M2H - 37

485 62 50
                                    

Notes;

Sekali lagi, buat yang gak suka kalau JJP pisah dan belum balik bisa di skip ya^^
Dan buat yang voment hatur nuhun sekali karena kalian masih menghargai karyaku 🙏
Tanpa kalian semua aku hanyalah butiran debu ☹️

Btw, ada yang kangen cerita ini tidak?

Happy reading ❣️

*****

Jinyoung meringkuk di atas ranjang dengan selimut tebal menutup tubuhnya hingga menutupi lehernya. Sudah tiga hari Jinyoung absen masuk kerja. Ia pun sudah meminta izin pada atasannya dan juga pada pemilik cafe tempatnya bekerja.

Kepalanya pusing dan juga tubuhnya lemas sekali. Belum lagi perutnya yang mual namun ia tidak ingin muntah. Keringat dingin sebesar biji jagung membasahi dahinya. Hal itu yang Jinyoung rasakan sejak tiga hari belakangan membuatnya tidak bisa pergi bekerja bahkan bangun dari tempat tidur saja ia tidak bisa.

"Sayang, sarapan dulu. Ibu buatkan bubur abalon kesukaanmu" Jaejoong masuk ke dalam kamar Jinyoung membawa nampan berisi mangkuk bubur abalon kesukaan Jinyoung dan juga segelas air putih. Disisi gelas ada beberapa obat yang akan Jinyoung minum. Jaejoong pun duduk di samping Jinyoung setelah menyimpan nampan yang ia bawa di atas nakas samping ranjang.

Jinyoung tidak bergeming. Wanita cantik itu masih memejamkan matanya. Ia tengah merasakan perutnya yang bergejolak. Jaejoong yang melihat keringat di dahi putrinya itu mengusap lembut menggunakan punggung tangannya.

"Sayang, kita ke dokter ya? Ibu khawatir sekali melihat kondisimu, nak" ujarnya dengan nada penuh khawatir. Jinyoung menggeleng pelan. Rasanya ia benar-benar lemas sekali bahkan hanya untuk menggelengkan kepala saja. Jinyoung ingin menangis sekarang.

"Tidak usah, Bu. Besok juga aku sembuh. Aku hanya butuh istirahat saja" jawabnya lemah dengan suara serak.

"Ini sudah tiga hari, sayang. Tapi kau belum juga sembuh. Kita ke dokter ya setelah sarapan? Ibu mohon, agar kau lekas sembuh" pinta Jaejoong memelas. Wanita paruh baya itu mengusap lembut surai Jinyoung.

Jinyoung yang melihat sang ibu begitu mengkhawatirkannya merasa tidak tega. Apalagi raut wajahnya yang sedih, Jinyoung rasa kali ini ia harus menuruti keinginan sang ibu meskipun sebenarnya ia tidak ingin.

"Baiklah, Bu" Jinyoung merubah posisi tidurnya menjadi terlentang kemudian menggenggam tangan Jaejoong.

"Ibu jangan sedih lagi ya. Jie, baik-baik saja. Ini hanya masuk angin biasa, Bu. Jie, pasti sembuh" ujarnya menenangkan sang ibu.

"Iya sayang. Putri ini kuat sekali. Pasti ia akan sembuh. Nah, sekarang sarapan dulu ya sayang" Jinyoung mengangguk kemudian berusaha duduk di bantu oleh sang ibu.

Selanjutnya Jaejoong menyuapi Jinyoung yang kini duduk bersandar di dashboard ranjangnya. Jinyoung makan dengan lahap. Entah mengapa bubur abalon buatan ibunya pagi ini begitu terasa sangat nikmat. Padahal masakan sebelumnya selalu di rasa tidak nikmat saat lidahnya mencecap makanan tersebut. Hingga membuat Jaejoong sempat sedih karena Jinyoung hanya memakan sedikit masakannya. Namun Jaejoong paham jika Jinyoung sedang sakit dan pasti mulutnya terasa pahit saat mencecap masakannya.

"Ibu"

"Iya sayang"

"Kita--- kita ke dokter setelah Bambam sampai ke sini ya, Bu. Jinyoung ingin di temani Bambam juga. Jinyoung rindu Bambam"

Jaejoong terkekeh kemudian mengusap sudut bibir Jinyoung yang belepotan, "Iya sayang. Oh iya, Bambam tau dari mana kita pindah ke sini?"

Jinyoung tersenyum, "Jinyoung yang memberi tahunya, Bu. Bambam juga sebentar lagi akan menikah dengan kekasihnya"

Man 2 Heart (JJP Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang