19

1.2K 135 137
                                    

Author pov.
Hari telah berganti, dan matahari pun mulai menampakkan diri untuk menyapa hangat para makhluk di bumi. Hari ini, tidak ada yang istimewa bagi Lia. Semuanya tampak sama saja seperti hari-hari biasanya.
Bangun di pagi hari, lalu pergi ke dapur membuat teh untuk dirinya sendiri.
Tidak ada yang berbeda sampai ibu mertuanya datang sambil membawa banyak sekali kantong yang berisikan bahan makanan.



"Oh ? Kok udah bangun sayang ?" Tanya eomma Hwang sambil meletakkan beberapa belanjaan di pantry.



Lia tersenyum, dengan sangat manis, lalu berucap...



"Hehehe tiap hari lia bangun jam segini kok, eomma."

"Oh ya ? Ah maaf, kayaknya eomma yang terlalu sibuk dan jarang banget di rumah sampai-sampai ga tau kegiatan kalian."

"Eomma abis belanja ?"



Sebagai menantu yang baik, tanpa diminta, Lia langsung berinisiatif membantu sang ibu mertua untuk mengatur beberapa makanan yang dibawa oleh eomma Hwang tadi.



"Iya sayang, rencananya eomma mau ngajak kamu sama Karina masak bareng. Ngomong-ngomong, kok Karina ga keliatan ya ?"



Entah kenapa, hanya mendengar nama sahabatnya itu, mood Lia seketika itu juga berubah.

Lia mengangkat kedua bahunya sambil menjawab...



"Ga tau, kayaknya sih belum bangun."

"Eomma boleh minta tolong ga sayang ?"

"Boleh dong eomma."

"Tolong liatin Karina di kamar Yeji dong. Kalau udah bangun, ajak dia ke sini. Tapi kalau belum, ya udah biarin aja, mungkin dia kecapekan."



Jujur, berurusan dengan Karina di pagi hari seperti ini bukan lah hal yang Lia ingin kan. Apa lagi Lia harus memeriksa Karina di kamar Yeji, yang sudah pasti dirinya akan melihat kedua orang itu tidur bersama. Namun Lia juga tidak memiliki pilihan lain, karena dirinya bukan anak tidak sopan yang akan menolak begitu saja permintaan mertuanya.



"Ah, iya eomma."



Dengan langkah sangat tidak bersemangat, Lia pergi menuju ke kamar Yeji yang berada di lantai dua rumah keluarga Hwang.

Saat telah sampai di depan kamar Yeji, Lia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengetuk pintu kamar orang yang pernah mengisi hatinya itu.

Ah tidak,
sepertinya bukan pernah, karena sampai sekarang pun, Lia sangat yakin orang itu masih ada di hatinya.

*tok *tok *tok

Tidak ada jawaban, entah itu dari sang pemilik kamar, atau kekasihnya.

*tok *tok *tok

Nihil, walau pun sudah berkali-kali mengetuk pintu kamar itu, yang Lia dapatkan hanya lah kesunyian.

Akhirnya, Lia mencoba-coba untuk membuka pintu kamar itu.

*ceklek

Percobaan Lia itu membuahkan hasil, karena ternyata pintu kamar Yeji tidak dikunci.

Everything has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang