•PROLOG•

6.6K 516 14
                                    

Bismillahirrahmanirrahim!

Udah siap baca prolognya? Wkwk.

Yang muslim bismillah dulu gih, biar adem ayem bacanya🤣Yang nonis juga jangan lupa baca doa dulu😁

HAPPY READING!

Temaram lampu jalanan menyala jingga di sepanjang jalan. Taman-taman kota pun sudah mulai menunjukan eksistensi yang jauh lebih kuat, menarik minat para pemuda-pemudi untuk menghabiskan waktu bersama. Entah kepada waktu yang sempat terjulur panjang untuk kemudian mereka melepas kerinduannya dengan yang namanya temu. Atau bahkan sekedar hiburan, berjalan bersama suasana yang jauh lebih tenang untuk pikiran yang kacau.

Tapi sayangnya, taman kota tak terlihat menarik untuk di singgahi oleh gadis yang bernama Lavanya Yozita. Sekali pun pikirannya carut marut malam ini. Sebab yang ia tau, mengendarai mobil milik sang ayah dengan kecepatan tinggi adalah satu-satunya jalan untuk melampiaskan gelap yang memboikot hati serta pikirannya. Lava kacau sekali.

Seumpama sebuah benang, Lava sendiri sudah terjulur jauh bahkan hampir lepas dari pengait benang di sana. Lalu setelahnya, benang itu digenggam asal-asalan sampai yang ditemui hanyalah kusut tak beraturan. Lantas, apakah benang yang sudah tak beraturan itu masih bisa digunakan untuk menjahit? Tidak bukan? Maka yang perlu dilakukan setelah itu adalah membuangnya ke tempat sampah. Kacau sekali. Tidak layak.

Begitulah yang Lava kira.

Sebab, apalagi yang ia harapkan dari dunia yang ia pijak sekarang? Beberapa bulan lalu, ia ditinggalkan Sang Nenek. Wanita yang selalu mengerti dirinya. Wanita yang kasih sayangnya selalu dicurahkan kepada Lava. Tapi akhirnya, Neneknya pun pergi meninggalkan Lava sendirian. Belum selesai dukanya, Lava harus menahan perasaan sakitnya lagi sebab hari-harinya yang terus di isi keributan oleh kedua orang tuanya. Dulu, Lava selalu meminta kepada Tuhan, cukup dunia luarnya saja yang kacau, untuk ‘rumah’ biarkan Lava memilikinya. Jangan hancurkan ‘rumah’ tempatnya pulang itu roboh. Sekalipun Lava tau, bahwa rumahnya tak pernah ramah.

Tapi sekali lagi, itu doa yang dulu. Untuk sekarang tidak lagi. Mungkin karena ia sudah lelah berdoa, jadi Tuhan memberikan semua jawabnya hari ini. Sebab tepat jam 3 sore tadi, kedua orang tuanya resmi bercerai. Ck, Lava bahkan hanya bisa mengeluarkan tawa sumbangnya. Lalu untuk hak asuh Lava jatuh ditangan Ayahnya. Liam Wirabadra, namanya. Eum, not bad. Setidaknya ia bisa bertahan hidup dengan harta. Sebab jika ia mengharapkan kasih sayang adalah sebuah kemustahilan. Karena, hey! 18 tahun dia hidup, dia tidak pernah mendapatkannya dari dua manusia super-duper sibuk itu. Karena dunianya hanya seputar kerja, kerja dan kerja!

Damn!

Kata siapa dunia akan bekerja seadil-adilnya? Come on! This is bullshit!

Buktinya, dunia Lava tidak pernah adil. Oh iya, tidak sampai di situ. Sore tadi, setelah ia berniat menemui kekasihnya untuk mencari penenang, yang ia temui adalah Arkan-- kekasihnya-- tengah bercumbu mesra di dalam rumahnya dengan perempuan lain.

Astagaaa! Bolehkah Lava tertawa sekencang-kencangnya? Sakit macam apa lagi yang harus Lava coba seusai ini?

Kembali lagi, Lava menginjak pedal gas. Menambah kecepatan yang semakin membabi buta-- membelah jalanan yang nyatanya masih sangat ramai. Jika saja Lava peduli, mungkin ia sudah mendengar sumpah serapah para pengendara yang lain. Tapi nyatanya, Lava tidak peduli. Karena sekarang, yang ia inginkan hanyalah tenang.

Ya, Lava ingin tenang. Selama-lamanya. Lava, ingin mati saja. Karena setelah ini, ia berharap akan hidup di dunia baru. Dunia baru yang lebih indah. Lava ingin hidup dengan cinta dan kasih sayang.

Lava ingin meninggalkan dunia gelapnya sekarang.

Lalu, tepat saat dirinya membanting stir ke arah kanan di persimpangan jalan, sebuah cahaya menyorot dengan sangat terang. Bahkan iris matanya seolah dibuat membeku dalam sekejap. Dan perlu waktu beberapa saat untuk dirinya menerka, hingga akhirnya ia kembali membanting stir seusai tau bahwa cahaya itu berasal dari truk besar yang melaju kencang. Mobil Lava kehilangan keseimbangan. Menabrak pembatas jalan hingga debuman besar pun Lava dengar bersama tubuhnya yang langsung mati rasa.

Mobil Lava terpelanting cukup jauh. Dan satu-satunya yang Lava ingat sebelum semuanya gelap adalah mobilnya yang mengeluarkan asap tebal diiringi percikan-percikan api serta suara langkah kaki yang mendekat dengan cepat. Kemudian, dengan begitu saja, Lava tersenyum smirk.

"I will die."

***

To be continue

Gimana setelah baca prolognya? Penasaran nggak setelah ini?

Jangan lupa follow akun-akun media sosial hotkopilatte yang lain, biar kalian bisa dapet update terbaru di sana.

• Instagram : 1.) aksaralatte
                         2.) nadpilatte_

• Tik-tok : hpilatte1

Kalo mau minta follback, dm aja😁💝

Sampai bertemu di chapter-chapter selanjutnya💝
See you!


Selasa, 04 Januari 2022

EPOCH [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang