Mila menggoda Serein dengan mencolek pipinya yang turun dengan keseriusan mencoret-coret di kertas kosong dan pulpen yang Mila sediakan. Serein sangat lucu berakting seolah dirinya sudah bisa menulis dan membaca dengan pancar bagaikan orang dewasa.
"Onti kelja janan yanggu Yein yeyus!" Mila mendapatkan peringatan dari bos kecil itu.
"Onti nggak ada kerjaan, Rein. Makanya pengen colek pipi Rein. Gimana, dong?"
Serein langsung mendongak pada Mila dengan tatapan super serius. "Onti nca aja kelja?"
Mila menahan tawanya dan mengangguk. "Iya, onti nggak ada kerjaan."
"Yein anti biyang Popa," kata anak itu cepat dan kembali fokus mencoret-coret kertasnya dengan garis tak jelas.
"Rein ngapain bilang Popa?" tanya Mila bingung.
"Acih onti kelja."
Mila yang mulai merangkai topik yang disimpulkan oleh Rein mulai paham bahwa ternyata Rein mengira Mila tidak memiliki pekerjaan. Padahal maksud Mila pekerjaannya sedang luang karena tak ada yang diurusnya selain mengurus Serein.
Mila mau tak mau tertawa dengan ucapan Rein setelah memahaminya.
"Ya, ampun, Rein. Onti bukannya nggak punya pekerjaan, tapi kerjaan onti sekarang lagi kosong."
"Yaaa, anti Yein biyang popaa. Onti janan yanggu Yein yagi."
"Emangnya Rein lagi ngapain, sih, sampe nggak mau diganggu?" Mila mencoba untuk mengusik anak itu karena Rein memang lucu.
"Yein yagi yadi popa!" seru anak itu bangga.
"Hum? Rein jadi popa?" Anak itu mengangguk dengan antusias. "Emang popa ngapain?"
"Popa gini ni." Serein memperagakan gaya duduk papanya dan sibuk mencoret-coret kertasnya dengan gerakan cepat.
"Itu nulis apaan, sih, Rein?" tanya Mila kembali.
"Hng?" sahut Rein tak fokus.
"Itu, loh. Popa kalo begitu lagi nulis apa?"
Serein terlihat berpikir keras. "Pa ya? Yein yiat yapi Yein nca yau amanya."
Mila memberikan tatapan heran. Sedikit mengulur waktu untuk memahami apa kalimat yang baru saja Serein katakan dengan cepat itu.
"Rein nggak tahu popa nulis apa?"
"Ya, Onti Miya." Anak itu membalas dengan menekankan nama Mila.
Jika begini Mila jadi semakin gemas dengan Serein. "Kamu kalo ngomong kayak bos besar, deh, Rein." Mila mengusap rambut anak itu dengan sayang.
"Yos besal?" sahut Rein.
"Maksud onti kamu mirip Moma Siyi." Mila yang sudah tahu nama panggilan yang diberikan Rein pada bos nya menggunakannya agar Serein lebih paham.
Tanpa Mila sangka, Rein tersenyum senang dan bahkan berdiri di kursinya menatap Mila. "Yein miyip moma, Onti?"
Mila terkejut karena anak seusia Rein akan sangat senang dikatakan mirip dengan wanita yang sedang dekat dengan papanya itu.
"Hm ... iya. Rein mirip kayak moma Siyi."
"Yeeeeyyyyy! Yey, yey, yey!"
"Awas, Rein!" Mila memekik keras kerana Rein yang berdiri di kursi langsung terjatuh terjengkang ke belakang.
"Huwaaaaaaaaaaa. Momaaaaaaaaa!!"
*
Sesi percintaan singkat Siri dan Archie harus benar-benar dipersingkat setelah pernyataan cinta keduanya dengan gangguan dari Mila yang membawa Serein yang menangis.
"Mila? Rein kenapa?" tanya Siri dengan wajah panik. Wanita itu sampai tidak peduli dengan bathrobe yang digunakan karena tidak memakai apa pun dibaliknya bisa saja tersingkap jika terlalu masa bodoh dengan penampilannya.
Mila yang menyadari apa yang sedang terjadi antara bos besarnya dan papa Serein langsung menutup mulutnya yang menganga dan menjelaskan kenapa Rein menangis tersedu.
"Bu, maaf. Tadi Rein terlalu antusias main, jadi terjatuh dari kursi."
Serein tidak menginginkan dalam gendongan Mila lagi, anak itu beralih pada Siri dan langsung memeluk leher wanita itu seakan meminta perlindungan.
"Kok, bisa? Kamu jagain Rein dengan bener, kan, Mil?"
Semua orang bisa mengetahui nada marah Siri. Bahkan Mila tidak terbiasa mendapati reaksi panik dan menyalahkan seperti ini.
"Saya minta maaf, Bu." Mila hanya bisa mengalah dengan meminta maaf.
"Ya, ampun, Mil. Saya bingung dengan kamu. Saya minta jelasin, bukan kamu yang terus minta maaf karena anak saya menangis."
Mila terlihat bingung. Dia tidak memiliki jawaban tepat untuk pertanyaan Siri. Untungnya, Archie datang disaat yang tepat bagi Mila. Meski sekali lagi—hanya menggunakan bathrobe—membuat Mila terkejut dengan pakaian yang digunakan.
"Udah, jangan menekan Mila begitu. Biasanya yang salah memang Rein sendiri karena terlalu aktif."
Archie memindahkan Serein dari Siri dengan sedikit memaksa karena Rein tak mau lepas dari wanita itu.
"Momaaaa au momaaaa!"
"Nanti adeknya kesakitan kalo kamu digendong moma, Rein."
Mila menatap interaksi itu dengan mata yang tak berhenti percaya. Akhirnya bos besarnya bisa mengatakan yang sejujurnya mengenai bayi yang dikandung dengan risiko yang mengiringi di belakangnya.
"Archie ..."
"Mila, terima kasih banyak karena sudah mengurus Rein yang nggak bisa diam ini. Kamu boleh kembali bekerja." Archie tidak membiarkan Mila berdiri lebih lama lagi dan mendengarkan drama lisan Siri.
Pria itu membawa Serein untuk masuk ke dalam rumah Siri dan mencari tahu luka apa yang mungkin saja ada di tubuh Rein setelah terjatuh tadi.
"Ada yang sakit, Rein?" tanya Archie dengan perlahan.
"Momaaaa." Archie diabaikan oleh putranya sendiri.
Siri baru saja akan mengulurkan tangannya untuk menggendong Serein. Namun, Archie melarangnya.
"Moma mandi dulu," kata Archie yang benar-benar tak ingin dibantah meski diabaikan oleh anaknya sendiri.
"Archie, kamu selalu melarang aku untuk deket sama Rein dari tadi!" protes Siri.
"Karena aku punya alasan kuat untuk melarang kamu menggendong Serein. Apa kamu nggak menyadari kalo tubuhmu bukan hanya untuk kamu sendiri? Aku nggak mau adiknya Rein terluka."
"Dedek?" sahut Rein saat menyadari apa yang papanya ucapkan.
"Iya, Rein. Adik kamu ada di perut moma. Jadi, Rein nggak boleh gendong sama moma dulu, ya."
"Nca oyeh? Enyapa?"
"Supaya adik Rein nggak terluka, nggak sakit di perut moma."
Serein menatap Siri untuk meminta persetujuan atas penjelasan yang Archie sampaikan. Anak itu bahkan membuat Archie merasa sangat bodoh karena hanya penjelasan Siri yang langsung diterima oleh Rein tanpa bertanya kenapa lagi.
Siri menarik napasnya dan mengangguk sebagai jawaban yang meyakinkan untuk Rein.
"Untuk sementara waktu, Rein belum boleh moma gendong dulu."
Serein si anak baik dan penurut—pada Siri—langsung mengangguk patuh. "Ya. Yein nca au ndong moma."
Archie mengacak rambut putranya dengan gemas. "Good boy."
"Yapi Yein au tidul ma moma."
Archie menghentikan gerakan tangannya dan menatap Siri yang sengaja menahan tawanya. Wanita itu sepertinya akan melakukan serangan pada Archie untuk membuat pria itu kalah setelah mengerjai Siri untuk menyatakan cintanya ditengah kegiatan intim mereka tadi.
"Moma boyeh tidul ma Yein, Pop?" tanya Rein memecah fokus Archie.
"Hm ... ya. Ya, sure, tentu boleh, Rein."
Jawaban gugup itu membuat Siri sudah mendapatkan poin kemenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's In Hurry / Tamat
ChickLitPerkenalkan Archie, seorang duda beranak satu yang didorong orangtua untuk segera menikah kembali karena tak mau cucu mereka mendapati kebiasaan one night stand Archie yang semakin menjadi. Bertemu dengan Siri, pemilik bisnis khusus 'kewanitaan' ya...