Archie membawa mobilnya untuk mengarah menuju apartemen miliknya yang untungnya selalu terawat. Archie jarang sekali ke apartemennya dan lebih sering menggunakan hotel jika ingin bersama wanita yang sama maunya dengan Archie. Membawa banyak perempuan ke apartemennya hanya akan memperkeruh masalah. Sebab bisa saja yang tergila-gila dengan Archie akan datang ke sana dan mengganggunya. Sedangkan Archie memiliki apartemen yang terbilang cukup mahal untuk menenangkan diri.
"Oh, setelah kamu tahu tempat tinggalku, kamu juga memperkenalkan aku di tempat tinggal kamu?" tanya Siri setelah mereka masuk dan Rein berada digendongan papanya.
"Sebenarnya ini bukan tempat tinggalku. Aku tinggal sama mamaku karena Rein membutuhkan lingkungan yang lebih ramah keluarga, bukan tempat tinggal individualisme begini."
"Kalo gitu ini tempat yang sering kamu pake buat bawa perempuan?"
Archie menggeleng. "Nggak pernah aku kasih tahu apartemen ini. Ribet. Ada hotel, kenapa harus dibawa ke ranah pribadi?"
"Memangnya aku siapa kamu sampai bisa dilibatkan ke ranah pribadi kamu?" tanya Siri yang membuat Archie tidak menyadari sudah dijebak dengan pertanyaan semacam ini.
"Kamu perempuan yang aku ingin libatkan ke kehidupan pribadiku." Archie tidak menutupi hal itu sama sekali. Tidak mundur dengan sikapnya yang tegas untuk memperjuangkan Siri. Jika tidak mengucapkannya langsung, akan sulit bagi Archie untuk mendekati wanita itu nantinya.
"Yakin? Baru sekali kita ... menghabiskan satu malam. Seyakin itu kamu sama aku?"
Archie mendengkus pelan dan mengarahkan kakinya menuju salah satu pintu yang bisa Siri tebak adalah kamar pria itu. Serein dibawa ke sana dan Siri menunggu di ruang tamu yang memiliki sofa berwarna green emerald dan begitu lembut. Archie tahu betul membuat kenyamanan di area pribadinya.
"Mau minum?" tanya Archie yang sudah menutup pintu kamarnya.
"Ada isi di kulkas kamu?"
Archie berdiri di balik pintu kulkas yang dibuka, menghalangi Siri untuk melihat pria itu. "Ada jus kemasan, air mineral botol, dan beberapa bir yang aku suka."
"Air mineral," jawab Siri.
"Nggak mau bir?"
"Aku nggak suka mabuk."
"Tapi kamu tahu betul mengenai Bar&Stone."
Siri menerima uluran botol mineral yang Archie bawakan. "Aku cuma dateng, tapi nggak minum."
"Sama sekali?"
Siri mengangguk sebagai jawaban. Namun, Archie tidak terlalu percaya. "Ini beneran atau kamu sengaja ngerjain aku?"
"Aku memang nggak minum alkohol, Archie. Menjaga fisikku dan aku juga nggak ada waktu buat mabuk. SIRIUS perlu aku dan jadwal padat nggak tertolong kalo aku mabuk tanpa tahu waktu."
Mereka kini duduk bersampingan. Archie memosisikan dirinya untuk menatap Siri dan wanita itu melakukan hal yang sama untuk mengimbangi Archie.
"Kamu segila kerja itu?" tanya Archie.
Siri memegang botol mineralnya dan menggeleng pada Archie. "Aku bukan gila kerja, tapi aku bisa gila kalo nggak kerja."
"Ini ada hubungannya sama cerita panjang yang nggak bisa kamu persingkat di mobil tadi?" Sekali lagi Siri mengangguk. Wanita itu tidak bisa langsung membuka diri begitu saja. Archie merasa wajar dan tidak akan memaksa.
"Jadi, kita cuma akan ngobrol di sini?" Siri yang menanyakannya. Wanita ini tidak ada basa basinya sama sekali.
"Katanya kamu mau istirahat. Kamu bisa tidur dulu atau mau aku pesankan makanan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's In Hurry / Tamat
ChickLitPerkenalkan Archie, seorang duda beranak satu yang didorong orangtua untuk segera menikah kembali karena tak mau cucu mereka mendapati kebiasaan one night stand Archie yang semakin menjadi. Bertemu dengan Siri, pemilik bisnis khusus 'kewanitaan' ya...