Instagram : aksaralatte
🌷🌷🌷
"Ga, kita ketemu lagi kan besok?"
Shaga mengusap puncak kepala Lava lembut, seakan turut memberitahukan kepada pepohonan hijau di pelataran rumah gadis itu bahwa dia akan kembali datang.
"Ga?"
"Iya, besok kita ketemu lagi." Shaga tersenyum tipis hanya untuk menemui senyuman yang lebih manis dari Lava.
Percakapan kemarin terus terngiang-ngiang di benak Lava, lebih deras ketimbang hujan di pagi yang masih gelap ini. Bahkan sekalipun petir menyambar langit mendung, langkah kaki Lava tak getar untuk menapaki jalanan basah. Tangis masih berderai seraya terus menggumamkan nama Shaga berulang kali.
"Shaga, kamu nggak boleh ingkar," ucapnya di sela isakan.
Bumi pagi ini menyelaraskan segenap hancur yang tak bisa Lava definisikan lagi. Sebab hujannya bukan hanya jatuh pada tanah, melainkan juga jatuh ke bagian yang telah Shaga isi. Lava hujan, meski buminya belum reda. Lava menderas pada petir yang masih menyambar di luar sana.
Di tatapnya pintu rumah Shaga dengan seluruh tubuh yang terasa mati. Isakan masih setia menemani gemercik hujan. Hampa yang sempat mengendap kian terasa begitu Lava memegang gagang pintu rumah Shaga. Dibukanya perlahan, seakan gerakan lambat itu memang diperlukan agar hatinya tak semakin rapuh dan retak.
"S-shaga?" panggilanya seraya melangkah jauh lebih dalam. Semakin Lava masuk, semakin perih itu menjalar.
"S-shaga, kamu masih di sini kan? K-kamu bilang kita hari ini ketemu lagi..."
Kalimat itu berhenti kala bola matanya menatap kertas berhamburan dan sepucuk mawar merah yang begitu kuat. Lava berdiri, seakan merayakan kehampaan yang sudah begitu melekat di rumah ini. Hampa, sebab pemiliknya tidak ada di sini.
Lava mendekat, melihat satu lembar kertas yang berisi tulisan panjang.
Bunga Terakhir Di Musim Ini...
Lava, maaf ya aku kemarin diam-diam metik mawar ini setelah nganter kamu pulang. Jangan marah ya? Nanti diganti sama mawar yang lebih cantik lagi kok, percaya deh. Mawar di rumah mu pasti bakalan tumbuh banyakkkk banget, hehe...
Lava, maaf yaa...
Maaf.
Dari awal aku dan kamu memang tidak ditakdirkan untuk berhenti di pemberhentian yang sama. Aku mungkin berhenti di kamu, tapi kamu bukan berhenti di aku. Sebab, Tuhan mau kamu melanjutkan perjalanan kamu setelah aku pergi. Aku harus di hapus dari buku ini.
Aku tidak pernah nyata, Lav. Aku ilusi yang menjadi aksara.
Lava... di sisa hari yang aku punya ini, aku selalu minta sama Tuhan supaya ingatan-ingatan tentang kamu tetap abadi meskipun aku telah menjadi debu. Karena pada penghujung lembaran ini, yang bisa aku genggam cuma kenangan yang udah kita buat kemarin. Aku mungkin menjadi debu, tapi aku nggak akan biarkan ingatan itu lebur menjadi debu dan menghilang begitu saja.
Lava, jangan sedih terlalu larut. Aku yakin, akan ada hari dimana kamu menemukan pelukan yang lebih nyaman dibandingkan pelukan dari aku. Akan ada hari dimana tanganmu digenggam lebih erat daripada genggaman yang pernah aku beri. Dan akan ada hari dimana kamu dicintai dengan sangat tulus. Tunggu hari itu, dan ikhlaskan kepergian aku, Lav. Meski nanti kamu tidak akan menemukan aku lagi, tapi percayalah, Lav, dekapan dan genggaman yang sempat aku beri akan menjadi kekuatan kamu untuk melawan hari-hari mengikhlaskan yang kamu lewati. Aku bersama kamu, Lav. Aku menemani kamu sampai kamu selesai pada hati yang telah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [Selesai]✓
Fiksi RemajaLavanya Yozita harus mengalami hal aneh di hidupnya. Karena setelah kecelakaan malam itu, dunia Lava berubah 360°. Lava mulai menjalani kehidupan aneh dan penuh teka-teki. Mulai dari bertemu Shaga, si pemuda asing yang perlahan-lahan berhasil menga...