Chapter 12 - Terlambat

195 30 7
                                    

Wonyoung menatap pantulan dirinya ke cermin. Dia menyisir rambutnya asal. Tidak lupa memakai dasi nya asal. Semalam karena terlalu lelah pulang dari rumah sakit dia jadi tidur dan lupa menyetel alarm. Dia sesekali mengumpat kala mengingat kecerobohan yang dia perbuat. mati aku, Cha saem guru killer itu akan menghukumku -umpat nya.

Wonyoung berlari menuruni anak tangga. Tas nya dia salempang ke samping. Tangannya bergerak memperbaiki dasi dan sedikit memperbaiki rambutnya, Wonyoung duduk berdampingan dengan Jeongwoo. Semalam Jeongwoo berniat ke apartementnya tapi ayah melarangnya karena kondisinya masih terbilang cukup lemah. Wonyoung tersadar dari lamunannya mengenai Jeongwoo. Dia segera mengambil roti, memakannya dengan terburu-buru dia lalu mengambil susu dan minumnya sekali teguk. Dia takut ketinggalan bus terakhir.

"Wonyoung, pelan-pelan makannya?" Ujar Hyojoo pada Wonyoung

"Terima kasih untuk makannya" Wonyoung berbungkuk dan segera berpamitan pada orang tuanya ingin pergi sekolah.

Semua kelakuan Wonyoung itu, tidak lepas dari penglihatan Jeongwoo.

"Kau tidak ingin berangkat dengan Jeongwoo?" Tanya ayahnya

"Tidak perlu ayah, lagian Jeongwoo sedang makan"

"Aku selesai" ujar Jeongwoo dengan cepat, lalu berpamitan ke sekolah.

"Yah berangkatlah bersama" ujar Hyojoo senang.

Jeongwoo hanya diam, dia berjalan keluar rumah. Wonyoung segera berlari mengikuti Jeongwoo. Hyojoo bahagia karena Jeongwoo sudah mulai membuka hatinya. Meski Jeongwoo hanya diam sedari tadi tapi Jeongwoo sudah tidak melawannya. Bahkan saat Hyojoo memberi Jeongwoo lauk pauk untuk di makan Jeongwoo bahkan tidak protes dan bahkan menghabiskan semua makanan yang Hyojoo berikan padanya. Senyum sangat tulus terbentuk di bibir Hyojoo.

"Yeobo, sepertinya Jeongwoo sudah mau menerimaku sebagai ibunya" ujar Hyojoo sangat bahagia.

"Kau benar. Aku baru saja melihat Jeongwoo tidak pernah melawanmu itu sungguh kemajuan yang sangat baik" ujar Seojoon tak kalah bahagia.

***

Jeongwoo dan Wonyoung di perjalanan sama-sama diam tak ada suara hanya keheningan yang ada. Wonyoung sesekali melihat jam tangan yang ada di lengannya. 'huh 10 menit lagi'

Wonyoung melirik Jeongwoo sekilas aneh Jeongwoo sekarang kebanyakan diam dan dia pun tidak marah-marah. Apa ada masalah pada otaknya? Oh ya tuhan Wonyoung bergidik ngeri membayangkannya.

Sebentar lagi sampai -ujar Wonyoung dalam hati. Bukan sampai ke sekolah melainkan sampai di tempat di mana Jeongwoo sering menurunkannya.

Wonyoung mulai meregangkan otot-otot tubuhnya. Dia akan berlari setelah ini jadi dia harus meregangkan tubuhnya supaya tubuhnya tak kaku nanti. Jeongwoo meliriknya  aneh -pikirnya. Berasa di tatap oleh Jeongwoo, Wonyoung berdehem dan menghentikan pergerakannya itu.

"STOP" Teriak Wonyoung.

Otomatis Jeongwoo yang terkejut langsung menghentikan mobilnya.

"Ada apa?"

Wonyoung tak menjawab dia segera melepas seatbelt dan bergegas keluar dari mobil.

Jeongwoo yang melihat itu menahan pergelangan tangan Wonyoung.

"Kau sedang apa?"

"Jeongwoo, guru killer itu akan menghukumku jika terlambat sedikit, jadi aku harus segera pergi, lepaskan" Wonyoung berusaha melepaskan tangan Jeongwoo yang menggenggam nya.

My Sister My Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang