Jeje tidak bisa tenang dengan apa yang akan dirinya dapati. Dalam pikirannya, jagoan sekali Virginia ini. Untuk apa datang menemui Siri yang sudah ditipu dan tidak akan mau berhubungan baik lagi dengan ular itu? Entah apa yang ada di dalam pikiran Virginia si ular yang ingin Jeje bakar saat ini.
"Itu, Mas Jeje. Orangnya duduk di sana."
Jeje menyadari perempuan yang duduk membelakanginya adalah Virginia. Ya, Jeje sangat yakin perempuan ular itu yang datang dan ingin menemui Siri.
"Kamu, jangan sampai si bos ke sini. Pastiin saya selesai urus perempuan ini baru kamu bisa bebasin si bos mau ke sini atau nggak."
Mila menganggukkan kepala menuruti ucapan Jeje dengan baik. Dia tidak pernah melawan ucapan Jeje dan segera menuju meja kerjanya untuk menanyakan keberadaan Siri melalui chat via ponsel kantor.
Saat itulah Jeje menegakkan langkah selayaknya seorang model runway yang tidak akan pernah terintimidasi dengan penontonnya dan justru menunjukkan kesan badass kepada semua orang.
"What are you doing here, Virginia?" tanya Jeje langsung membuat Virginia mendongak karena Jeje sengaja melipat tangannya di depan dada dan menaikkan kedua alis untuk membuat Virginia lebih pendek darinya.
Si pemilik nama tidak langsung menjawab dan mengamati Jeje yang bersikap seolah memiliki gedung tersebut.
"Gue mau ketemu sama Siri, bukan lo."
"Wow!" Jeje menggerakan tangannya memetik udara untuk memancing emosi Virginia. "Look! Lo pikir lo siapa!?"
Dalam kondisi semacam ini membuat Jeje menunjukkan sisi bencong yang ia miliki. Tak masalah jika dirinya dinilai terlalu arogan karena Jeje ingin Virginia ini pergi dan tidak menunjukkan dirinya lagi.
"Then, who are you too? Nggak seharusnya pesuruh di sini ngomong sama gue. Just say to your boss that I'm here."
Jeje tertawa dan berkata, "Gue bos di sini! Asal lo tahu, ya, Uler keket. Gue jelas punya kekuasaan yang lebih tinggi selama Siri nggak ada di sini. Dan harus gue akui, tingkah ajaib lo ini emang nggak ada yang bisa menyaingi, Bitch!"
Virginia sudah akan maju, tapi terhenti karena Jeje yang jelas berjenis kelamin laki-laki lebih bertenaga untuk membuat Virginia tetap duduk dan mendongak pada Jeje.
"Bilang sama gue, apa kepentingan manusia nggak penting macam lo ke sini? Bilang, atau gue akan bikin hidup lo nggak tenang karena berurusan dengan Sirius lagi. Aib itu, bukan cuma Sirius yang punya, lo juga yang mandul lebih bisa dihujat sama netijen!"
Virginia menghela napasnya kesal. Jeje tidak memiliki wewenang untuk mengetahui urusannya, tapi Virginia sedang dalam posisi terpojok.
"Ngomong!!" paksa Jeje yang sudah persis seperti detektif dalam kepolisian dalam drama yang pernah Jeje tonton.
"Gue butuh darahnya Siri," ucap Virginia.
Jeje mengernyit. "Buat apa?"
Virginia menarik napas dalam dan menjawab, "Gue dalam masalah, anak itu, dalam bahaya dan butuh donor darah dari Siri secepatnya."
Anak itu. Jeje tahu anak yang Virginia maksudkan, tapi dirinya tidak mengerti kenapa harus Virginia datang ke sini untuk meminta darah Siri. "Wait, apa yang terjadi sama anaknya Siri sampe keadaannya parah?"
"Intinya gue butuh darah Siri sekarang! Lo bukan siapa-siapa yang berhubungan sama anak itu, jadi nggak usah sok ikut campur. Kasih tahu Siri sekarang!"
"Lo pikir gue bego, Virginia? Kalo pun anak itu butuh darah, seharusnya uang lo dan suami lo cukup buat minta donor darah yang dibutuhkan." Jeje mengernyit dan menurunkan pandangan pada perempuan itu. "Gue nggak percaya lo datang ke sini minta darah Siri karena kondisi anak itu. Lo pasti punya tujuan lain pake darah Siri, iya, kan?" selidik Jeje yang membuat Virginia menegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's In Hurry / Tamat
ChickLitPerkenalkan Archie, seorang duda beranak satu yang didorong orangtua untuk segera menikah kembali karena tak mau cucu mereka mendapati kebiasaan one night stand Archie yang semakin menjadi. Bertemu dengan Siri, pemilik bisnis khusus 'kewanitaan' ya...