CH. 51

822 92 2
                                    

Siri terganggu dengan sikap nenek bernama Demoonel itu! 

Menyebalkan adalah kata yang tidak cukup untuk mengatai si nenek. Namun, Siri juga tak mau gegabah karena sekarang dia tahu bahwa nenek itu adalah neneknya Demozza. Pantas saja Demoz memiliki sifat yang tidak bisa diatur dan mengerikan. Ternyata seperti nenek pria itu yang menurut informasi, hanya wanita tua itu yang bisa membuat Demoz berhenti dan menurut. 

"Aku nggak suka caranya bicara dan melihat aku, Archie!" protes Siri setelah wanita tua yang mengintimidasinya keluar. 

"Star ... cuma dia yang bisa membantu kita. Demozza itu juga punya kekayaan yang nggak sedikit, aku mungkin harus mengemis di perusahaan papaku yang sekarang diakusisi oleh kerabatnya seandainya aku berurusan dengan Demoz lebih jauh. Aku juga nggak mau Bar&Stone menjadi pelampiasan dari permasalahan ini."

Siri mengembuskan napas kasar berulang kali, kentara tak menyukai kehadiran Demoonel tapi terpaksa harus mengikuti arus yang ada. 

"Masalah dengan Demozza nggak akan selesai begitu saja karena aku mencoba melindungi Lily yang menurut mantan kekasih kamu itu mengkhianatinya."

"Demoz yang salah sejak awal! Untuk apa dia kejar-kejar pegawai kamu!?"

"Karena dia sudah tertarik dengan Lily!" Siri mulai membaca arah sebenarnya tebakan sang suami. "Maksud kamu sebenernya Demoz itu mulai menginginkan Lily ... dan aku?"

Archie menggeram. "Aku udah bilang itu dari tadi, My Star. Kamu nggak nyambung-nyambung."

Siri mengabaikan ucapan suaminya dan mulai menata skenario setelah ini di kepalanya. "Aku ketinggalan banyak urusan pekerjaan karena terlalu sibuk sama urusan pribadi, Ar." 

"Siapa juga yang bakalan nyangka kita banyak mengurusi hal begini? Nikmati aja apa yang ada."

Archie juga menjadi pihak yang terlalu banyak mengurusi urusan pribadi sebelum Siri tahu bahwa sikap protektif suaminya itu dikarenakan tebakan yang dilakukan pria itu mengenai kedatangan Demoz. 

"Aku mau ketemu Rein, aku udah kangen sama dia."

"Besok."

"Aku pengen nemenin Rein main."

"Besok, Star."

Siri melihat suaminya yang mulai kelelahan mendengar ocehannya. Malam sudah semakin naik dan pria itu belum istirahat sama sekali.

"Minta tambahan bed, Ar. Kamu kelihatan capek banget."  

Archie menggeleng sebagai penolakan. "Terus kamu mau tidur di sofa?"

"Aku nggak bisa tidur pisah dari kamu," ucap pria itu yang langsung dipahami oleh Siri. 

"Sini." Dengan sangat perlahan Siri bergerak dan menyisakan tempat bagi suaminya agar bisa istirahat lebih cepat dan tanpa drama lagi.  

Archie menurut karena memang itu yang dirinya inginkan. Dia memeluk tubuh Siri hati-hati dan memposisikan tubuh meringkuk karena ranjang yang digunakan istrinya tidak seluas ranjang mereka di rumah. Kaki pria itu bahkan bisa saja keluar dari pembatas jika diluruskan. 

"Kalo ada yang susah ngapain yang mudah." Siri mengomentari kesibukan suaminya yang sulit menyesuaikan ukuran tubuh di ranjang tersebut tetapi memaksakan diri. 

"Selama berdua sama kamu aku bisa melakukan hal yang sulit."

"Ah, masa?"

Archie menatap istrinya dan begitu jga sebaliknya. "Memiliki kamu adalah hal sulit, tapi aku nggak mau memilih yang mudah. Itu buktinya."

Daddy's In Hurry / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang