Siri tidak pernah ingin membahas mengenai masa lalu—masa terkelamnya. Dia hampir gila ketika Virginia mengambil seluruh dunianya, anaknya, yang saat itu memang Siri sudah cintai dan harapkan untuk ada di hidupnya. Virginia adalah Medusa sebenarnya dalam hidup Siri. Mereka sudah saling mengenal lama, dengan kata persahabatan mereka saling akrab satu sama lain. Namun, rupanya orang yang akan menyakiti paling dalam adalah orang yang dekat dengan kita. Siri mempercayai ucapan Virginia saat itu. "Riri, gue tahu lo butuh ini begitu juga gue. Kita saling bantu, oke?"
Ya, karena Siri membutuhkan anak untuk dirinya yang menginginkan teman hidup. Siri tidak menginginkan pasangan akibat trauma yang digenggamnya dan harus ditambah trauma dengan kehilangan anak yang dikandungnya.
"Jeje ngapain kamu?" tanya Archie begitu Siri masuk ke rumahnya di lantai lima gedung itu.
"Penasaran, periksa sakit apa yang butuh waktu dua jam."
Archie jelas bukan pria yang suka jika hubungan ranjangnya diketahui banyak orang, apalagi Jeje. Jadi, dengan malas dia bertanya pada Siri mengenai pertanyaan yang Jeje lontarkan pada wanita itu.
"Sampai bagian mana pertanyaan itu berlanjut dan kamu jawab?"
"Aku nggak mau bahasa apa-apa karena dia pasti udah paham."
Siri melangkah semakin masuk ke kamarnya dan menemukan Serein yang sibuk meminum susu dari gelas.
"Hai, Sayang! Kamu baru minum susu dari tadi, ya?" Siri mendekati anak itu dan mengusap kepalanya dengan sayang.
"Ncucu, Moma." Rein menyodorkan gelas susunya pada Siri yang membuat wanita itu tertawa dibuatnya.
"Nggak, susunya buat Rein aja."
Siri sungguh tidak mengerti dengan perasaannya terhadap Rein. Dia tidak bisa berhenti memandangi anak itu meski hanya mendapati Rein yang mengedip. Hal sekecil apa pun jika berhubungan dengan Rein akan membuat Siri bahagia. Jika begini terus menerus, Siri merasa akan sangat ketergantungan dengan Serein yang sekarang sudah terbiasa memanggilnya moma. Bagaimana bisa Siri meninggalkan Archie dengan kasih sayangnya pada Rein dan terlebih lagi ada bayi yang Siri kandung, anak Archie.
Ketika pikirannya melalang buana, tiba-tiba saja kepala Rein sudah menyundul untuk bersandar dan bermanja pada Siri.
"Moma Siyiii."
"Waduh, manjanya anak moma." Menghitung banyak hal untuk bisa dilakukan bersama Rein tanpa gangguan, khususnya pikiran tentang masa lalunya yang rumit, Siri memeluk anak itu dan menciumi wajahnya.
"Yein yov yu, Moma."
Siri tersenyum dan mengangguk. "I love you more than you know, Rein."
Serein memeluk leher Siri dengan tiba-tiba dan begitu erat. Siri merasa ada yang aneh dengan tingkah Rein.
"Rein, kenapa?" tanya Siri pelan.
"Nca au ulang."
Jantung Siri berdegup dengan kencang. Serein tidak mau pulang? Apa ini pertanda akan ada keputusan baru yang harus Siri ambil untuk dapat bersama dengan Rein?
"Rein, kita baru di sini. Kenapa kamu bilang nggak mau pulang, Son?" Archie sudah berada di samping mereka dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bergabung.
Pria itu memeluk Siri dan Rein yang juga saling berpelukan. Jika ada yang memotret momen seperti ini, maka itu akan menjadi potret keluarga bahagia.
"Yein nca au ulang, Popa." Anak itu mulai menangis, membuat Siri dan Archie kebingungan untuk mengatasi sikap Serein kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's In Hurry / Tamat
ChickLitPerkenalkan Archie, seorang duda beranak satu yang didorong orangtua untuk segera menikah kembali karena tak mau cucu mereka mendapati kebiasaan one night stand Archie yang semakin menjadi. Bertemu dengan Siri, pemilik bisnis khusus 'kewanitaan' ya...