[2] Masih Shaga

2.6K 348 4
                                    

HAPPY READING

.

.

.

Kabut segar masih setia menyelimuti sekolah. Sekalipun mentari beberapa kali memperlihatkan eksistensinya. Mengadu energi, panas nan sejuk yang perlahan-lahan mulai menghambur ke penjuru ruang hampa milik semesta. Bahkan, Lava masih merasakan bahwa bumi ini berjalan dengan garis kerjanya masing-masing. Begitu ia keluar, lagi-lagi semua tampak normal.

Normal.

Dunia Lava-lah yang agaknya sudah tidak normal.

Maka dengan seluruh rasa penasaran yang menghujam Lava habis-habisan, Lava berlari menyusul pemuda berhoodie... eum maksudnya, Shaga. Lava harus berbicara dengan Shaga.

Beruntung, Lava masih mendapati Shaga yang berjalan di sepanjang koridor. Lava pun segera berlari, kala jarak mereka lebih dekat dari sebelumnya, Lava lantas berteriak lantang.

"Shaga!"

Kontan, Shaga menghentikan langkahnya. Kemudian, dia berbalik, menatap Lava dengan wajah bingungnya.

"Hmm?"

Lava mengambil langkah lagi. "Jujur sama gue, lo siapa? Dan, kenapa lo tiba-tiba ada di kelas? Gue aja kemarin masih berangkat sekolah kok, dan lo nggak ada di sekolah ini! Sekarang bilang semuanya ke gue. Cuma ada kita berdua di sini, nggak akan ada yang tau selain kita," cecar Lava.

Shaga diam.

"Shaga? Bener kan itu nama lo? Shaga?" Lava memastikan. Tidak ada sisa kesabaran lagi dalam diri Lava. Dia mau jawabannya sekarang. Hari ini juga. Dan sepertinya orang yang mengetahui segalanya adalah Shaga.

Baru saja Lava ingin mencecar Shaga dengan runtutan pertanyaannya lagi, namun Lava justru dibuat bungkam kala Shaga menarik tangannya mendekat. Setelah itu, Shaga mendekap tubuh Lava, dimana Lava merasakan kepala bagian belakangnya dilingkupi oleh tangan Shaga. Dan setelahnya,

Bugh!

Bunyi itu terdengar nyaring di telinga Lava. Perlu waktu untuk kemudian Lava sadar bahwa dirinya harus mengambil langkah mundur. Dan situasi yang ia tangkap setelahnya adalah dimana Shaga yang tadi menyelamatkannya dari hantaman bola basket.

"Sorry, Ga, Lav. Nggak sengaja." Rezam mengambil bola seraya mengucapkan maafnya. Lalu lagi-lagi, Lava kembali bertanya untuk segala situasi membingungkan ini. Sebenarnya Shaga itu siapa? Bahkan Rezam pun mengenal Shaga. Kenapa hanya dirinya yang tidak mengenal Shaga?

Lava pun langsung memasang muka penuh keseriusan. "Ga, please jawab pertanyaan gue. Apa semua ini?"

Shaga yang awalnya tampak tenang, akhirnya pun ikut kesal, "yang aneh di sini kamu atau aku si?"

"Lo lah!" Lava tak mau kalah.

"Terserah!" Shaga berucap sinis dan langsung membalikan badannya.

"Heh! Mau kabur kemana lo! Ga! Jawab dulu pertanyaan gue! Dan kenapa coba lo ngajakin gue balik bareng!" teriak Lava, namun yang ia temui adalah punggung Shaga yang terus menjauh. Shaga sungguhan pergi. Entah kemana yang jelas Lava sangat kesal dengan pemuda antah-berantah itu.

"Sialan!" umpat Lava.

Melihat bagaimana sikap Shaga, sepertinya Lava perlu mengatur strategi setelah ini. Tapi sebelum itu, Lava agaknya harus memastikan sesuatu.

Sebab, ada yang terlewat di sini. Lava harus segera pergi dan memastikannya. Ya, Lava harus pergi ke lokasi dimana ia kecelakaan semalam.

Dan semoga, Lava menemukan jawabannya di sana.

EPOCH [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang