[L] 3. Culprit

156 41 45
                                    

Setiap hari Jumat, pembelajaran selesai lebih awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap hari Jumat, pembelajaran selesai lebih awal. Tepatnya sebelum jam 12.00. Namun, kami para siswa tidak langsung pulang karena jam 13.00 ada Pramuka.

Anak laki-laki biasanya jumatan di mushola sekolah atau di masjid dekat sekolah karena tempatnya tidak muat.

Ketika jumatan berlangsung, anak perempuan tidak ada kegiatan. Biasanya ada yang langsung meluncur ke kantin atau ke warung sekitar sekolah untuk mengisi perut.

Kali ini aku tidak langsung meluncur ke kantin karena harus mencari sesuatu dulu. Kata guru pembina Pramuka pada pertemuan lalu, hari ini kami akan mengecat tongkat.

Aku dan Sherin keluar dari area sekolah dan berjalan kaki sekitar 500 meter ke toserba untuk membeli kuas.

Setelah mendapatkan kuas, kami membeli Pop Ice terlebih dahulu baru kembali ke sekolah.

Di siang yang panas ini, minuman dingin terasa menyegarkan. Sama menyegarkannya ketika berpapasan dengan dia di warung soto samping sekolah. Jeje baru pulang jumatan dan rambut bagian depannya sedikit basah terkena air wudhu. Kedua pipinya yang putih bersemu kemerahan akibat panas matahari.

"Kedip oi!"

Reflek, aku mengedipkan mata.

Wildan yang berdiri di belakang Jeje menertawaiku. Bocah yang tidak lebih tinggi dariku itu langsung diam begitu aku memelototinya.

Kami antri menunggu Bu Siti meracik soto. Wanita paruh baya yang sudah lama berjualan di samping sekolahku itu selain piawai dalam meracik soto juga memiliki daya ingat yang sangat tajam, bahkan mungkin lebih tajam dari siswa terpintar di sekolah kami. Buktinya, meski pesanan tidak dicatat, beliau ingat apa saja yang pembelinya pesan. Padahal ramai.

Setelah mendapatkan mangkok berisi racikan soto, kami secara mandiri pergi ke dapur belakang untuk mengambil kuah.

Kuah soto ditempatkan di dalam panci besar, di atas kompor, dalam kondisi mendidih.

Aku mengambil kuahnya dengan hati-hati dan menuangnya ke dalam mangkokku.

"Lin sekalian, hehe." kata Sherin di belakangku.

Kutaruh mangkokku ke samping dan kuambilkan kuah untuk Sherin.

"Lin sekalian~" kata Wildan yang mengantre di belakang Sherin.

Kuah soto Wildan juga kuambilkan. Kurang baik apa aku?

"Makasih!" kata Wildan. "Yang di belakangku juga minta diambilin Lin!"

Yang di belakang?

Kulirik sekilas ke belakang Wildan, memang siapa yang ada di belakangnya?

Dan mataku langsung membulat. Karena orang itu adalah JEJE.

Gawat.

Bagaimana ini?! Aku mengambilkan kuah untuk Jeje juga?

Tapi bagaimana kalau dia tidak sudi jika aku yang mengambilkan?! Apa aku menyuruhnya untuk mengambil sendiri saja? Tapi, bukankah itu terlalu kejam? Nanti dia mengira aku membencinya?

8th Grade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang