JANGAN LUPA FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL HOTKOPILATTE :
INSTAGRAM : -aksaralatte_
-nadpilatte_TIKTOK : hpilatte1
•
•
•
HAPPY READING!
•
•
•
Embun pagi teramat pekat, merajalela pada bumi yang baru saja bangun dari tidur. Dingin menyeruak masuk melalui celah jaket yang sengaja Lava tak tutup sampai bagian atas. Namun Lava tak meninjau suhu yang nyaris membekukan itu, sebab ada gejolak panas dari dalam sana yang menjalar ke seluruh tubuh-- meredam dinginnya pagi. Gadis itu tergesa, keluar dari mobil dan berlari menuju kelasnya. Tak ada raut bersahabat di mukanya. Yang ada hanyalah keseriusan dengan polesan merah pada wajah, sebab dia tengah menahan amarah mati-matian.
Sesampainya di kelas, Lava meletakkan tasnya dengan kasar. Bola matanya melihat ke seluruh penjuru kelas.
"Kenapa si lo?" tanya Gladia yang terkejut akibat ulah Lava.
"Shaga, kemana dia?" tanya Lava tak sabaran. Dimana yang ia temui setelahnya adalah pangkal alis Gladia yang nyaris menyatu. Gladia heran, "tumbenan nyariin, Shaga?"
"Ck, dimanaaa diaa? Shaga kemana?!" Lava semakin tak sabaran.
"Y-ya gue nggak tau! Keluar mungkin, cari aja di..." Bahkan Gladia belum menyelesaikan kalimatnya, namun Lava sudah berlalu keluar kelas.
"Laknat!" umpat Gladia.
Lagi-lagi, Lava tak menghiraukan umpatan sahabatnya. Karena dia enggan membuang waktu lagi. Lava merasa waktunya sudah terbuang banyak tanpa jawaban yang pasti.
Langkah kaki Lava secara otomatis membawa ke taman belakang. Dan benar saja, di sana terlihatlah perawakan Shaga yang tengah berdiri, membelakangi Lava. Sebab ia tengah memandang pohon mangga yang bagi Lava tidak menarik sama sekali. Tapi persetan mengenai apa pun isi otak Shaga, karena dengan segera Lava langsung berjalan cepat-- mengikis jarak yang terbentang di antara mereka.
"Aku nggak punya jawaban untuk pertanyaan kamu."
Otomatis langkah kaki Lava terhenti, kemudian tawa sumbang Lava berikan di sana. "Kenapa? Bahkan lo udah tau tentang hal yang bakalan gue tanyain?"
Shaga berbalik, menatap iris mata Lava yang berapi-api. "Kamu selalu nanyain pertanyaan yang sama."
"Shaga, stoppp! Berhenti pura-pura seakan lo nggak tau semuanya!" Lava frustasi dengan semua drama ini. Lava sudah muak.
Terdengar helaan nafas yang lebih berat dari Shaga. "Kenapa kamu selalu tanya itu ke aku? Kenapa kamu yakin kalo jawabannya ada di aku? Kenapa? Kenapa kamu nggak coba tanyain ini ke temen-temen yang lain? Kenapa selalu aku, Lav?"
Untuk sesaat Lava terdiam. Angin yang seakan bergelombang-- tak kasat mata itu menerpa kulit halusnya. Menggelitik Lava, dimana hal itu semakin terasa kala keadaan yang sangat tenang. Mencekik segala perasaan yang nyatanya sudah tidak mampu di deskripsikan.
"Gue pernah tanya ke Gladia. Dia bilang lo ada di sini dari dulu. Dari pertama gue masuk sekolah di sini. Tapi lo tau? Tadi malem gue cek album-album foto kelas, gue nggak liat ada lo di sana," jelas Lava setelah geming bersama hening.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [Selesai]✓
Teen FictionLavanya Yozita harus mengalami hal aneh di hidupnya. Karena setelah kecelakaan malam itu, dunia Lava berubah 360°. Lava mulai menjalani kehidupan aneh dan penuh teka-teki. Mulai dari bertemu Shaga, si pemuda asing yang perlahan-lahan berhasil menga...