[W] 33. Single

61 14 7
                                    

warning: harsh words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

warning: harsh words

Tubuh Jeje menegang. Napasnya tak beraturan. Dia melangkah perlahan ke kantin. Tepatnya ke meja nomor dua dari selatan tempat Lina duduk sekarang.

Namun detik berikutnya, dia balik badan.

"Cowok sejati harus berani. Kalau begini doang takut, ikut Be A Man aja sana." hardik Jeka.

"I can't do this!"

"Gimana sih. Katanya tadi mau ngomong langsung sama Lina?"

"Gak jadi aja deh, lagian kan aku udah ngomong ke dia lewat chat mauku gimana."

"Payah. Masa setelah kabur kemarin gak ada omongan lagi?"

Jeje menghela napas berat. Setelahnya, aku, Dudung, dan Jeka menarik paksa tubuh bocah itu ke arah kantin.

"Ayo!"

Jeje meronta. Membuatku dan yang lain semakin kencang memeganginya. Karena 3 lawan 1, bocah culun itu tidak berkutik.

"Masa kamu kabur gitu aja, kamu harus jelasin ke dia secara langsung, Je. Jangan jadi pengecut gini."

"Tapi aku gak bisa! Please, lepasin."

"Kamu pasti bisa. Lakuin kaya waktu kita latihan tadi. Ayok!"

"AKU GAK BISAAAAA."

"Bisa."

"AKU GAK BISAAA. AKU TAKUT SAMA LINAAAA—"

Jeje berhenti meronta dan mematung sambil membelalakkan mata ke arah belakangku.

"L—lina?"

Gadis itu tiba-tiba sudah berdiri di dekat kami.

*****

Jeje dan Lina kami kunci di ruang krawitan agar mereka bicara empat mata. Kenapa harus dikunci karena untuk mengantisipasi agar Jeje tidak kabur lagi.

Aku, Dudung, Jeka, dan Sherin berjaga pintu sambil berusaha menguping pembicaraan mereka di dalam sana. Tapi tidak terdengar apa-apa. Entah memang ruangannya kedap suara atau mereka belum memulai pembicaraan.

Lima menit kemudian, terdengar suara ketukan dari dalam disusul suara Lina.

"Bukain."

Aku, Jeka, dan Dudung lalu membuka pintunya dan penasaran apa hasil pembicaraan mereka di dalam ruang krawitan barusan.

"Udah, Lin?" tanyaku begitu Lina keluar. Tanpa berkata, dia hanya membalas dengan senyum tipis, lalu pergi sambil dirangkul Sherin.

Jeje keluar setelahnya, sambil bergumam lirih tapi aku bisa mendengar. Dia mengatakan so scary.

"Udah kamu omongin sesuai latihan tadi kan?" tanyaku penasaran.

"Hum."

"Terus dia bilang apa?"

8th Grade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang