Grayson baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya seorang diri. Padahal tadi Shani sudah bilang kalau dia mau menemani Grayson.
"Ketiduran kali, ya." Grayson lalu mematikan lampu meja belajarnya dan beranjak ke tempat tidur.
Grayson berusaha menghilangkan pikiran anehnya tentang Shani, namun sedari tadi seperti ada yang mengganjal. Sekitar sepuluh panggilan tidak dijawab oleh Shani. Seharusnya kalau sudah sebanyak itu Shani bisa terbangun.
Bahkan sampai besok paginya ketika Grayson hendak berangkat ke sekolah masih tidak ada kabar dari Shani. Shani yang biasanya mengirim chat untuk Grayson meskipun hanya sekedar memberi kabar, kali ini sama sekali tidak ada pesan darinya.
"Gre,"
"Hmm?"
"Lu ada ngechat sama Shani gak semalam?"
"Semalam? Ada kok. Kenapa emangnya?" ujar Gracia lalu melahap roti yang baru saja dia buat.
"Jam berapa?"
"Sekitar jam setengah 10."
Benar apa yang dipikirkan Grayson. Semalam jam setengah 10 dia masih bangun mengerjakan tugas dan masih mencoba menelepon Shani, tapi tidak dijawab.
"Emang kenapa?" tanya Gracia lagi.
"Hah? Nggak kok. Cuma nanya aja," sangkal Grayson.
Gracia tidak bertanya lebih jauh lagi. Memang Grayson kembarannya dan Shani sahabatnya, tapi kalau sudah soal hubungan mereka berdua Gracia tidak mau ikut campur.
"Aten! Ecen! Udah siap belum?"
"Udah!" jawab kedua adik mereka dari dalam kamar.
"Aten sama Ecen, kalian berdua pegang kunci rumah ya," ujar Gracia.
"Oke."
Karena biasanya papa mereka yang mengantar Aten dan Ecen ke sekolah, tapi karena sekarang papa mereka lagi di luar kota jadinya Grayson dan Gracia yang mengantar mereka.
"Aten sama koko apa cici?" tanya Grayson.
"Sama koko," jawab Aten.
"Dih, gue mau sama koko!" protes Ecen.
"Gue duluan. Lu sama cici aja sana."
"Gak mau ah, cici bawa mobil pelan banget kayak emak-emak," sindir Ecen.
"Heh! Itu untuk keselamatan ya! Entar kalo bawa kenceng-kenceng terus nabrak gimana?" Gracia yang merasa tersindir pun memprotes.
"Udah udah ah! Mending gunting batu kerrrr...." potong Grayson.
Aten dan Ecen yang sudah mengerti langsung bersiap untuk suit.
"...tas!"
"Yes!"
"Yahh."
"Udah ya, berarti Aten sama koko, Ecen sama cici," lerai Grayson.
"Lagian kenapa koko sama cici tuh gak berangkat bareng aja sih? Pake satu kendaraan gitu," tanya Ecen.
"Tanya cici tuh yang gak mau naik motor," sindir Grayson.
Kalau yang satu sudah memancing, yang satunya lagi pasti akan langsung memakan umpan. Dimulailah perdebatan.
"Eh gue pake rok ya! Motor lu tinggi, yang ada nanti paha gue kelihatan kemana-mana!"
"Makanya kalo pake rok tuh jangan pendek-pendek."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Airplane
Fiksi Remaja"Hey, Mr. Airplane! Can you wait for a second?" [DISCLAIMER] Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan alur, tokoh, dan latar, mohon maaf. Cerita ini murni dari ide penulis.