21

967 118 118
                                    

Author pov.
Sebelum kepulangan mereka besok pagi, Karina mengajak sang kekasih untuk berkunjung ke rumah orang tuanya terlebih dahulu. Rumah keluarga Karina itu berada di bagian barat laut Korea Selatan, yaitu provinsi Gyeonggi-do.



"Nanti, kalau eomma ngomong yang aneh-aneh biarin aja, ga usah digubris."



Yeji yang sejak tadi sibuk menatap ke luar jendela untuk menikmati perjalanan mereka, langsung menolehkan kepalanya setelah sang kekasih berucap demikian.

Melalui raut wajah Karina, Yeji dapat melihat bahwa kekasihnya itu masih menyimpan rasa sakit dan kekecewaan yang begitu besar terhadap eommanya.
Yeji pun tersenyum, tangan Karina yang sejak tadi digenggam olehnya, diusap lembut menggunakan tangannya yang lain.



"Aku tau, sampai detik ini, kamu masih sakit hati sama perbuatan eomma kamu di masa lalu. Kamu boleh kok kecewa, kamu juga boleh marah, karena itu emang perbuatan yang ga seharusnya dibenarkan. Yang ga boleh kamu lakuin itu berlarut-larut dalam kekecewaan dan amarah itu sayang. Aku emang ga tau apa yang kamu rasain selama ini, tapi sebagai anak yang juga punya orang tua, aku tau apa yang harus kamu lakuin. Seburuk-buruknya eomma kamu, dia tetep orang tua yang udah ngelahirin kamu sayang. Aku ga maksa kamu buat maafin dia. Aku cuma mau ngingetin aja kalau nyimpen dendam itu ga baik, apa lagi sama orang tua sendiri."



Setelah Yeji berkata demikian, Karina hanya menghela nafasnya dengan berat, menyandarkan kepalanya ke kursi penumpang yang sedang ia duduki, lalu memilih untuk menatap ke luar jendela mobil yang sedang membawa mereka menuju ke rumah orang tuanya.

Karina termenung, mencoba untuk memikirkan kata demi kata yang ke luar dari mulut kekasihnya tadi.



"Maaf kalau kamu ga suka sama semua omonganku tadi. Tapi aku bakal jadi orang yang lebih jahat kalau ga ngingetin kamu tentang hal itu."



Selama ini, orang-orang terdekat Karina memang banyak sekali yang memintanya untuk mencoba memahami keadaan sang eomma. Mereka selalu menuntut Karina untuk mengerti, namun mereka tidak sadar bahwa sebenarnya Karina juga ingin dimengerti walau hanya sesekali.

Dan dari banyaknya orang itu, hanya Yeji yang mengingatkannya dengan cara berbeda.
Di dalam ucapan Yeji, tidak ada satu pun kata yang menuntutnya untuk mengerti, tidak ada sedikit pun paksaan di sana.



"Tau ga ? Seandainya kamu ngelakuin sesuatu kayak apa yang pernah eomma kamu itu lakuin, aku pasti ga akan pernah bisa benci sama kamu. Jangan kan benci, marah aja kayaknya aku ga bisa. Karena apa ? Karena aku tulus sayang sama kamu, Karin. Bahkan kalau kamu ngecewain aku berkali-kali pun, yang bisa aku lakuin pasti cuma maafin kamu lagi dan lagi.
Gapapa orang mau ngatain aku bego atau apa, karena mereka ga tau sebesar itu lah rasa sayangku buat kamu.
Makanya kamu ga bisa menghakimi appa kamu yang sampai detik ini masih mau maafin dan nerima eomma kamu dengan setulus hati. Karena mungkin itu lah yang dialami sama appa kamu. Rasa sayang yang dia miliki lebih besar dari pada rasa kecewanya."



Selalu, semua perkataan yang keluar dari mulut Yeji tidak pernah gagal menyentuh hati Karina. Bahkan perkataan Yeji kali ini benar-benar menyengat hatinya.

Karina kembali menoleh ke arah sang kekasih dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Yeji yang melihat itu malah tersenyum hangat, lalu melepaskan genggaman tangan mereka untuk beralih menangkup pipi kekasihnya. Tanpa berucap apa-apa, Yeji mencium dahi wanita yang sangat amat disayanginya itu dan menahannya cukup lama.
Karena perbuatan manis sang kekasih itu, kumpulan air yang sejak tadi tertahan di mata Karina, kini tumpah sudah.



"Hey, kenapa malah nangis cantik ?" Yeji bertanya dengan nada selembut mungkin sambil menghapus air mata kekasihnya itu.

Everything has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang