[L] 22. Wet Dream

60 16 5
                                        

warning: long chapter

warning: long chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wildaaan?!"

Mengejutkan sekali bocah itu sudah berangkat sekolah. Aku sedikit berlari dari trotoar ke arah gerbang.

"Kok kamu udah berangkat sekolah Wil? Emang udah sembuh?"

Wildan tampak ceria, "Aku gak betah kalau diem di rumah."

"Wildan?! S--suara kamu berubah?!"

Aku terkejut sampai menempelkan telapak tanganku ke mulut dengan mata terbelalak. Baru dua minggu tidak bertemu, suaranya terdengar beda. Biasanya cempreng, kali ini serak-serak. Seperti mau pecah.

"Hehe, kaget ya Lin?"

"Kayak bukan kamu Wiiiil!"

Kak Thunder menyela, "Wildan udah akil baligh Lin, tadi pagi aja dia mimpi basa-"

BUGH

BUGH

BUGH

Wildan langsung memukuli kakaknya dengan tongkat jalan.

"Woi! Woi! Ampuuun! Hahaha." Kak Thunder berusaha melindungi diri dari serangan brutal adiknya. Cowok berambut emo itu buru-buru menyalakan motor dan tancap gas pergi.

Setelah Kak Thunder kabur, kami berjalan masuk ke dalam sekolah. Wildan tampak kesulitan saat berjalan menggunakan tongkat.

Kami berjalan memasuki lorong-lorong kelas. Seperti biasa, setiap pagi banyak siswa-siswi yang duduk-duduk di depan kelas sambil bergosip.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tadi datengnya dari rumah sakit Lin? Berangkat sama tetanggamu lagi?" tanya Wildan.

"Enggak, aku bawa motor sendiri."

"Wuih, gila. Udah bisa bawa motor nih sekarang?"

Aku mengangguk bangga, "Cuma pas ada ekskul doang tapi, kalau hari biasa tetep naik angkot."

"Huh, enak banget. Aku udah gak boleh naik motor lagi Lin. Mio kuningku mau dijual. Padahal ka-" Wildan menghentikan ucapannya, "Kenapa kamu ketawa mulu sih?!"

"Gak papa. Pfft."

Rasanya lucu tiap kali mendengar suara barunya. Seperti bukan Wildan.

"Kamu ngetawain yang diomongin Tama tadi kan?!"

"Eh? Enggaaak!"

"Awas kalau sampai bilang ke temen-temen!"

"Enggak, aku gak akan bilang." kataku. "Tapi gak tahu juga nanti kalau aku keceplosan. Hahaha."

Wildan menghentikan langkahnya, "Ohh jadi gitu cara mainmu Lin? Oke, aku juga bakal keceplosan ke temen sekelas kamu jadian sama siapa!" ancam bocah itu.

"Eehh? Jangan gitu dooong~ Nanti aku dicengin lagi!"

Melihatku takut dengan ancamannya, bocah itu tersenyum penuh kemenangan, "Makanya tutup mulut."

8th Grade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang