CH. 32

3.1K 732 18
                                    

Siri tidak paham kenapa Archie begitu buru-buru bergerak setelah mendapatkan panggilan dari mamanya. Mereka berpapasan di dapur ketika Siri menyiapkan sarapan dan memasukkan nasi goreng spesial buatannya untuk Serein. Mereka pulang dari hotel jam lima pagi tadi dan Siri tidak bisa tidur lagi hingga memutuskan untuk membuat sarapan. Melihat Archie yang muncul dari dalam kamar dan terlihat tergesa-gesa, tentu saja membuat Siri ingin tahu. 

"Kamu kenapa?" tanya Siri. 

Archie menatap singkat wanita itu dan membalas tak fokus. "Oh, ini, emm ... aku pulang dulu, ya." 

"Ada masalah apa?" Siri kembali bertanya. 

Archie tidak bisa mengatakan hal yang sejujurnya untuk saat ini. Dia akan mencari tahu jawabannya sendiri agar Siri tidak ikut lelah. Lagi pula, Siri akan terluka jika semua yang Archie selidiki ini memang benar. 

Archie tahu calon istrinya itu bukanlah wanita bodoh hingga banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh Siri saat ini. 

"Hanya ada sesuatu yang nggak bisa mama tangani."

"Iya, hal apa? Aku nggak akan tanya-tanya lagi kalo kamu kasih jawaban jelas."

Archie menatap Siri yang ingin tahu hal apa yang Archie akan lakukan. Sedangkan Archie tidak bisa mengatakan semua rencananya demi kenyamanan Siri. Maaf, Siri. 

"Aku akan ke rumah mama dulu, nanti aku jelasin soal yang terjadi di sana. Oke?" 

Siri terlihat keberatan. Namun, Archie juga tidak bisa menyakiti wanita itu. Jika semuanya benar, maka Virginia adalah sahabat yang membuat Siri terluka dalam hingga depresi. Archie tak ingin Siri mengalami fase kelam apa pun. 

Mendekati Siri, pria itu mengecup kening dan bibir sang wanita sebelum benar-benar berangkat. Pagi ini Virginia sudah membuat masalah, maka Archie harus mengurusnya dan menggali jawaban yang membuat hatinya resah mengenai Siri, Virginia, dan Serein. 

"Aku hubungi nanti kalo aku udah sampai di rumah mama. Aku janji akan cerita ke kamu." 

Janji itu tidak akan pernah mempan untuk membuat Siri diam dan menuruti segalanya. Archie salah besar jika mengira Siri akan memilih pasrah dan menunggu pria itu hingga kembali. 

Apa yang kamu sembunyikan, Ar? 

*

"Kenapa, sih?" tanya Jeje yang melihat bos besarnya turun dari lantai lima dengan wajah cemas. 

"Gue mau bilang, meeting hari ini lo wakilin dulu, ya. Gue harus ke rumah mamanya Archie." 

Jeje tidak paham sama sekali dengan apa yang Siri inginkan dengan buru-buru menuju rumah calon mertuanya. Namun, Jeje tidak ingin melarang sama sekali. 

"Ada acara penting?" Jeje mencoba menebak. 

"Nggak. Gue mau ke sana aja," jawab Siri yang memang sengaja menutupi apa yang ingin dirinya lakukan. 

Jeje juga orang yang mengenal Siri dengan baik. Namun, Jeje tidak seberani itu untuk ikut campur atas semua pilihan yang Siri ambil. Sungguh, sefrontal apa pun Jeje, dia tak mau membuat Siri memilih pendapat Jeje seutuhnya. 

"Oke, oke. Gue yang urus semuanya di kantor, tapi jangan terlalu sering cabut. Gue juga bisa kewalahan, Siri. Apalagi kalo klien maunya ketemu sama lo langsung." 

Siri hanya sibuk mengangguk untuk menanggapi ucapan Jeje. Dia tidak mau berlama-lama menghabiskan waktu dengan Jeje karena misinya untuk mengikuti Archie dan mengetahui apa yang pria itu sembunyikan. Baru kali ini Siri benar-benar merasa cemas dengan Archie. Pertanyaan, apa Archie selingkuh? muncul di kepala Siri yang biasanya tidak pernah serendah ini dalam memikirkan seseorang.

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang