan mudahnya peluk-peluk yang bukan mahram. Tapi mau bagaimana lagi, saat Hasnah takut ia lupa semua hal, saat itu juga Hasnah lupa kalau sekarang Hasnah dan Fatih sudah berbeda. Hasnah sudah tidak boleh asal pegang Fatih seperti dulu lagi. Ada batasan yang harus mereka jaga.
Hasnah menghembuskan nafasnya. Hari ini Fatih akan mengajar di kelasnya. Dan parahnya lagi pelajaran Fatih empat jam. Kalau seperti itu bagaimana Hasnah akan menghindar? Hasnahkan malu, tidak mau berhadapan dengan Fatih dulu.
"Guys, kata pak Fatih sekarang kita belajarnya di perpustakaan. Bawa buku sama tas nya, biar nanti pas pulang gak harus balik lagi ke kelas." Ucap temannya hasnah yang menjabat sebagai ketua kelas.
Semua teman kelas Hasnah langsung bersiap menggendong tas punggung mereka, lalu berjalan keluar kelas untuk pergi ke perpustakaan.
"Yuk, Na." Ajak Della.
Hasnah mengangguk sembari menggendong tas coklatnya. Tangan Hasnah membawa satu buku paket. Sengaja, Hasnah akan gunakan buku itu untuk menutupi wajahnya nanti.
Perpustakaan letaknya lumayan jauh dari kelas Hasnah. Kelas Hasnah ada di lantai dua, dan perpustakaan letaknya ada di lantai bawah, di dekat kamar mandi guru.
"Kamu udah ngerjain tugas yang kemarin di kasih?" Tanya Della.
"Udah, cuma sepuluh soal kan?"
Della mengangguk membenarkan. Mereka berjalan melewati beberapa kelas yang sepi, karena sekarang jadwal belajar sedang berlangsung. Jadi hanya sebagian orang saja yang masih berlalu lalang di depan kelas.
"Hasnah!" Seseorang memanggil namanya dari belakang. Hasnah langsung membalikkan badan untuk melihat orang itu.
Haris.
Hilih, Hasnah malas sekali bertemu buaya darat itu. Hasnah kembali membalikkan badannya tanpa menjawab panggilan haris. Langkah Hasnah yang semula lambat kini di percepat agar segera sampai di perpustakaan dan terhindar dari laki-laki bermulut cewek itu.
Kalau buaya darat ya tidak ada capeknya, haris berlari mengejar Hasnah sampai akhirnya merekapun berjalan berdampingan.
"Mau ke perpustakaan ya?" Tanya haris.
Sudah tahu kok nanya sih. Gaada kerjaan banget. Dasar buaya darat bermulut cewek! Gerutu Hasnah dalam hati.
"Sama dong, aku juga mau ke perpustakaan." Ucap haris membuat Hasnah menoleh ke arahnya dengan mata membelalak.
"Ngapain?"
"Gatau, di suruh Bu Eka. Katanya sih suruh bantuin nyalin data siswa yang suka ke perpus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Hasnah
Teen FictionSquel Takdir Cinta[HmHs] Hasnah Nurasyafa. Seorang gadis remaja yang memiliki hobi melukis dan menulis. Pecinta warna coklat akut, sampai makananpun Hasnah lebih memilih yang warnanya coklat. Tumbuh bersama dari kecil sampai besar bersama Fatih tent...