"Raja, kamu tuh gak boleh gitu dong." Protes Shani pada Raja yang sedang berjalan di depannya.
"Udah tau kamu lagi sibuk masih aja diajak ngobrol."
"Kan aku yang ajak ngobrol duluan, bukan dia."
Raja tidak membalas Shani.
Mereka sedang berada di ruang OSIS. Di dalam sana ada beberapa orang juga, termasuk Gracia.
"Kenapa, Shan?" Tanya Gracia.
"Tau aneh tuh orang. Masa aku cuma mau ngobrol sama temen dianya narik-narik suruh cepetan sih." Jelas Shani dengan wajah cemberutnya.
"Mungkin si Raja lagi banyak pikiran kali."
"Masalahnya dia tuh nyalahin temen aku karena ngobrol sama aku. Padahal aku yang nyapa duluan. Aneh, kan?"
"Udah udah. Mending minum dulu nih." Gracia lalu menyodorkan satu botol kecil teh manis dingin. Shani lalu menerimanya dan meminumnya.
Shani sebenarnya bingung ada apa dengan Raja setiap Shani bertemu dan ngobrol dengan Grayson. Tidak biasanya Raja bertingkah seperti ini.
"Ge,"
"Hmm?"
"Habis ini temenin aku jalan-jalan ya,"
"Ke mana?"
"Keliling sekolah aja. Suntuk banget disini sumpah."
"Oke deh."
Dalam hatinya, mending Shani cepat-cepat menyelesaikan kerjaannya biar bisa keluar dari ruangan ini. Mood dan semangat kerjanya juga sudah mulai hilang sejak kejadian tadi.
Dan benar saja. 45 menit mengerjakan laporan untuk sertijab, sekalian lengkap dengan tanda tangan, sudah Shani selesaikan.
"Nih punya aku. Udah di approve sama Pembina OSIS. Tinggal kamu belum tanda tangan. Kerjaan aku selesai ya," ujar Shani sambil menaruh laporannya di hadapan Raja.
"Cepet banget."
"Iya. Suntuk disini soalnya." Sindir Shani.
Raja tahu persis Shani menyindirnya. Makanya sekarang Raja menahan Shani.
"Shan, tunggu?"
"Apa lagi?"
"Sorry soal yang tadi."
Shani berpikir sebentar lalu menghembuskan nafasnya.
"Iya. Udah dimaafin kok." Shani tersenyum.
"Makasih," balas Raja.
"Aku mau keluar dulu. Beneran suntuk banget disini."
"Mau ditemenin gak?"
"Gapapa aku sama Gracia kok."
Raja lalu hanya mengangguk dan melepaskan genggamannya di tangan Shani.
Shani dan Gracia lalu berjalan keluar dari ruang OSIS. Entah mereka juga tidak tahu harus kemana, jadi mereka berjalan tanpa arah.
"Gimana kalau kita ke lapangan basket aja? Jam segini biasanya mereka latihan."
"Bosen gak sih?"
"Daripada gak tau mau ngapain," balas Gracia berusaha meyakinkan sahabatnya itu. Padahal dia kesana mau lihat seseorang.
"Yaudah deh. Ayo." Shani akhirnya menyetujuinya.
Benar saja, sesampainya disana anak-anak tim basket sedang bermain 3-on-3 di salah satu sisi lapangan. Bunyi decitan sepatu serta bola basket yang beradu dengan lantai lapangan bisa terdengar jelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Airplane
Novela Juvenil"Hey, Mr. Airplane! Can you wait for a second?" [DISCLAIMER] Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan alur, tokoh, dan latar, mohon maaf. Cerita ini murni dari ide penulis.