M2H - 41

372 38 18
                                    

Jaebeom menatap datar sosok yang kini berdiri di hadapannya. Setelah siuman tadi, pintu kamar rawat Jaebeom di ketuk oleh seseorang. Yeeun yang sedang berada di sana pun membukakan pintu dan mempersilahkan seseorang tersebut untuk masuk. Lantas wanita itu pun pamit keluar guna membiarkan keduanya berbincang.

"Hai, beom. Apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat"

Seseorang itu lantas melangkah dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Jaebeom.

"Apa kau sudah merasa lebih baik? Aku langsung datang kemari setelah mendengar kau masuk kerumah sakit" ujarnya santai.

"Tidak usah basa basi, cepat katakan ada perlu apa kau kemari?"

Seseorang itu tersenyum sendu, "Aku kemari ingin mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya tuan Im dan juga istrimu"

Jaebeom tampak tak merespon. Pria itu hanya diam dan masih menatap sosok tersebut dengan datar.

"Dan aku juga ingin meminta maaf atas perbuatanku padamu. Aku tau mungkin ini tidak cukup tapi ku rasa ini akan membantumu"

Sosok itu mengeluarkan secarik kertas dan memberikannya pada Jaebeom. Dengan ragu, Jaebeom mengambil kertas tersebut.

Hills no 99

"Datanglah ke alamat itu. Dia ada di paris, beom. Dia pasti akan bahagia bertemu denganmu. Aku pamit, permisi"

Sosok itu pun bangkit undur diri dan berjalan pergi meninggalkan Jaebeom yang menatap lamat-lamat kertas tersebut.

"Terima kasih, Jackson"

Jackson yang terhenti di ambang pintu tersenyum kemudian mengangguk. Pria itu pun kemudian keluar dari ruangan Jaebeom.

Semoga dengan ini aku bisa menebus kesalahanku padamu, Jinyoung. Aku harap setelah ini kalian berdua bahagia.

*****

"Hasilnya semua baik-baik saja. Putera dan putri mu juga sehat. Tetapi saranku tetap harus di jalankan yaa nyonya. Vitamin dan susu hamilnya juga jangan sampai lupa"

Jinyoung mengangguk, "Baik dokter. Terima kasih. Kalau begitu saya permisi"

"Sama-sama, nyonya. Silahkan"

Jinyoung pun perlahan berjalan keluar dari ruangan dokter di bantu oleh sang sahabat, Bambam. Keduanya pun kemudian pergi menuju tempat pengambilan obat.

"Aku tidak menyangka jika ternyata bayimu selama ini kembar, Jie" celoteh Bambam yang antusias mendengar ucapan dokter tadi.

Jinyoung tersenyum kemudian mengusap perut besarnya. Terlihat sekali binar matanya bahwa wanita itu sangat bahagia di anugrahi dua buah hati sekaligus. "Aku juga tidak menyangka, Bam. Aku pikir di keluargaku tidak ada yang mempunyai keturunan kembar"

"Hmm... Mungkin dari keluarga Jaebeom ada"

Jinyoung mengangkat kedua bahunya, "Aku rasa tidak ada tapi entahlah. Mungkin memang ada tapi aku tidak mengetahuinya"

"Apa Jaebeom tidak pernah bercerita padamu?"

Jinyoung menggeleng, "Tidak pernah"

Bambam hanya mengangguk kemudian bangkit dan mengambil obat untuk Jinyoung setelah di panggil oleh apoteker. Setelah selesai, keduanya pun pergi meninggal kan rumah sakit menuju ke kediaman Jinyoung.

"Kau yakin pada keputusanmu, Jinyoung?" tanya Bambam yang tengah fokus menyetir. Sementara itu, Jinyoung yang duduk di sampingnya mengangguk.

"Aku yakin. Lagi pula kandunganku juga sudah besar jadi jika naik pesawat juga sudah bisa. Lagi pula sebelumnya aku sudah konsultasi dulu pada dokter dan dia bilang usia kandunganku sudah aman jika pergi menggunakan pesawat"

"Astaga... Justru karena kandungan mu yang sudah besar itulah yang membuatku khawatir, Park Jinyoung"

Jinyoung menghela nafas kemudian menepuk-nepuk bahu Bambam, "Kau tenang saja, aku pasti baik-baik saja, Bam. Kau tidak perlu khawatir begitu"

"Hah... Yasudah terserah kau saja. Yang pasti begitu sampai Seoul kau harus mengabariku, oke!"

"Memangnya kau tidak mau ikut? Kau tidak merindukan Yugyeom?"

"Aisshhh, aku kan baru saja sampai sini mana mungkin sudah merindukan manusia itu. Nanti saja aku menyusul kalau sudah merindukannya"

Jinyoung tersenyum miring, "Kau yakin? Bagaimana kalau Yugyeom yang ternyata merindukanmu duluan"

Bambam mengendikkan bahu, "Ya sudah biarkan saja. Nanti juga aku yakin dia yang akan menyusulku kemari"

"Benar sekali. Dia kan sangat mencintaimu bukan"

"Yup, Yugyeom sangat mencintaiku"

Tak terasa keduanya pun sudah sampai di kediaman Jinyoung. Bambam pun membantu Jinyoung turun dari mobil dan memapah Jinyoung untuk masuk ke dalam rumah. Saat keduanya masuk, sosok maid datang menghampiri Jinyoung.

"Nyonya muda, di dalam sudah ada yang menunggu anda"

Jinyoung mengernyit, "Siapa bi?"

"Saya tidak tahu, nyonya. Tapi beliau ingin bertemu dengan anda. Beliau sudah menunggu anda sejak satu jam yang lalu"

"Apa satu jam yang lalu?" Jinyoung terkejut mendengar penuturan sang maid.

"Iya nyonya muda. Kalau begitu saya permisi" sang maid undur diri kemudian pergi meninggalkan Jinyoung dan Bambam yang kebingungan.

"Siapa Jinyoung?" tanya Bambam.

"Aku tidak tahu. Kalau begitu ayo kita temui"

Bambam pun mengangguk kemudian keduanya pun melangkah menuju sosok yang kini tengah duduk manis di kursi ruang tamu. Hingga beberapa langkah Jinyoung pun terhenti saat melihat sosok yang kini berdiri di hadapannya. Jinyoung tidak percaya. Ia masih tidak percaya akan secepat itu bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan.

"Jinyoung"







"Jaebeom"









To be continue....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Man 2 Heart (JJP Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang